02

260 80 8
                                    

Hari sudah gelap, waktu sudah menunjukan pukul 10 Malam. Anak-anak panti sudah tertidur lelap di kamar masing-masing, mereka ternyata dapat tidur dengan cepat walaupun tak sedikit dari mereka yang rewel ingin ditemani, terutama Ayane yang menjadi sandera oleh bandit tadi siang.

"Mereka ternyata cukup bodoh. Tak mungkin aku sampai di pos keamanan dalam waktu sesingkat itu bukan?" Cibir Tenten. Akhirnya percakapan mengenai peristiwa tadi siang di bawa ke permukaan, mereka bertiga sengaja tidak mengungkit peristiwa itu di depan anak-anak yang bisa saja membuat suasana panti tidak nyaman.

Perkataan Tenten memang benar, bahkan Sakura juga cukup bingung bagaimana bisa segerombolan bandit itu langsung pergi ketika Nyonya Kaguya mengatakan hal yang mustahil di pikir oleh akal sadar, lokasi panti ke pos keamanan berjarak sekitar 5 Kilometer dan itu membutuhkan waktu paling lambat 30 menit menggunakan kuda, dan Tenten bukan seorang kesatria yang dapat memacu kuda sekencang angin. Aneh rasanya bandit itu yang percaya saja dengan ucapan Nyonya Kaguya.

"Aku minta maaf." Gumam Sakura sambil menggenggam cangkir teh hijau nya erat, kepalanya tertunduk penuh penyesalan walaupun wajahnya tak terlihat karena rambut yang menghalangi.

"Seharusnya aku tak ragu untuk menggunakan pedang ku."

Suasana yang tadinya cukup bising oleh cibiran Tenten kini hening. Mereka bertiga tengah berkumpul di ruang tengah, lampu yang remang-remang membuat tubuh mereka cukup hangat.

Sakura tetap menutupi wajahnya dengan rambut merah mudanya, tak mampu mengangkat kepala untuk melihat wajah kedua orang yang sangat disayanginya itu, perasaan bersalah terus menggerogoti dirinya hari ini. Pertama dia yang hampir terlihat oleh anggota kerajaan, dan sang Raja langsung yang menemukannya, kemudian dia yang gagal mendapatkan daging bahkan daging kelinci sedikitpun, dan terakhir dia yang ragu untuk menggerakkan pedangnya. Sial bahkan dia masih bisa merasakan tangannya yang gemetaran.

"Aku lebih takut mereka melihat rambutmu daripada kehilangan seluruh harta yang aku punya." Genggamannya pada gelas macha tambah menguat.

Lagi-lagi kalimat itu, kalimat yang membuatnya jengah. Kenapa hanya karena sehelai rambut semua orang harus menderita seperti ini? Rambutnya tak mungkin lebih berarti dari sebuah nyawa bukan? Ini hanya rambut merah muda aneh yang kadang membuatnya tak percaya diri, apa yang bisa dilakukan rambut ini?

"Itu tak membuatku senang Nyonya Kaguya." Balasnya pelan yang di respon dengan helaan nafas Nyonya Kaguya yang duduk dihadapannya.

"Tatap aku Sakura." Sakura dengan ragu mengangkat kepalanya, dia hanya berharap bahwa air mata yang dia tahan tak terlihat oleh Nyonya Mebuki dan Tenten.

"Seluruh penghuni di panti ini berharga, rambutmu yang paling berharga. Jika orang asing melihat rambutmu, mereka akan melaporkan nya pada Sang Raja dan itu hal yang sangat buruk." Sakura menggertakkan gigi, sebisa mungkin ia tahan air mata kesalnya. Muak dengan dirinya yang selalu mendapatkan perlindungan dan di nomor satukan karena rambutnya.

"Memangnya apa yang akan terjadi jika orang lain melihat rambutku?" Dia bertanya dengan geraman, mata hijaunya menatap geram Nyonya Kaguya yang mulai tersinggung dengan pertanyaannya. Mungkin bukan tersinggung, raut wanita tua itu menunjukan sedikit kemarahan karena pertanyaan nya, tapi dia tidak peduli karena selama dia hidup, dia lelah dengan rambut yang selalu ingin dia potong ini.

"Rambutku ini lebih berharga dari emas? Jadi kau tetap menyembunyikan ku selama 19 tahun agar suatu saat kau bisa menjual ku dengan harga tinggi?!" Bentaknya sambil bangkit dan menggebrak meja.

"Sakura!" Bentak Tenten tidak menyangka kata-kata kejam itu bisa keluar dari Sakura yang selalu bertutur lembut pada Nyonya Kaguya. Bisa dia lihat raut geram dan kecewa di wajah orang yang sudah ia anggap sebagai saudari itu. Wajahnya memerah menahan tangis dan tatapan matanya tajam bukan main, ini pertama kalinya dia melihat wajah Sakura yang seperti ini.

SECRET HAIRحيث تعيش القصص. اكتشف الآن