[1.1] Purple;-Chapter01-

Start from the beginning
                                    

"Aku mau ngomong. Ini penting." gumam gadis itu pelan.

"Apa sayang?" jawab cowok itu datar, masih tidak terlalu peduli dengan Jesna.

Jesna kesal sebenarnya. Apa sih yang dilakukan cowok itu dengan ponselnya sampai tidak bisa menoleh kearahnya barang sedikitpun?!

Jesna menahan nafasnya sejenak, berusaha mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan. Apapun yang terjadi, dia harus mengatakan hal ini pada Septa.

"Ayo udahan."

Bisa Jesna lihat, jempol Septa yang tadinya sibuk mengetik di layar ponselnya itu langsung terhenti. Cowok itu kini mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja.

Jesna memalingkan wajahnya ketika Septa menatapnya intens. Raut wajahnya yang emang pada dasarnya dingin makin dingin. Gadis itu hanya bisa terdiam dan meremat pakaian bawahnya sebagai pelampiasan rasa takut ketika ditatap Septa seperti ini.

Jesna memang takut pada Septa sebenarnya.

Dibalik wajah imut dan manis milik cowok dihadapannya ini tak membuat rasa takut Jesna berkurang.

Cowok itu menyugar rambutnya ke belakang menggunakan jari-jari, menatap datar pacarnya yang terlihat tidak nyaman. Septa memang terlihat ganteng saat ini, ralat-cowok satu itu memang selalu ganteng apapun kondisinya, buktinya saja para cewek yang ada disekitar mereka kerap kali melirik kearah Septa, bahkan tak jarang yang diam-diam memfoto cowok berkulit putih pucat itu.

"Putus maksud kamu?" tanya cowok itu.

Jesna diam, enggan merespon pertanyaan yang Septa lontarkan dengan nada bercanda, cowok itu juga terkekeh kecil. Septa mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, mencubit pelan pipi kanan pacarnya yang tengah tertunduk.

"Bercandamu lucu, sayang"

Jesna mengigit bibir bawahnya lebih kuat. Tak lama gadis itu menggeleng pelan, lalu mendongakkan kepalanya, memberanikan diri menatap Septa yang masih menatapnya dengan tatapan tajam dan penuh peringatan, walau kedua sudut bibirnya menyunggingkan senyum.

Septa terlihat seram jika seperti ini. Kedua matanya menyorot tajam dan datar, tapi bibirnya menyunggingkan senyum manis yang membuat kedua pipinya menampilkan lesung pipi yang biasanya dimainkan oleh Jesna.

"Aku ngga bercanda, kita putus. Mulai sekarang, kita ngga ada hubungan apa-apa. Aku permisi"

Jesna langsung berdiri tanpa banyak kata. Gadis itu meninggalkan sejumlah uang diatas meja untuk membayar pesanannya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Septa yang masih terdiam dengan kedua mata yang terus menyorot tajam kearahnya.

Cowok itu tersenyum miring ketika melihat gadisnya itu menghampiri seorang cowok yang tengah bersandar pada sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari caffe.

"Oh. Udah berani selingkuh terang-terangan ya? Kita lihat aja, sayang"

Kedua rahang cowok itu mengeras dengan tangan kanannya yang mengepal erat sampai urat tangannya menonjol.

***

"Lo serius putusin Septa?"

Jesna tidak mendengarkan sahabatnya yang terus saja menanyakan hal yang sama. Gadis itu lebih memilih sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Clarissa yang masih cerewet bertanya hal yang serupa.

"Je ih! Jawab kenapa sih? Di grup kelas heboh pada bicarain lo sama Septa yang tiba-tiba putus. Sebenernya kalian itu kenapa? Perasaan kemarin-kemarin masih oke oke aja deh, malahan kemarin kalian baru ngerayain aniv ke 3 tahun kan?"

Jesna menghela nafas perlahan. Ternyata putusnya hubungannya dengan si ketua kelas itu bisa membuat heboh kelas seperti ini. Padahal Jesna mengira putusnya dia dan Septa tidak akan ditanggapi serius oleh teman sekelas mereka.

storiette; enhypen√Where stories live. Discover now