7. Dandelion

1 1 0
                                    

Ditulis oleh Dini Eka

Hai! Aku Kana Prameswari, panggil aja Kana. Hari ini hari kelulusanku di SMA Bakti Wijaya. Tak terasa, sudah tiga tahun lamanya aku menimba ilmu di sini, di sekolah yang mempertemukanku dengan banyak orang-orang yang baik. 

"Kana!" Aku menoleh pada Fira, sahabatku dari kelas 10 SMA ini. "Lo cantik banget, gila! Lo beneran Kana 'kan?" tanyanya. 

Aku memutar bola mataku malas, memang aku tidak pernah berdandan seperti ini karena setiap hari aku selalu tampil tanpa make up, biasanya hanya bermodal pelembab, sunscreen, bedak dan lipbalm saja. 

"Jadi tiap harinya gue nggak cantik gitu?" tanyaku pura-pura kecewa, melihat itu Fira memukul lenganku pelan. 

"Najis banget muka lo, Na. Udah deh, gue mau ke belakang panggung dulu." 

"Ngapain?" 

"Kayak lo nggak tau aja, gini-gini gue 'kan OSIS jabatan tahun lalu, jadi masih megang peran di acara perpisahan kali ini," jelas Fira.

"Ternyata gue hebat ya, bisa bertahan di OSIS, hahaha." 

Aku menggelengkan kepala pelan. "Hm, iye iye! Lo top deh, yang lain beng-beng!" 

"Yeuuu, ya udah gue pergi dulu, ya? Bentar lagi acaranya mau mulai, lo jangan ke mana-mana."

"Nggak ke mana-mana kok, palingan juga cari Daksa," ujarku dengan senyuman merekah membuat Fira geleng-geleng kepala.

"Daksa terus yang lo cari. Ya udah deh, gue tinggal nih, ya?" 

"Iya, bye!"
 
Setelah Fira tak terlihat, aku juga ikut pergi untuk mencari Daksa.

Lagi-lagi aku tersenyum, Daksa adalah laki-laki yang aku sukai. Daksa Dirgantara nama lengkapnya. Aku sudah mengejarnya seperti orang gila dari dua tahun yang lalu tapi Daksa tetap saja mengabaikanku.

Sebenarnya aku sadar jika Daksa risih, tapi aku tidak mau menyerah. Dua tahunku tidak boleh pupus begitu saja, aku harus terus mengejarnya 'kan? Aku juga percaya seiring berjalannya waktu, Daksa pasti mulai menyukaiku nanti. 

"DAKSA!" 

Sang pemilik nama itu menoleh padaku, aku pun tersenyum dan menemuinya. Daksa terlihat sangat tampan, padahal dia hanya mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung sampai sikunya. 

"Daksa, kamu ganteng banget! Sengaja ya mau bikin aku tambah sayang?" tanyaku.
 
"Dari dulu emang ganteng." Dia membalas ucapanku dengan raut wajah datar, lagi-lagi aku tersenyum. 

"Tapi kayaknya percuma deh ganteng kalau nggak jadi pacar aku," godaku. 

"Najis." 

Aku tertawa membuat Daksa geleng-geleng kepala. Dia melangkahkan kakinya membuat aku membuntutinya dari belakang, sedikit susah mengingat aku memakai kebaya seperti ini.
 
"Daksa, tungguin ih!"

"Daksa! Kok aku ditinggal terus, sih!"  Duk!

Aku mengusap dahiku yang terbentur dengan punggung Daksa karena dia berhenti mendadak membuatku menabraknya. Dia menatapku membuat aku juga menatapnya. 

"Lo ada niatan kuliah?" tanyanya, dia sedikit memelankan langkahnya agar aku tidak tertinggal lagi. 

"Pasti ada dong!" Aku menjawab dengan semangat, jarang sekali Daksa menanyakan hal-hal seperti ini padaku. 

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang