03. Di Jalan Pulang

568 94 38
                                    

Sincere Cafe, Hongdae, 7. 48 KST

"Jadi, kamu akan ada di Seoul selama 3 minggu?" Tanya seseorang sambil menghisap rokoknya.

Di balkon atau smoking area Sincere Cafe, tepatnya di salah satu meja yang berada di paling luar dan paling dekat dengan pagar pembatas, duduk dua orang pria yang sedang bercakap santai sambil menikmati es kopi dan pemandangan gemerlap kota Seoul.

Kedua pria itu adalah Komandan Peleton Lee Chun-Ho dan sahabat lamanya sejak SMA, Kim Jae-In.

Lee Chun-Ho menghisap rokoknya sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

"Iya, aku full di Seoul selama 3 minggu karena harus melatih anak-anak. Setelah itu aku kembali ke batalyon," jawab Chun-Ho kemudian menyesap es kopinya.

"Bagaimana rasanya? Anak-anak itu pastinya susah diatur, bukan?" Tanya Jae-In. Chun-Ho pun mengangguk pelan.

"Pastinya iya, karena bagaimanapun mereka masih remaja. Tapi sejujurnya tidak seburuk itu, aku menganggap 3 minggu ini adalah hari liburku. Aku bisa pulang ke Seoul, bertemu orangtuaku, dan bertemu teman lama saat akhir pekan. Bagaimana denganmu?" Chun-Ho bertanya balik.

"Bagaimana apanya? Jika yang kau maksud adalah wanita itu, kita sudah putus 7 bulan yang lalu bahkan dia sekarang sedang hamil anak kekasihnya dan berencana akan menikah bulan depan," tandas Jae-In berapi-api hingga membuat tawa Chun-Ho pun pecah.

"Aku tidak bertanya soal itu, karena aku sudah tahu percintaanmu selalu mengenaskan," ujar Chun-Ho sambil masih terkekeh.

"Sialan kau, lalu apa?" Tanya Jae-In yang sedikit kesal.

"Pekerjaanmu, aku dengar kau resign tiga bulan yang lalu?" Tanya Chun-Ho.

"Benar dan aku sekarang sudah membuat kantor sendiri bersama kedua rekanku yang lain. Hei! Bukankah aku mengundangmu di pembukaan kantorku sebulan yang lalu?!" Ujar Jae-In.

"Oh, aku baru ingat, maafkan aku saat itu aku tidak bisa datang. Kau tentunya mengerti," timpal Chun-Ho. Jae-In lantas menggelengkan kepalanya.

"Abdi negara memang sesibuk itu, ya? Aku sekarang jauh lebih bebas, memiliki kantor sendiri tentunya segala hal dapat aku kendalikan sendiri, tingkat stressku menurun. Kurasa memang ini lebih baik," ujar Jae-In.

Jae-In adalah seorang arsitek. Sebelumnya ia bekerja di sebuah perusahaan arsitektur yang sudah memiliki nama besar di Korea Selatan, namun baginya bekerja di sana terlalu banyak tekanan, oleh karena itu ia dan beberapa rekannya memutuskan untuk merintis jasa arsitek sendiri meskipun harus memulai dari 0.

"Ngomong-ngomong, aku mengundang seseorang ke sini," ujar Jae-In tiba-tiba, membuat Chun-Ho yang sedang menikmati kopinya lantas menatapnya tajam.

"Siapa?" Tanya Chun-Ho.

"Siapa lagi? Tae-Ha. Dia bilang dia merindukanmu, dan kurasa memang sudah saatnya kalian bertemu dan kembali bersikap seperti dulu," jawab Jae-In. Chun-Ho tidak menjawab, pria itu hanya menatap  gemerlap kota sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

Keheningan menyelimuti keduanya sesaat, hingga akhirnya suara lembut seorang perempuan menyapa indera pendengaran keduanya.

"Apa-apaan ini? Kalian sudah lama tidak bertemu tapi hanya saling diam begini?"

"Jung Tae-Ha," ujar Jae-In, Chun-Ho pun lantas menoleh ke arah suara perempuan itu.

Tak jauh dari meja yang ditempati Chun-Ho dan Jae-In, berdirilah sesosok perempuan cantik yang sedang tersenyum manis menatap keduanya. Perempuan itu terlihat sangat anggun dan manis dengan midi dress berwarna merah muda lembut dan rambut hitam panjangnya yang tergerai rapi.

Sweet Surrender (Letnan Lee x Soyeon)Where stories live. Discover now