II

131 18 3
                                    

'Oh, dia baik.' batin Sou, ia mencoba melangkah namun keseimbangannya menghilang dan membuatnya goyah hampir terjatuh.

Orang itu terkejut, dengan reflek menjatuhkan ponselnya dan menangkap tubuh basah Sou.

"Ah! Maaf!" Sou berusaha melepas dekapan orang itu, ia takut seragamnya akan membasahi tubuh orang itu juga.

"Hati-hati.." suara orang itu terdengar sungguh lembut, hati Sou tersentuh, ia melirik ke arah barang milik orang itu, "tapi.. Ponselmu.."

"Itu bisa nanti, kita keluar dulu dari sini." orang itu merangkul tubuh Sou dan dengan pelan memimpin jalan.

Untuk pertama kali, ada seseorang yang mau membantu dirinya, seseorang yang benar-benar tulus membantu.

Keduanya sampai di luar gang, mendapatkan penerangan dari lampu gantung pun sudah bersyukur, beruntungnya tepat didepan mata mereka menemukan tempat duduk. Jalanan terlihat sepi, bagaimana orang itu bisa berada di sana, bahkan bisa menemukan dirinya.

Belum sempat Sou melihat wajahnya, orang itu langsung masuk kembali kedalam sana untuk mengambil ponsel dan barang miliknya.

Langit sudah gelap sekarang, rasanya ia tidak mau pulang. Laki-laki itu keluar dari dalam sana dan duduk disebelahnya.

Wajah orang itu benar-benar asing dimata Sou, sejujurnya. Namun, ia terlihat sedikit.. Tampan.

Kekhawatiran terlihat cukup jelas di wajah orang itu, ia mengambil sapu tangan dan mengusap wajah Sou dengan pelan.

Sou menggigit bibir bawahnya, ia bertanya-tanya. Orang itu berhenti sesaat, "aku Eve, namamu?"

Sou menatap manik Turquosie di hadapannya lamat, ia mengalihkan pandangan, enggan menjawab.

"Aku.. Sou."

"Sou, ya?" Eve tersenyum tipis, "Sou pasti udah ngelewatin banyak hal." lanjutnya masih mengusap tubuh Sou yang basah. Ia dengan telaten mengeringkan rambut Sou hingga ke leher, membuat empunya bergidik.

"A-aku sensitif di bagian situ.." Sou sedikit menunduk sembari menahan tangan Eve, wajahnya sedikit merona.

"Oh- maaf.." Eve terkekeh canggung, ia menyodorkan sapu tangan itu dengan maksud untuk Sou mengeringkan dirinya sendiri.

Keduanya diam sembari Sou mengusap bagian tubuhnya yang basah, tidak ada siapapun kecuali mereka di sana.

"Kamu harus cepat pulang, Sou." ucap Eve memecah keheningan. Sou tidak menjawab, "kamu bisa sakit." lanjutnya.

"Aku tinggal sendiri, aku bisa pulang kapan aja." balas Sou sembari membereskan barangnya yang masih basah.

Eve meneguk ludahnya, ia menatap Sou dari ujung kepala hingga kaki. Dikucilkan? Mungkin pikirnya, namun ia tidak mau bertanya ataupun berbicara tentang hal yang berkaitan dengan kejadian itu.

"Oh ya, 'kak'? Mungkin. Kakak keliatan nya anak SMA?" Sou bertanya lebih jelas. Eve terpukau, "oh.. Kamu tau ya.."

Sou melipat sapu tangan putih yang sudah lembab itu, sejujurnya ia menggigil sekarang, tapi pada akhirnya dia juga akan tetap sakit. Ia menadahkan kepalanya ke atas, menatap kelap-kelip indah yang terhambur di langit malam itu.

"Kak."

"Eh, ya?"

"Kok kakak tau aku ada disini?"

Eve menatap Sou lamat, lalu mengalihkan pandangan. Saat itu jam 15:35, seharusnya Eve sudah sampai rumah saat itu, dihari itu juga mood nya sangat buruk lantaran permasalahan yang terjadi disekolah, ditambah jemputan nya yang tidak kunjung datang juga.

Ia terlalu fokus dengan ponselnya, hingga sudut matanya menangkap pergerakan sekelompok berandal berisik yang tengah berjalan menuju kedalam gang sepi yang jarang dilewati.

