4. Aku Bukan Tipenya

Start from the beginning
                                    

" Gak ada di Google map." Katanya.

" Tanya ke temennya lah." Kata ku tak mau kalah.

" Gak niat." Kata Gilang

" Kan kamu suka sama Meta, kok gk niat?" Kata ku dan aku berhasil merebut bolanya dan berhasil memasukannya ke ring. 

" Aku sukanya sama kamu." Kata Gilang dan membuat ku tertawa. Omong kosong, dia bilang tipenya kan kayak Meta, dan juga mana ada orang suka malah sering ngajak gelud, ada ada aja dia ni.
 
Kami mulai merebut bola dan mencetak point sebanyak mungkin. Sampai kami dua kelelahan... 

Saat ini aku dan Gilang rebahan di tengah lapangan sambil menatap langit sore.
 
" Bagaimana bisa kamu terus menatapanya padahal kamu bisa memiliki nya... Seper-" 

" Stt, jangan jadi anak indie." Kata ku padanya. 

" Hehe, kan pas ni... Saat senja eaa." Kata Gilang. 

" Hadeuh dasar ya." Kata ku dengan malas. 

" Btw, aku serius pas aku bilang suka kamu." Kata Gilang membuat ku berbaring menyamping dan menatapanya, dia juga menghadap kepada ku.

" Mencurigakan." Kata ku sambil memicingkan mata, dan meletakan tangan ku di dahinya. 

" Gak panas." Kata ku, karena memang dia gak demam hehe. 

" Astaga." Gilang menggelengkan kepalanya dan mencubit hidung ku.
 
" Anak durhaka." Gerutu ku, karena merasa kesakitan. 

" Balik yuk, dah sore ni." Kata Gilang dan berdiri duluan. Dia mengulurkan tanganya kepada ku. 

" Gendong." Kata ku dengan malas, aku bener-bener malas bangun. 

"Bentar." Lalu dia menjauh. Ternyata Gilang ngambil tas kami, dan juga bola basket miliknya. 

" Ayo." Dia berjongkok di depan ku dan tentu saja dengan senang hati aku naik ke sana. 

Ughh, pundak kekar miliknya memang hangat dan nyaman. Walau keringatnya sangat banyak. 

" Kamu bau." Kata ku sambil meniup-niup telinganya. 

" Jangan mancing ya." Katanya

" Mancing apa tu?" Tanya ku dengan jahil, Gilang paling tidak suka kalau keringatan gini lalu keringatnya di tiup. 

" Turun." Dia berusaha menurunkan ku dari gendongnya, tapi gak bisa hahaha. 

" Jangan sampai aku pake tenaga buat banting kamu." Katanya. 

" Iya iya, ini aku turun. Anak durhaka." Kata ku lalu turun dari gendongnya.

"Ciattt." Oke aku menendangnya dan berlari ke parkiran. 

"Yeyeee, awas kamu ya." Oke dia mulai mengejar ku. Alarm bahaya ni...  Aku semakin mempercepat lari ku. 

"Jangan jadi anak durhaka." Kata ku sambil masih berlari menjauhinya, sekarang kami muter-muter di area parkiran. 

"Kamu bukan moms, atau mommy ku." Katanya berusaha menangkap ku. 

"Ih kan kan durhaka." Aku cemberut, aku gak habis pikir kenapa dia gak mau manggil aku moms kayak yang lain gitu, dan dia tu rese tau suka jahilin aku, mana ngajak gelud. 

" Eh?!" Karena melamun, aku gak sadar aku sudah tertangkap olehnya. 

"Hayoloh, kena kan hahaha." Katanya. 

"Anu, Lala yang baik, jangan sakitin mommy ya."  Kata ku, soalnya dia tu gak main main kalau mukul, beneran sakit. Ah iya Lala tu panggilan ku ke dia, Gilang =Lala hahahha 

"Lala, lala, lala, gak ada lala disini." Katanya laku oke, dia pasti membanting ku. 

"Ugh, ninggoy ja aku nah." Kata ku saat merasakan bokong gemoi ku menyentuh permukaan rumput, untungnya di area parkir ini kiri kanannya banyak rumput gitu. 

"Hehe." Katanya 

"Awas kamu." Dan terjadilah baku hantam di parkiran dengan latar belakang cahaya senja, sungguh romantisT_T 

.
.
.
"Aku sayang kamu, ayo pacaran." 

Entah kenapa, aku ingin menangis sekarang. Seberapa kuat aku bertahan untuk gak sayang sama dia, ternyata ujungnya tetap sama. Aku sudah pake logika, karena aku sudah nyerah duluan buat maju untuk sama dia, karena aku gak sebanding ma dia. Dia tinggi, ganteng, pinter lagi, memang tipe ku banget. Tapi aku sadar, aku gak cocok sama dia, dan lagi pula dia sudah punya tipe yang dia mau, dan aku kenal ceweknya. Ayo ye, jangan nangis. Dia bakal sama cewek yang dia mau, cewek yang dia idam-idamkan, bukan kamu, cewek gendut dan pendek yang sama sekali bukan tipenya. 

"Selamat ya." Kata ku sambil menahan tangis ku menatapnya dan Meta tepat di hadapan ku saat ini. Tahun lalu aku masih belum menyadari, kalau dia sudah mendekati Meta, hingga tahun ini dia menyatakannya, semoga dia bahagia. 

"Ih Yeyeee, kok masuk kelas si, kan gagal." Kata Meta. Yah, aku ternyata gangguin mereka. Rencana ku ambil hp yang ketinggalan berujung pilu hahahaha

:(
"Yo dahlah, sekalian aja." Meta narik aku, dan dorong aku ke Gilang.

"Eh?!" Aku dan Gilang sama-sama kaget. 

"Dah ya." Meta keluar kelas. 

"Yok." Kata Gilang, lalu dia menarik ku, eh ke lantai dua, kan kampus dah tutup di sini gelap, dia ngajak uji nyali ato gimana si? Kenapa dia gak ngejar Meta? Kan tadi dia nembak Meta? Banyak pertanyaan di kepala ku. Hingga aku gak sadar kalau kami sampai ruang Ing 4 yang paling pojok. 

"Yok nikah, mamah dah setuju." Katanya 

Aku masih ngelag, ini ngelamar aku? Di tempat gelap? 

Eh?!?!? 

Lampunya nyala, banyak hiasan, dan ternyata banyak teman-teman kami. 

"TERIMA-TERIMA." 

"Hah?" Aku masih bingung dengan situasi yang ada. Lalu Gilang nyodorin cincin, aku pake aja. Lalu semua teman-teman ku teriak senang, bahkan ada yang ledakin apa itu kayak di pesta-pesta biasanya, yang kayak pita-pita terbang lalu ya jadi sampah. 

"Memang manusia lola, tapi gak papa, sekarang kamu dah nerima aku." Kata Gilang sambil memeluk ku. Seketika otak ku berjalan dengan lancar, cincin? Nerima? Aku di lamar? 

"Anjing lu ngelamar gw?" Kata ku spontan menatapnya dengan kaget. 

"Iya babi, kasar banget si. Calon suami ni." Kata nya lalu memeluk ku lagi. Aku?aku?aku?Di lamar Gilang?DILAMAR!?!!!OH MY!!!!!!!

"Eh wait, hp ku?" Aku mau lepasin pelukanya. 

"Hp mu di aku, udah pelukan aja." Kata Meta yang gandengan sama entah siapa. 

"Jadi ini sudah di rencanakan." Gumam ku, sambil kembali memeluk Gilang.

TAKDIRWhere stories live. Discover now