05. Rasa

613 89 43
                                    

Bagi Lee Chun-Ho, Cha So-Yeon hanyalah anak SMA biasa dan rata-rata seperti remaja pada umumnya. Itulah kesan pertama Sang Komandan saat melihat gadis itu untuk pertama kalinya. Bahkan ia cenderung tidak terlalu memperhatikan So-Yeon.

Namun ia pun menyadari, beberapa kali pandangan kedua mata mereka bertemu atau lebih tepatnya ketika So-Yeon tertangkap basah langsung olehnya sedang mencuri pandang ke arahnya.

Pertama kali ia memergoki So-Yeon memandanginya adalah saat di ruang guru, saat gadis itu sedang membantu memasang label nama untuk senjata dan perlengkapan. Saat itu Chun-Ho tidak terlalu peduli akan arti tatapan itu, bahkan saat latihan pertama mereka sore itu, lagi-lagi ia menyadari So-Yeon memandanginya, namun ia masih biasa saja.

Hal yang berbeda terjadi di hari kedua pelatihan. Di hari kedua, Chun-Ho mulai memperhatikan satu persatu siswa siswi kelas 3-2 agar bisa mengenali personaliti masing-masing. Dari sinilah ia mulai merasa So-Yeon anak yang unik.

Cha So-Yeon, gadis remaja yang periang, enerjik, cantik, populer dan banyak disukai teman-temannya. Bahkan Chun-Ho sadar bahwa So-Yeon adalah gadis yang populer di antara para siswa lelaki, terlihat dari bagaimana para siswa itu senang menggodanya, sekedar mengajak ngobrol basa-basi atau berebut menolong So-Yeon yang sesekali terjatuh saat pelatihan.

Dan siapa sangka pula gadis yang selalu memakai berbagai pita cantik di kerah seragamnya itu, yang mendapat julukan ribbon princess oleh teman-teman sekelasnya ternyata anak yang berdaya juang tinggi. Ya, Chun-Ho sadar akan hal itu. Dan ia salut.

Chun-Ho perhatikan selama pelatihan So-Yeon tidak pernah mengeluh, bahkan saat ia terluka terkena kawat besi di materi halang rintang pun ia masih berusaha menyelesaikan rintangan hingga akhir tanpa mau merepotkan teman satu timnya.

Karena itulah Chun-Ho menjadi lebih sering memperhatikan So-Yeon diam-diam, karena baginya anak itu sangat unik. Bagaimana tidak unik? Seorang remaja perempuan yang terlihat centil dan manja tapi sesungguhnya ia sangat tangguh.

Terakhir adalah saat materi terbaru, yaitu menembak. So-Yeon adalah siswa pertama yang bisa menekan pelatuk tanpa menjatuhkan batu kerikil. Itu adalah suatu hal yang hebat. Bisa menguasai teknik menembak secepat itu, tidak banyak orang yang bisa. Dan So-Yeon adalah salah satu di antara orang-orang hebat itu.

Sejak memperhatikan So-Yeon pula ia sadar, bahwa So-Yeon sangat sering diam-diam sering meliriknya. Puncaknya, saat ia mengantar gadis itu pulang di hari Sabtu lalu. Ia jelas menyadari So-Yeon yang melabuhkan pandangannya begitu lama saat menatapnya. Sejak saat itu sesungguhnya ia sudah tahu, gadis itu menyukainya.

Tebakan Chun-Ho pun diperkuat saat So-Yeon mendatangi ruangannya di Senin malam kemarin untuk memberikan kue. Jujur, sebagai seorang lelaki normal, tentunya tidak mungkin ia tidak tersentuh saat tahu bahwa ada seorang gadis yang terlihat sungguh-sungguh menyukainya.

Tapi Chun-Ho juga tidak boleh terbuai dengan hal itu begitu saja, karena masalahnya So-Yeon masih SMA yang secara umur belum memasuki umur legal. Jadi sebisa mungkin Chun-Ho mengabaikan dan menepis jauh-jauh segala kemungkinan perasaan yang ia rasakan. Ia juga berharap, dengan ia menolak kue pemberian So-Yeon di Senin malam itu, gadis itu bisa berhenti menyukainya.

Karena bagaimana mungkin ia yang seorang pria dewasa terlibat hubungan dengan seorang remaja SMA?

*****

So-Yeon terbangun di tengah malam karena merasakan sakit di perut dan punggungnya. Gadis itupun mengerang dan memeluk bantalnya kuat-kuat guna menekan rasa sakit itu.

"Engh.." Lenguh So-Yeon sambil berusaha melirik jam di dinding.

Jarum jam menunjukkan pukul 01.23 dini hari. Sudah sangat larut, suasana di luar barak pun sudah sangat sepi. So-Yeon melirik ke arah kiri dan kanan tempat tidurnya, dilihatnya So-Yoon dan Yoo-Jung tidur nyenyak. Kedua temannya itu tampak sudah lelap ke alam mimpi masing-masing.

Sweet Surrender (Letnan Lee x Soyeon)Where stories live. Discover now