9. Gara-Gara Novel

Start from the beginning
                                    

Tetapi, ia tidak bisa berbohong kalau ia rindu saat kebersamaan dengan ayah dan ibunya.

Kini ayah dan ibunya sudah memiliki keluarganya masing-masing, ntah mereka mengingat dirinya atau tidak, sesekali ia juga berkunjung kerumah ayah atau ibunya. Itu pun hanya sebentar, karena ia tidak bisa berkunjung terlalu lama. Ia pun pernah disuruh untuk memilih ingin tinggal dengan sang ayah atau sang ibu, tetapi ia lebih memilih tinggal dengan sang nenek.

Jessy merupakan anak tunggal dari pasangan Hendra Kusuma dan Dewi Pertiwi, sedikit demi sedikit ia mencoba menerima takdir ketika keluarganya tidak lengkap, meskipun sulit tapi ia sudah bisa menerima keadaannya. Sore itu, setelah berkeliling di taman ia mengunjungi toko buku, Jessy sangat suka membaca novel, karena menurutnya membaca novel sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Ia menyusuri setiap lorong rak buku yang berjajar rapi, ia mencari novel fiksi remaja kesuksesannya, netranya berkeliaran ke sana kemari. Keadaan toko buku masih lenggang, keadaan ini lah yang sangat ia sukai. Ingin rasanya ia membeli semua novel yang ada di toko ini, tapi ia hanya bisa membeli satu atau dua novel saja. 

Jessy mengambil satu novel dengan tangan kanannya, kebiasaan ketika saat membeli novel ia akan membaca sinopsis, netranya meneliti sampul novel yang menurutnya sangat menari, ia pun mengambil novel tersebut. Kakinya berjalan kembali mengelilingi rak demj rak novel, ketika ada novel yang menarik perhatiannya, ia pun mengambil dan tanpa pikir panjang ia pun menuju meja kasir untuk membayar.

Keadaan di toko buku semakin ramai, ketika Jessy berbalik tidak sengaja ia menabrak seorang pemuda yang berada di belakangnya, "eh, maaf gk sengaja." Jessy tersenyum tak enak hati.

Pemuda itu tertegun melihat gadis yang sudah berlalu dari hadapannya, netranya terus melihat punggung gadis itu sampai hilang di balik pintu toko buku, menurut pemuda itu senyum Jessy sangat manis dan membuatnya terpesona. Ia tersadar ketika pundaknya ada yang menepuk dari belakang, "Dek, cepet dong. Anak saya udah rewel ini."

"Eh, iya. Maaf bu," ujarnya tak enak hati. Kejadian ini sungguh memalukan, namun di dalam hatinya ia bertanya-tanya siapa gerangan gadis itu?

***

Hari sudah mulai gelap, Jessy menuju halte bus yang tidak jauh dari toko buku. Ia duduk menunggu bus untuk pulang, tiba-tiba saja pemuda yang tidak sengaja ia tabrak duduk di sampingnya, tetapi Jessy tidak menyadarinya karena terlalu asik dengan novel yang baru saja ia beli.

" Kamu, gadis yang nambrak tadi kan?" tanya pemuda itu basa-basi.

Jessy menoleh dan memandang pemuda itu dengan seksama, "ah, iya. Aku minta maaf ya, tadi tidak tau kalau di belakang ku ada orang."

"Iya, tidak apa-apa."

Jessy memaksakan senyumnya dan sedikit menggaruk tengkuknya, menahan rasa canggung yang menghampiri dirinya, pemuda itu tersenyum manis. Namun, itu malah membuat jessy sedikit takut, karena pemuda itu sangat asing untuk Jessy. Ketika bus sudah datang ia sedikit terburu-buru masuk kedalam bus, meninggalkan pemuda yang Jessy sendiri tidak tau siapa namanya, pemuda itu melihat kearah tempat duduk Jessy sebelumnya, ia melihat kantong berisi novel Jessy yang tertinggal. Pemuda itu mengambil dan akan mengembalikannya, tetapi ia terlambat. Karena bus sudah jauh dan tak mungkin untuk di kejar.

***

Jessy berjalan gontai menuju dapur, ia menghela napas lelah. Tenggorokannya sedikit kering, karena kehausan sehabis berjalan cukup jauh dari halte sampai rumahnya, setelah minum ia pun melangkah menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Rencana ia akan membaca novel yang baru saja ia beli, ia pun merasa ada yang aneh, ketika ingat bahwa novelnya tertinggal di halte bus, ia pun mengerang kesal.

TAKDIRWhere stories live. Discover now