Atensinya terfokus pada seorang murid laki-laki yang dengan pasrah digiring masuk kedalam sana tanpa perlawanan. Mau mengintip atau membuntuti tidak mungkin, itu sama saja seperti bunuh diri.

Hari semakin larut, Eve berdiri di sana, hanya diam, tidak ada pikiran untuk pulang, bahkan ia menolak jemputan yang akan datang. Ia terus memikirkan bagaimana nasib anak malang di sana. Haruskah ia membantu, tetapi kalau ia hanya salah tanggap bisa mampus jadinya.

Terkejut tapi tidak, maksudnya ia terkejut namun ia memang sudah menduga hal ini akan terjadi. Suara pukulan, tawa, dan lain-lain terdengar dari dalam sana. 'Lagi bersenang-senang, ya.' batinnya, ia mengambil airpods disakunya dan menutup telinganya, berlagak tidak peduli.

Tidak lama sekelompok berandal itu keluar, namun tanpa bocah bersurai abu-abu sebelumnya, Eve melepas airpods dari telinganya. Matahari telah terbenam, ia menyalakan flash pada ponselnya, dengan berhati-hati masuk kedalam sana, ia tau yang dia lakukan akan ber resiko besar, apalagi bisa saja sekelompok berandal itu kembali.

Eve yang saat ini dipenuhi oleh rasa penasarannya, membatu melihat seorang bocah laki-laki yang terduduk membelakanginya dengan segaram basah serta barang-barang sekolah sudah amburadul.

Anak itu terlihat kesulitan untuk berdiri, perlahan Eve mengangkat flashnya dan memperjelas pandangannya. Penampilan yang benar-benar kotor, bahkan wajahnya terlihat biasa saja.

Namun dengan cepat wajah anak itu berubah ekspresi menjadi terkejut, ia mengingat saat anak itu hampir terjatuh, beruntung ia memiliki reflek yang bagus.

Eve tersenyum tipis, wajah Sou saat ini terlihat sangat penasaran. "Aku ga sengaja ngeliat kucing masuk kedalam sini.." Eve mengalihkan pandangan, "mungkin kebetulan." ia berbohong.

Tidak ada suara lagi untuk beberapa saat. Dering telepon yang berasal dari ponsel Eve berhasil memecah keheningan, dengan cepat ia menjawab panggilan masuk itu dan pergi sedikit menjauh dari kursi yang ditempatinya, sementara Sou mengamati Eve dari jauh.

Tak lama kemudian, Eve kembali. Ia tersenyum dan mengambil tasnya, "maaf, aku buru-buru. Mau bertukar kontak?"

Eve berhasil membuyarkan lamunan Sou, "ah? Itu- aku.. Ga punya ponsel."

"Eee.."

"Alamat rumah gimana?"

"Buat?"

Eve tersenyum masam, anak ini sepertinya mengalami trust issue. Sou terkekeh pelan, "bercanda." senyuman terukir jelas diwajahnya, dan berakhir keduanya hanya bertukar alamat rumah.

Baru selangkah berjalan, Eve merasakan tangannya di tahan dari belakang dan mendapati Sou yang tersenyum hangat padanya, manik birunya terlihat sedikit berair, "hati-hati, makasih." tuturnya lembut. Eve kembali tersenyum sebagai tanggapan.

Sementara kini Sou menatap punggung Eve yang perlahan menghilang, begitupun senyum diwajahnya juga menghilang. 'Kakak ga pinter bohong.' batinnya. Ia merenggangkan ototnya dan beranjak untuk pulang.

Setiap hari nya, ia melewati jalan yang sama, kondisi yang sama, mood yang sama dan jalanan yang selalu sama sepinya. Sou berfikir, mungkin pada akhirnya ia juga akan asing dengan Eve, kedekatan yang hanya sementara.

Ia membuka kenop pintu rumahnya, selalu dalam kondisi yang sama, barang-barang tidak pernah tersusun rapi, bahkan lantai diselimuti oleh debu tebal. Sial, ia belum membayar tagihan listrik.

Sou kini hanya akan membersihkan dirinya dan tidur lelap, malam ini ia akan diselimuti kegelapan, hingga matahari kembali terbangun seperti sedia kala.

-

[BL]Mine DISCONTINUEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang