03. Pantai

428 48 2
                                    


Sudah seminggu semenjak Ran dan Rindou menginap di tempat Rei. Dan selama seminggu itu juga mereka tidak mengabari Rei, bahkan sekedar mengirim pesan saja tidak ada. Yah, lagipula Rei sudah terbiasa seperti ini.

Wanita itu hanya berpikir mungkin kedua adiknya itu sedang sibuk dengan pekerjaan mereka. Walaupun dia sendiri tidak tahu dengan jelas apa pekerjaan mereka. Ran pernah mengatakan pekerjaan mereka bersangkutan dengan perdagangan. Jadi, Rei hanya berpikir mungkin kedua adiknya itu sedang menjalankan sebuah usaha entah apa itu.

"Bosan sekali..." ucap Rei sambil berbaring lantai.

Dinginnya lantai menusuk kulit Rei, tapi wanita itu tidak peduli. Saat ini sedang musim panas dan suhu hari ini mencapai 36 derajat celsius.

Di unit apartemen Rei ada air conditioner, jadi setidaknya Rei tidak kepanasan.

"Apa aku harus ke pantai?!"

Rei menjadi semangat, tapi lesu lagi. "Aku tidak mau pergi sendiri."

Benar apa kata Rei. Oh, ayolah. Masa iya Rei harus pergi ke pantai sendiri, sangat menyedihkan sekali.

"Aku harus ajak siapa ya?"

"Ajak Ran dan Rindou?"

Seketika dia bersemangat, tapi kembali lesu saat mengingat kedua adiknya yang tidak ada kabar selama seminggu ini.

Cukup lama Rei uring-uringan memikirkan seseorang yang harus ia ajak pergi ke pantai.

"Oh, Hana!"

Wanita itu langsung bangkit mengambil ponselnya, lalu kembali berbaring. Menggulir daftar kontak di ponselnya mencari nama Hana.

Setelah menemukannya, Rei dengan cepat langsung menelepon Hana. Cukup lama hingga akhirnya panggilannya di terima oleh Hana.

"Kenapa, Rei?"

"Ayo ke pantai!"

"Hah?"

"Ayo ke pantai!!"

Hana di seberang sana terdiam. Dia terdiam mendengar ajakan Rei yang sangat mendadak itu.

"Hana? Halo?"

"Ah, maafkan aku. Aku tidak bisa pergi denganmu, Rei."

Rei yang ajakannya di tolak oleh Hana langsung cemberut.

"Kenapa kau tidak bisa?" tanya Rei.

"Maafkan aku Rei, tapi jadwalku sangat padat hari ini." jawab Hana dengan nada penuh penyesalan.

Rei mendecak kesal saat mendengar alasan Hana.

"Kau masih melakukan pekerjaanmu itu? Seriously, Hana?"

"..."

"Answer me, Hana"

Terdengar helaan napas.

"Yes, aku masih melakukan pekerjaan itu."

"Oh ayolah, Hana! Aku sudah menawarimu pekerjaan untuk bekerja denganku. Kau bisa menjadi asistenku. Tapi kau masih memilih that fucking job?! Are you insane?!"

"Rei, listen to me."

"Tidak. Aku tidak mau."

"Please, Rei! Aku mohon, dengarkan aku dulu!"

Rei tidak menjawab. Ia memejamkan matanya sejenak, berusaha meredam emosinya agar tidak meledak lagi.

"Rei, aku tidak bisa bekerja denganmu. No, bukan karena aku tidak mau. Kau sendiri tahu alasannya kenapa..."

Big Sister [Haitani Brothers] • on goingWhere stories live. Discover now