[DAY 9] ANGEL'S GIFT

Mulai dari awal
                                    

Elios pertama kali melihat Aksa langsung menyapa pemuda yang baru mendudukan diri di kursinya.

"Dari ruangan Pak Xavier dari tadi pagi. Pak Ferdian gak nyariin gue, kan?"

Elios tampak berpikir sebentar, "Tadi sih nyariin lo. Tapi setelah nerima telepon, dia gak nyariin lagi."

Aksa tahu pasti saat itu Ferdian tengah mengangkat telepon dari Xavier.

Mengingat Xavier dengan segera Aksa merapikan mejanya, tangannya terulur meraih tas kerja yang tergantung di bawah meja.

Elios sendiri mengernyit heran, mengapa Aksa sudah merapikan mejanya? Jam pulang kerja masih lama.

"Lo mau bolos?"

"Enak aja! Gue disuruh pulang."

"Lo... Dipecat?"

"Anjim! Doa yang baik napa?!"

Elios hanya menggaruk pelipisnya, jika bukan dipecat mengapa Aksa sudah merapikan mejanya? Jangan salahnya Elios jika berpikir Aksa dipecat.

"Pak Xavier nyuruh gue pulang."

"Lha kok enak amat anjir!"

"Maybe... Karena gue karyawan baru? Who knows?"

Tidak! Ini tidak adil! Aksa yang karyawan baru bisa pulang lebih awal. Sedangkan, dirinya dulu, bahkan harus lembur di hari pertamanya bekerja.

Siapa yang menciptakan peraturan seperti ini?! Sialan! Elios iri.

"Gue jadi makin yakin Pak Xavier habis lo jampi-jampi."

"Mulut lo! Gue ini karyawan jujur dan baik hati, mana ada main begituan." Kalau dipikir-pikir, hari ini sudah dua orang yang mencurigai dia memberi jampi-jampi ke Xavier.

Elios ingin menangis saja rasanya. Ia juga ingin pulang, bahkan dirinya belum pernah merasakan pulang lebih awal.

"Aksa~ bawa gue pulang juga..."

"Idih, najis!"

Demi apapun, Aksa geli melihat Elios yang merengek layaknya anak kecil. Bahkan, bibirnya juga dibuat mengerucut agar terlihat imut.

"Gue harus pulang sekarang, Bisa dipecat Pak Xavier kalo gue masih berkeliaran di sini."

Walaupun diperhatikan karyawan lain, Aksa tidak terlalu peduli. Toh, dia tidak bolos bekerja. Dia pulang karena diperintah oleh bos mereka. Jadi jangan salahkan dirinya.

~~~~

Aksa tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa menatap langit-langit kamarnya. Sesekali ia melihat jam weker di atas nakas samping tempat tidurnya. Lily juga sedang tidur di dalam tenda kecil miliknya.

Ukuran ruangan Aksa terbilang besar, dalam satu ruangan bisa memuat seluruh kebutuhan Aksa.

Bagian dapur yang berada disudut ruangan dan kamar tidurnya hanya dibatasi counter kayu yang dapat berguna sebagai meja makan.

Sedangkan di sisi lain ruangan, terdapat lemari dan meja kerja yang tertata rapi di sudut ruangan dengan pintu masuk ke kamar mandi tepat di sebelah meja.

Waktu masih menunjukkan pukul setengah empat sore, tapi ia tidak tahu harus berbuat apa lagi selain berdiam diri dan berbaring. Jika ia kembali ke kantor, sudah pasti ia harus berurusan dengan bosnya. Tapi, jika ia tetap diam seperti ini, ia akan mati karena bosan.

Tiba-tiba, Aksa terpikirkan akan sesuatu yang hampir ia lupakan. Diambilnya handphone
dan membuka sosial medianya.

Aksa memutar badannya, kini ia di posisi dari kepala sampai perutnya di atas kasur, sedangkan kakinya menggantung di ranjang.

✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang