[DAY 1] GRADUATION

Start from the beginning
                                    

"Gitu juga dia emak lo anjir, paling sayang sama lo."

"Udahlah, kita foto-foto dulu ngobrolnya nanti lagi."

"Siap, Yang Mulia Danuar."

Orang yang dipanggil Danuar melayangkan jitakan manis di kepala orang di samping Ozarn. Bahkan sampai mengaduh cukup keras.

"Anak ngentot! Sakit tau!"

Namanya Ben, dia satu kelas sama Ozarn. Aksa sendiri satu kelas bersama Danuar, orang yang menjitak Ben tadi. Iya, mereka berempat berbeda kelas, Aksa dan Danu ada di kelas Management 3, sedangkan Ozarn dan Ben di kelas Management 2.

Setelah bergelut dengan drama pendek mereka, akhirnya mereka meminta fotografer untuk memotret mereka. Setelah beberapa gaya, yang paling absurd tentu saja Ben dan Ozarn. Itulah mengapa mereka dijuluki sebagai badut management.

Setelah itu, mereka duduk untuk menyempatkan mengobrol satu sama lain. Acara sudah hampir selesai hanya menunggu pembubaran, beberapa orang juga masih sibuk berfoto ria dengan teman-teman maupun keluarganya.

"Bokap lo beneran gak ke sini, Sa?" tanya Ben saat ia menyadari ayah Aksa tidak berada di sana saat mereka berfoto.

"Lo tau sendiri bokap gue kaya gimana, Ben. Gue bukan yang terbaik, jadi buat apa dia datang?"

"Ck. Tapi lo masuk 5 paralel, Sa." Ozarn mendumel pelan, ayahnya Aksa kurang bersyukur sekali memiliki anak seperti Aksa. Padahal, anaknya termasuk jajaran siswa terpintar di jurusan Management.

Dia yang ranking 15 di kelas saja sudah sering dibangga-banggakan, walaupun hanya sama ibunya saja...

"Tapi bukan satu, kan? Tetep aja percuma."

Mereka cukup tahu bagaimana watak ayah dari Aksa ini. Sebagai anak laki-laki banyak tuntutan yang harus Aksa penuhi. Bahkan untuk bisa masuk ke jurusan Management, Aksa harus memohon dahulu ke ayahnya dikarenakan Aksa dituntut untuk masuk ke jurusan bisnis.

"Ya, gimana pun juga akhirnya gue udah lulus, sih."

Aksa menoleh saat dia merasa sebuah tangan mengusak kepalanya. Dilihat Danuar dengan sikapnya yang coolㅡkata orang-orang, tengah mengusak rambutnya.

"Lo udah ngelakuin yang terbaik, jangan peduli sama omongan bokap lo."

"Danu ..."

Aksa rasanya ingin menangis. Ia merasa beruntung mendapatkan teman seperti Danuar yang mengerti dan perhatian. Cukup sulit mencari teman seperti dia.

"Anjir, Nu! Gue kok gak pernah lo gituin sih?! Kalo sama gue KDRT mulu lo ..."

"Khusus lo doang. Kekenesan lo bikin gue geli."

"Anjing."

Mata Aksa masih terfokus ke Danuar. Walaupun umur Danuar lebih tua beberapa bulan, Aksa merasa punya sosok kakak. Danuar bisa diandalkan, berusaha selalu ada di saat dia butuh. Sosok kakak yang Aksa harapkan benar-benar ada di dalam diri Danuar.

"Habis lulus mau ke mana?"

"Kuliah lah, kayak kagak tau emak gue. Biar gue cepet kerja terus dapet bini. Lo tau kan emak gue terobsesi jadi crazy rich oma."

[ ✔ ] SWEET PILLS Where stories live. Discover now