Lasungkawa(Pantun)

20 2 2
                                    

Hujan lebat membasahi bumi,
jatuh hujan sungguh alami,
ku di tempat yang ku diami,
mengenang nasib yang ku alami,

Tepuk bantal beribu kali,
ingin setenang air di kali,
kasut diikat dengan tali,
ikatannya diulang berkali-kali,

Muzik dialunkan,
lagu ku didendangkan,
terdapat cerita ingin ku luahkan,
sungguh perit tak bisa ku ungkapkan,

Sudah di tebuk lubang minuman,
tak kira apa jenis minuman,
sudah ku temu burung di tengah laman,
untuk apa lagi mencari teman,

Tisu basah menjadi kering,
tarian peserta harus diiring,
berjalan bersama di genting,
engkau sudah tak penting,

Gurindam berdentum kini berhenti,
air menitik tak henti,
degupan jiwa sudah terhenti,
melihat dia tiada lagi erti,

Melihat langit sungguh gelap,
ku tutup mata juga gelap,
tidur juga sukarku terlelap,
mengingat segala salah silap,

Bicara manis dihiris luka,
tak dapat ku bina asmaraloka,
ku rasai limau dihujung lidah,
setelah dikata menyesal tak sudah,

Ku jatuh hingga kakiku patah,
duduk ku di hutan digigit lintah,
tibanya datang seekor lebah,
yang pernah buatku jadi rebah,

Bulu kucing sedang kusisir,
sempadan lautan dipesisir,
kusimpan segala pasir,
sudah datang tak bisa diusir,

Sedang aku berserama,
ku belasungkawa di jumantara,
seakan dia adalah atma,
kini sudah tak bertara,

Dua bunga keduanya cantik,
bingung ku pilih siapa harus kupetik,
duri sungguh menjadi aralnya,
tidak lagi ingin ku memilihnya,

-Zu

Ungkapan CintaWhere stories live. Discover now