"Kamu tidak perlu memikirkan itu, yang harus kamu lakukan mulai sekarang belajar lebih giat tentang bisnis, dan tunjukkan sama mereka kalau kamu memang pantas menerima semua itu"

"Kamu nggak perlu mendengarkan omongan dari orang lain Aland, bungkam mulut mereka dengan prestasi kamu"

"Saya percaya sama kamu, dan urusan abang dan adek-adek kamu itu, biar saya yang urus, kamu hanya perlu belajar"

"Ini untuk masa depan kamu Aland" ujar Bimo menatap Aland lekat

"Saya nggak mau dibenci, saya nggak..."

"Stss tenang Aland, nggak ada yang benci sama kamu" ucap Hendry membawa Aland kepelukannya

"Lucas sama Kevin sudah tau tentang hal ini dan mereka tidak masalah akan hal itu" ujar Hendry mengelus punggung Aland yang gemetaran.

"Dan untuk Vano dan Vino nanti akan daddy bicarakan sama mereka, jadi kamu tenang ya" lanjut Hendry menatap papanya

"Vano" ucap Aland melepaskan pelukan Hendry dan menatap Hendry dengan pupil mata yang bergetar.

"Nggak mau, saya nggak mau"

"Vano pasti akan semakin benci sama saya, Aland nggak mau semakin dibenci"

"Jahat, ini bukan salah Aland kenapa harus Aland yang menerima semuanya" ujar Aland yang sudah tampak panik

"Ck, kamu urus tuh anak kamu" ujar Bimo dan melangkah keluar dari kamar Aland dan hanya dibalas deheman oleh Hendry.

"Aland nggak usah khawatirin hal yang belum terjadi, Vano nggak akan benci sama Aland" ujar Hendry kembali memeluk Aland dan membawa Aland berbaring di kasurnya.

"Sekarang minum obatnya supaya lebih tenang" ujar Hendry mengambil obat penenang Aland di laci nakasnya dan membantu Aland minum obat itu.

"Aland mau Vino, Vano, A-azka di sini" ujar Aland

"Baiklah" ucap Hendry mengecup singkat dahi Aland dan menyelimutinya.

"Kamu jangan macam-macam ya, daddy akan panggil mereka" ucap Hendry dan diangguki oleh Aland

.

.

.

.

.

Setelah memastikan Aland tenang, Hendry keluar dari kamar Aland dan menuju kamar Vano dimana ketiga anaknya berada di sana.

Setelah membuka pintu kamar Vano yang terkunci, Hendry menghampiri ke 3 putranya yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, walaupun televisi di kamar itu menyala.

"Daddy" ujar Vino yang pertama kali menyadari keberadaan Hendry di sana, membuat Azka yang sedang bermain ponsel dan Vano yang sedang membaca komik langsung mendongak.

"Daddy, bang Aland udah ketemu kan?" Tanya Azka dengan raut wajah khawatir.

"Hmm, Aland sekarang berada di kamarnya" ujar Hendry mengelus rambut Azka, membuat Azka dan Vino menghela nafasnya lega.

"Kalau gitu Azka mau ke kamar bang Aland deh" ucap Azka

"Yuk dek" ujar Vino merangkul bahu Azka

"Tunggu dulu, kalian temani Aland ya jangan tinggalin dia sendirian"

"Kamu juga Vano, temani Aland, dia minta kalian bersama dia tadi" ujar Hendry

"Ck ngapain sih, Vano mau pergi main, dia udah gede nggak perlu ditemani segala, dan udah ada Bang Vino dan Azka juga kan" ujar Vano tampak kesal

Aland Leon O. (Pre ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang