[DAY 8] DEVIL'S DESIRE

Start from the beginning
                                    

"Elios?"

Elios meluncurkan dirinya ke sebelah Aksa. Memang kursi yang mereka gunakan, memakai jenis kursi kantor yang memiliki roda {bahkan bisa berputar}.

"Gemesin, kan?" Elios menggoda Aksa yang masih tampak terkejut dengan apa yang ia siapkan.

"Gemesin? Bukannya ini cuma tikus, ya?"

"Ehhh... enak saja, ini tuh kapibara. Gemesin sama kayak lo." Terdengar gelak tawa dari Elios sembari meluncur kembali ke meja kerjanya.

Aksa tercengang, dari mana kemiripan hewan pengerat ini dengan dirinya?

"Dari mana anjir miripnya?!"

"Eh, lo tau gak? Kalo kapibara nih hewan yang ramah, loh. Kayak lo ke orang-orang, jadi dengan kebaikan hati gue yang tiada tara ini mempersembahkan monitor dengan hewan selucu kapibara ini."

Aksa hanya bisa tersenyum canggung. Yah, tidak buruk juga sih. Apalagi Elios mengeditnya dengan menambah hiasan, jadi tidak buruk juga.

Sekarang, Aksa tampak bingung ingin melakukan apa. Karena, ia juga belum diberitahu harus mengerjakan apa. Elios juga tampak serius bekerja.

"Elios, ada kerjaan yang bisa gue kerjain?"

Tangan Elios berhenti menari di atas keyboard. Ia menoleh ke arah Aksa dengan pose berpikir.

"Sebenernya, ada beberapa kerjaan gue yang udah mau deadline. Tapi, gue masih bisa nyelesaiin, sih. Coba tanya Pak Ferdi, mungkin ada beberapa yang bisa dibantu."

Aksa mengangguk, lalu bangkit menuju ruangan Ferdian. Namun, belum sempat ia masuk. Aksa malah berpapasan dengan Ferdian di depan pintu, bertepatan Ferdian yang akan keluar.

"Ah, kebetulan sekali, Aksa. Baru saja saya akan menemui kamu."

"Ada apa ya, Pak? Ada sesuatu yang bisa saya bantu?"

Ferdian menyerahkan setumpuk berkas ke tangannya, "Saya minta tolong antarkan ini pada Pak Xavier di lantai atas. Karena, kamu belum menangani hal apapun, untuk sementara kamu bisa membantu saya, kan?"

Aksa mengangguk pasti, "Bisa, Pak. Jika Bapak membutuhkan bantuan, saya siap membantu."

"Nah, sekarang. Antar dulu berkas ini karena sudah ditunggu."

Aksa mengangguk sekali, lalu berlalu pergi. Sebenarnya, ia bisa membantu hal apapun, namun untuk ini. Ia sebenarnya ingin menolak, bertemu dengan Xavier adalah hal yang paling ia hindari sekarang ini.

Namun, cepat atau lambat ia akan sering bertemu Xavier nantinya.

Dengan setumpuk berkas di tangan, Aksa pergi ke lantai di mana ruangan direktur berada. Perasaan ini sama seperti saat ia menemui Xavier untuk melakukan interview.

"Selamat pagi, Pak."

Aksa menyapa riang Mattheo yang baru saja keluar dari pintu ruangan direktur. Raut wajahnya tampak kurang mengenakkan, namun langsung berubah saat berhadapan dengannya.

"Oh, Aksa. Ada apa ke sini?"

"Menyerahkan berkas dari Pak Ferdian. Apa ada masalah dengan Anda, Pak? Raut wajah Anda tampak suram."

Aksa tahu dirinya bisa dicap lancang jika menanyakan hal seperti ini, padahal bisa dikatakan Mattheo termasuk atasannya. Dan ia tidak berhak ikut campur.

"Tidak apa, hanya beberapa jadwal yang harus di-cancel karena Pak Xavier tidak mau datang."

Aksa mengangguk, "Kalau begitu saya masuk dulu, Pak. Takutnya berkas ini sudah ditunggu oleh Pak Xavier."

✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS Where stories live. Discover now