"Saya dengar dari suster Rati yang bertugas menjaga di bagian depan nurse station hari ini. Nyonya Dina terjatuh dari tangga lantai empat?" tanya dokter John, tampak sangat khawatir mengenai kondisi Dina sekarang.

"Iya, Nyonya Dina Prayoga baru saja mengalami sebuah insiden yang cukup membuat semua orang di rumah sakit ini terkejut. Termasuk saya dan beberapa suster lain yang memang kebetulan membantu mengevakuasi Nyonya Dina ke ruang instalasi gawat darurat beberapa jam lalu," jelas dokter Jihan panjang lebar mengenai kondisi Dina saat ini.

Melihat perubahan wajah dokter John membuat dokter Jihan buru-buru menambahkan. "Kondisi Nyonya Dina sekarang sudah membaik dan melewati masa kritis, Dok. Beruntungnya, keinginan untuk hidup Nyonya Dina sangat besar, sehingga luka separah itu bisa membuatnya tetap bertahan."

"Benarkah?" Dokter John sangat bersyukur wanita yang sudah sedikit diketahui bagaimana nasibnya sekarang, ternyata sudah melewati masa kritisnya.

Dokter John menarik napas, sepertinya dia merasa sudah sedikit berlebihan ketika mendengar cerita dari suster Rati.

"Apakah dokter mengenal Nyonya Dina Prayoga?" Jihan kembali menanyakan perihal kedekatan dokter John dan Dina.

"Tentu saja. Dia kan salah satu pasien saya yang baru melahirkan beberapa hari lalu dan masih dalam masa pemulihan," tutur dokter John begitu rinci perihal Dina Prayoga.

"Benarkah? Oh iya, pantas saja ada box bayi tadi. Karena ini kamar VIP, saya tidak menyadari bahwa ini kamar salah satu pasien paska melahirkan. Setelah dari IGD, Nyonya Dina langsung dipindahkan oleh para perawat ke kamar ini."

"Bisa saya lihat data pasien dan hasil labnya?" Dokter John menjulurkan tangannya pada dokter Jihan, untuk meminta surat hasil kondisi Dina secara menyeluruh sesuai hasil lap rumah sakit.

"Karena kejadiannya baru sekitar beberapa jam lalu. Hasil lab-nya masih belum ada di tangan saya, tapi sepertinya sudah bisa diambil setengah jam lagi," jelas dokter Jihan lagi.

"Apakah dia mengalami luka yang serius, Dokter?" Dokter John kembali menanyakan seputar luka yang dialami Dina setelah terjatuh dari ketinggian 2-3 meter.

"Insyaallah tidak ada luka yang serius ke depannya," jawab dokter Jihan.

"Semoga saja. Setelah ini apakah saya bisa melihatnya?"

Dokter John ingin melihat langsung kondisi Dina sekarang agar dia pun pulang dengan perasaan tenang.

"Oh, iya. Dokter, di mana anaknya?" Tiba-tiba saja dokter John teringat bayinya Dina yang sejak tadi belum dia ketahui bagaimana kondisinya.

"Apa saat kita di dalam tadi ada bayinya?" Dokter Jihan tampak tidak fokus.

"Iya, Dok. Ada kok, sedang tidur pulas tadi," jawab suster tersenyum ringan.

"Oh. Terima kasih. Kalau begitu saya masuk dulu ke dalam ya ...." pamit dokter John pada dokter Jihan dan suster.

Dokter Jihan pun memutar tubuhnya untuk melihat punggung tegap dokter John yang semakin menghilang dari pandangan mereka.

"Suster, apa yang barusan tadi itu beneran dokter John?" tanya dokter Jihan agak terkejut dengan perubahan sikap teman sejawatnya yang berubah jadi peduli pada orang lain.

"Menurut, Dokter? Tentu saja, itu dokter John," timpal sang suster yang sedang melihat kepergian dokter John dengan tatapan penuh kagum.

Dokter Jihan kini menatap suster itu, "sepertinya saya harus memeriksakan mata ini," celetuknya dan mau tidak mau harus percaya akan perubahan sikap dokter John yang dilihatnya tadi.

Bukan cuman dokter Jihan dan suster ini yang tahu sifat asli seorang dokter John. Dokter tampan itu memang sangat sulit berbaur dengan orang lain. Terlebih lagi dengan seorang wanita mana pun. Itulah kenapa kedua wanita yang usianya cukup tidak terlalu jauh ini berasa kaget begitu melihat perubahan drastis dari seorang dokter John.







I Love You' versi Indonesia Where stories live. Discover now