Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Lebih mengutamakan kebahagiaan orang lain dan hidup diatas penderitaan pedihnya sebuah fitnah.
Kisah tentang Elkaivan Rafif Salthaan Ghalibie dengan pahit...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hari ini, tepatnya Elkaivan dan Elkairav memasuki umur yang ke-9 tahun. Memperingati ulang tahun seseorang biasanya dirayakan dengan mengadakan pesta ulang tahun dengan keluarga atau teman. Hadiah sering diberikan pada orang yang merayakan ulang tahun. Pada saat seseorang ulang tahun, sudah menjadi kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulangtahunnya.
Tapi hari ini, tidak ada yang istimewa. Di tahun-tahun sebelumnya, ulang tahunnya selalu dirayakan. Entah itu merayakannya di rumah ataukah orang tuanya merayakannya di luar. Dan selalu, Elkaivan dan Elkairav duduk berhadapan dengan begitu banyak pemberian di hadapannya untuk keduanya buka satu per satu apa saja yang tamu undangan berikan untuk si anak kembar tersebut.
Di balkon kamar, Elkaivan duduk termenung. Ia kesepian. Abinawa dua hari lalu pergi ke luar negeri, Lavanya pun lima hari lalu pergi ke luar kota, Kavi akan pulang sore karena mengikuti kelas tambahan, dan Elkairav belum pulang dari sekolah. Di hari ulang tahunnya, Elkaivan kembali berdiam diri di kamar. Seperti biasa, anak itu sakit karena memakan makanan yang dirinya tidak tau bahwa makanan itu pedas.
"Den El, kenapa murung gitu mukanya?" Tanya Bi Naruna yang baru saja menghampiri anak majikannya.
Elkaivan menoleh lalu kembali memandangi langit indah diatas sana. "Bosen, Bi. Kapan ya aku bisa bebas ngelakuin apa aja, capek kayak gini terus. Dikit-dikit sakit, dikit-dikit sakit, ngerepotin banget."
"Gak boleh ngomong gitu, Den. Hari ini kan Den El dan Den Kai ulang tahun, karena Den Kai belum pulang jadi Den El mau ikut bibi gak?"
"Ikut kemana, Bi?"
"Kemana aja yang Den El mau, Bibi temenin sekalian Bibi mau beliin Den El dan Den Kai kado tapi Bibi bingung mau beliin apa. Makanya Bibi ngajak Den El, mau kan?"
Berfikir sejenak kemudian mengangguk, "Ayo, Bi." Ajaknya menarik tangan Bi Naruna.
🐰🐰🐰
Bi Naruna menggandeng tangan anak majikannya, menuntunnya masuk ke dalam toko buku, sesuai keinginan Elkaivan. Ditanya ingin kemana, anak itu selalu menjawabnya ingin ke toko buku.
Elkaivan menghampiri salah satu pramuniaga, "Kak?" Panggilnya seraya tersenyum, memamerkan deretan gigi putih nan rapinya.
Pramuniaga itu menunduk lalu menyamakan tingginya dengan tinggi Elkaivan dan memegang kedua lengan anak itu. "Indah sekali senyum kamu, Dek. Namanya siapa?"
Dipuji seperti itu membuat pipi Elkaivan merona, anak itu salah tingkah. Pasalnya, pramuniaga itu adalah orang pertama yang memujinya memiliki senyum yang indah. "Elkaivan kak, panggil aja El."
"Lucu." Lagi, pramuniaga itu memujinya bahkan mencubit pelan pipi Elkaivan agar sang empu tidak merasakan sakit karenanya.
"Makasih kak udah muji aku. Kakak cantik, namanya siapa?"
"Nama kakak, Aletta. Kamu kesini sama siapa?"
Elkaivan menoleh lalu menunjuk Bi Naruna, "Sama Bibi aku. Kak, disini ada gak di jual yang kayak buku tapi dalemnya foto-foto gitu?"