Jasmine Anara selalu menjadi bayangan-terlalu pendiam untuk dipahami, terlalu berbeda untuk dianggap. Dunia tak pernah benar-benar memberinya ruang. Di rumah, ia tak diinginkan. Di sekolah, ia tak terlihat. Sendirian, sunyi, dan perlahan tenggelam d...
Malam Everyone, gimana harinya? aku harap baik yaa^^ ~~ "Lagi di pertengah jalan, antara ingin hancurkan diri atau berusaha susun lahim."
~~~
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
****
Sebelum menyelesaikan tugas matematika yang tersisa, Jasmine berehat sebentar untuk mengasah otaknya yang hampir terbakar oleh rumus matematika yang sangat mematikan untuknya. Jujur saja Jasmine tidak terlalu pintar dalam bidang matematika, ataupun bidang lainnya dia hanyalah kutu buku yang setiap harinya hanya membaca buku di perpustakaan setiap habis pulang sekolah. Tidak ada yang ia banggakan dalam dirinya, ia sendiri menganggap dirinya sebagai pengecut dan beban untuk keluarganya dan orang-orang sekitarnya, dia merasa tidak pantas untuk berada disini.
Jasmine menarik napas panjang dan mengembuskannya secara pelan. Lalu ia beranjak dari meja belajarnya, menuju pintu kamar untuk keluar sebentar mencari udara di luar pada malam hari. Agar dia bisa berkonsentrasi lagi dalam menyelesaikan sisa tugas matematika tadi, Jasmine hanya bisa tersenyum saat melihat bintang-bintang kecil di atas langit malam yang sangat indah. Dia berharap pada malam ini ada sebuah bintang jatuh agar dia bisa meminta satu permintaan namun, nihil itu hanya ada di dongeng saja dan tidak ada di dunia nyata.
Ketika itu ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, Jasmine baru ingat jika besok adalah hari ulang tahunnya ke 18 tahun. Dia harap besok adalah hari yang sangat spesial dari hidupnya, karena besok adalah hari yang sudah ia tunggu-tunggu dan dia berharap juga ibu dan adiknya mengingat ulang tahunnya atau sekedar memberi ucapan selamat ulang tahun padanya. Hanya itu yang ia inginkan di hari ulang tahunnya besok.
Jasmine tidak menginginkan sebuah hadiah dari mereka dia hanya menginginkan pelukan hangat atau ucapan dari ibu dan adiknya yang sangat ia sayangi walaupun Lea hanya sekedar adik tirinya namun dia sangat menyayangi adiknya, dia sudah mengganggap Lea seperti adik kandungnya sendiri. Rasanya itu sudah cukup baginya, itu adalah hadiah yang sangat terindah dihidupnya. Kemudian Jasmine kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan sisa tugas matematika yang sedikit lagi selesai, sebelum kembali ke kamarnya Jasmine memilih untuk ke dapur untuk membuat kopi susu agar tidak mengantuk saat menyelesaikan tugas matematika nya.
Butuh beberapa waktu Jasmine membuat kopi, setelah selesai membuat kopi Jasmine kembali ke kamarnya sambil membawa secangkir kopi hangat dengan satu snack untuk mengganjal perutnya.
Jasmine duduk di kursi belajarnya dan meletakkan secangkir kopinya dan snacknya di atas meja belajar miliknya, sebelum mulai menyelesaikan tugas matematika nya ia meminum kopinya dan memakan snack setelah itu, dia mulai mengerjakan tugas matematika nya. Lalu beberapa waktu kemudian, Jasmine telah selesai mengerjakan tugas matematika nya setelah menyelesaikan tugasnya Jasmine menghabiskan makanannya dan segera mengembalikan cangkir kopinya dan membuang sampah snack pada tong sampah yang berada di dapur.
"Akhirnya selesai juga, capek banget ngerjain tugas seharian." Jasmine merenggangkan jari-jemarinya dan punggungnya yang terasa pegal akibat terlalu lama duduk. Lalu kemudian dia melangkahkan kakinya menuju dapur sambil membawa cangkir kopinya yang sudah habis dan sampah snack tadi. Namun, ketika itu langkah kaki Jasmine terhenti sesaat, saat mendengar suara perempuan baruh baya yang ternyata milik suara Karmila-ibunya. Jasmine menoleh kebelakang terdapat Karmila yang sudah berdiri di hadapannya dengan wajah datar.
"Jasmine," panggil Karmila.
"Iya bu ada apa?" sahut Jasmine lembut.
"Buatin ibu kopi cepet," pintah Karmila meminta putri sulungnya untuk membuatkan dia kopi.
"Iya bu aku buatin kopi." Dengan cepat ia berjalan menuju dapur tanpa menghiraukan ibunya. Di waktu Jasmine sedang menuangkan satu sendok bubuk kopi kedalam cangkir, ia baru tahu jika gula dirumah mereka sudah habis dan tadi adalah gula terakhir. Oleh karena itu Jasmine tidak memasukkan gula di kopi itu, karena gula dirumah mereka sudah habis. Setelah selesai membuat kopi untuk ibunya, Jasmine kembali dengan secangkir kopi hangat untuk diberikan pada Karmila.
Ketika secangkir kopi hangat sudah berada ditangan Karmila, dengan cepat Karmila meminum kopi itu dan kemudian sesuai ekspetasi Jasmine. Karmila memuntahkan kopi itu ke lantai karena pahit, Jasmine sudah menduga hal itu akan terjadi.
"Huekk... Ini kopi apa pahit banget, buat kopi aja engga bejus kamu. Makanya kamu itu belajar buat kopi, jangan jadi beban aja dirumah ini," omel Karmila.
"Maaf bu, gulanya tadi habis jadi aku buatnya nggak pake gula." jelas Jasmine meminta maaf pada Karmila.
"Kan bisa beli di warung susah banget, kenapa engga punya uang iya. Dasar anak nggak guna kamu, mending kamu mati aja sana nyusul ayah kamu," katanya. "Punya anak cuman jadi beban aja, nyesel ibu lahirin anak nggak guna kayak kamu."
"Maaf bu, aku cuman bisa jadi beban ibu, maaf selama ini aku ngerepotin ibu." batin Jasmine berusaha menahan air matanya untuk tidak keluar dari pelipis matanya.
"Sudah sana kamu masuk kamar, ibu udah muak lihat muka kamu," pintah Karmila menyuruh putri sulungnya untuk segera masuk ke kamarnya.
Tanpa menunggu lama Jasmine melangkah kan kakinya menuju kamarnya kemudian, air matanya membanjiri pipinya dengan ingus yang berceceran.
"Ayah...," panggil Jasmine lembut.
*******
Seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak vote, komen, and follow ya