11. Story' Of Nindi

Começar do início
                                    

"Eh Farrel, Andre tunggu dulu,"

"Apa sih? Kita udah ditungguin nih ayo," Farrel berdecak ke arah Panji.

"Itu ada cewek pingsan di deket tiang bendera, tolongin dulu ayo,"

Farrel dan Andre melihat ke arah yang ditunjuk Panji, dan benar saja di sana terlihat seorang gadis yang sudah jatuh di lapangan. Tanpa berfikir panjang, mereka bertiga langsung berlari dan menghampiri gadis itu.

"Nindi?! Kok dia bisa pingsan di sini sih?," Tanya Andre heran.

"Udah gak usah banyak omong langsung bawa aja dia ke UKS," Farrel mengangkat tubuh Nindi yang lemah itu menuju uks, diikuti Panji dan Andre di belakangnya.

Setelah sampai di UKS, Farrel langsung membaringkan tubuh Nindi di atas kasur dan memanggil petugas PMR. Panji dan Andre sudah duluan ke kelas karena sudah pasti guru dan teman-temannya sudah menunggu. Farrel memilih di sini saja menunggu Nindi sampai ia sadar. Tak lama dari itu Laras datang dengan wajah yang panik, khawatir Nindi kenapa-napa. Ini sudah jam istirahat jadi ia memilih langsung ke uks menemui Nindi. Tadi ia diberitahu oleh salah satu anggota PMR bahwa Nindi pingsan dan dibawa ke ruang UKS. 

"Nindi gapapa kan?," Tanya Laras pada salah satu anggota PMR. 

"Dia gapapa, cuma kecapekan aja dan kayanya dia juga ngga sarapan makanya lemes gitu," jawab Lia 
Laras hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu ia melirik ke arah Farrel, kenapa ia baru sadar kalau ternyata dari tadi Farrel ada di sini? Mungkin ia terlalu mengkhawatirkan Nindi makanya sampai tidak melihat sekitar. 

"Lo yang bawa Nindi ke sini Rel?"

"Ya lo fikir siapa lagi? Pake nanya segala," kata Farrel sewot.

"Ya biasa aja dong! Gue kan cuma nanya. Sewot banget sih lo," Laras heran kenapa Farrel sewot kepadanya? Memang ia salah apa? Dia kan cuma nanya. Hm, Laras curiga sepertinya Farrel menyukai Nindi, dia sewot gitu bisa jadi khawatir sama Nindi.

"Yaudah gue balik ke kelas. Kalau ada apa apa sama Nindi, lo hubungin gue aja," kata Farrel lalu beranjak pergi. Sebelum Farrel pergi, Laras mengucapkan terimakasih padanya dan hanya dibalas dengan anggukan oleh cowok itu. 

                                                        ***

"Akhirnya lo sadar juga. Lo gapapa kan? Ada yang sakit? Atau lo pusing? Biar nanti gue beliin obat," Baru saja Nindi sadar, tapi sudah dicecar dengan pertanyaan Laras yang beruntun. Nindi hanya berdecak mendengar perkataan Laras tadi.

"Gue cuma pingsan bukan mau mati. Lebay banget sih Lo," Jawab Nindi malas.

"Ya kan gue khawatir sama Lo Nin, diperhatiin bukannya bilang makasih kek! Malah gitu," Laras mengerucutkan bibirnya.

"Iya-iya. Makasih ya sahabatku yang paling baik sedunia. Sayang deh sama Lo," kata Nindi yang membuat Laras tersenyum manis dan memeluk Nindi.

Nindi tahu, Laras sangat khawatir padanya, tapi menurut Nindi Laras ini terlalu lebay sampai dia baru sadar pun langsung diberi pertanyaan yang bertubi-tubi. Laras begitu perhatian padanya, membuat ia merasa bahwa memang masih ada yang menyayanginya. Terkadang juga ia malas dengan segala celotehan Laras yang super cerewet melarangnya ini itu. Bahkan orangtuanya pun tidak pernah sepeduli ini padanya. Untuk saat ini, memang hanya Laras yang ia punya untuk dijadikan sandaran.

TAKDIROnde histórias criam vida. Descubra agora