[DAY 17] THE BEGINNING

Start from the beginning
                                    

"Mungkin gak sempet, lo tau 'kan skandal mereka booming banget."

"Se-gak sempet apa sih? Handphone punya, masa gak bisa ngabarin kita? Aksa juga tiba-tiba keluar dari grup."

"Jak, kita gak tau apa yang terjadi sama mereka. Mungkin Aksa punya alasan."

"Lo juga. Lo tau sesuatu 'kan? Tapi gak bilang sama gue. Kalian semua main rahasia-rahasiaan tapi gak ngajak gue."

Ben berdecih, "Kek anak kecil lo! Salah siapa lo pulang duluan malam itu."

"Kapan?! Gue selalu barengan kalian, ya!"

Ben menoyor kepala Ozarn, "Malam di mana kita kumpul buat rayain keberhasilan Aksa, lo pulang dulu waktu itu. Jadi gue sama Danu cuma ngobrol dikit."

"Ngobrolin apa?"

Ben menghela napas, ia memutuskan untuk memberi tahu Ozarn juga. "Malam itu, setelah Aksa dan lo pulang, Danu narik gue buat ngobrolin masalah hati. Kayak yang lo tau, kejadian kemarin ngebuktiin kalo Danu suka sama Aksa. Dan lo tau fun fact-nya apa?"

Mata Ozarn berbinar penasaran, tanpa sadar ia menggeleng.

"Danu udah suka sama Aksa sejak SMP."

"GILA!!"

"Jadi malam itu, Danu ceritain kalo dia pengen Aksa tahu perasaannya. Setidaknya, Danu udah berani ngungkapin perasaannya."

Ozarn mengernyit, "Tapi kemarin Danu gak kayak lagi ngungkapin perasaannya, malah kayak maksa Aksa."

"Nah, adegan Danu yang cium Aksa sebenernya gak ada pas briefing. Gue juga gak tau tuh bocah kerasukan apa sampe maksa Aksa ciuman."

"Lo kata adegan film?!"

Ben hanya terdiam mendengar Ozarn yang tidak bisa diam seperti cacing kepanasan. Sebenarnya, sebelum Danuar memberitahunya, ia sudah tahu temannya itu menyukai Aksa. Segala hal yang dilakukan Danu selalu berdasarkan Aksa. Bahkan, dari tatapan Danu pada Aksa sudah terlihat sangat jelas.

Suasana sungguh sepi tanpa Danu dan Aksa, pasalnya Ben tipe orang yang tidak banyak bicara sedangkan Ozarn tipe yang selalu menyahuti perkataan orang.

Orang am biasanya menyebut Ben dengan Ozarn sebagai 'plus minus'. Bagai dua kutub magnet yang berbeda tapi saling menarik satu sama lain yang membuat mereka mudah dekat.

Ben melihat Ozarn yang sibuk dengan benda pipih di tangannya sambil tersenyum nakal.

"Cewek mana lagi yang lo embat? Senyam-senyum kek gitu."

Bukannya langsung menjawab, Ozarn malah merangkul Ben dan mendekatkan badan mereka.

"Siapapun itu, tapi lo tetap yang nomor satu kok, Ben. Lo paling the best."

Ben memutar matanya. Padahal ia tahu Ozarn sedang gencar-gencarnya mendekati Nada setelah ekshibisi galeri Danuar.

"Gue rada jijik tapi untung aja lo sahabat gue. Masih gue terima lo yang kaya gini."

Ben kembali melirik Ozarn, "Pasti Nada, kan?" Ben menebak yang mana langsung dibalas anggukan semangat dari Ozarn.

"Lo tau aja, Ben. Sumpah Nada tuh cantik banget, beruntung banget gue bisa dapetin nomornya."

Padahal jika bukan karena Ben yang mengacuhkan Nada dan teman kerjanya Aksa yang satu lagi, mereka tidak akan berbicara dengan Ozarn yang seperti anak tetangga yang tidak bisa diam.

Ben hanya mengangguk. "Minggu depan lo free gak?"

"Kenapa? Mau ngajak hangout bareng lagi? Gak deh kalo Danuar ujung-ujungnya nolak buat ngumpul lagi."

[ ✔ ] SWEET PILLS Where stories live. Discover now