Hendry terkekeh pelan melihat Vino dan Aland yang sudah menjauh, dan tatapan beralih pada Vano yang hanya diam, tampak tidak peduli itu.

"Senang ya, liat mereka akrab" ujar Haris pada Hendry

"Gimana, lega kan rasanya?" Lanjut Haris dan diangguki oleh Hendry

"Abang benar, seharusnya memang ini yang Hendry lakukan dari dulu" ucap Hendry tersenyum miris melihat Vano yang malah beranjak pergi dari sana.

"Tapi sayang, Vano belum bisa menerima semua ini" ucap Hendry menatap sendu Vano yang sudah hilang dibalik lift

"Semua perihal waktu dad, Lucas yakin kalau Vano juga akan menerima Aland seperti Vino dan Azka" ujar Lucas

"Semoga saja"....

.

.

.

.

.

Seminggu berlalu, hari ini Aland sedang rebahan di kamarnya sambil membaca novel yang sempat dia beli kemarin sehabis pulang sekolah.

"Ahh tamat" ucap Aland tersenyum senang membaca ending novel yang sangat memuaskan itu menurutnya.

"Nggak ada Bimo di mansion, menyenangkan juga ya"

"Gue bebas mau ngapain, kalau ada dia pasti dia marah liat gue rebahan nggak jelas gini"

"Terus maksa buat belajar" monolog Aland dan melangkah menuju balkon kamarnya, dia bisa melihat banyaknya motor sport yang berada di halaman mansionnya itu.

"Ck, mereka kapan perginya sih, gue kan juga mau pergi main sama Candra dan Sky" kesal Aland melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 7 malam, dan itu artinya sudah 4 jam dia berada di kamarnya itu.

Beginilah Aland baik dulu maupun sekarang, dia akan bersembunyi di kamarnya kalau ada tamu di mansion itu.

Bedanya kalau dulu, Aland dipaksa pergi ke kamarnya bahkan mereka tidak segan-segan mengurung Aland, tapi sekarang inisiatifnya sendiri karena mengira mereka akan marah kalau Aland menampakkan wajahnya pada tamu mereka.

"Aland" panggil Hendry menepuk pelan bahu Aland

"Ehh ada apa tuan?" Kaget Aland

"Kamu kenapa, kenapa tidak turun ke bawah?"

"Udah waktunya makan malam nih" ujar Hendry

"Hmm maaf, tapi ada teman-temannya Vano dan Vino di luar, saya tidak mau ada keributan" ucap Aland menatap langit malam itu

Hendry mengangguk mengerti dan menatap wajah Aland lekat.

"Kamu mau diperkenalkan sebagai anak angkat daddy" ucap Hendry membuat Aland menoleh kepadanya

"Tentu saja nggak mau" ucap Aland tampak kesal

"Hy dengarin daddy" ucap Hendry memegang kedua bahu Aland dan tersenyum lembut.

"Daddy sangat ingin memperkenalkan kamu sebagai anak kandung daddy, tapi situasi nggak memungkinkan boy, kamu taukan bagaimana seseorang menilai orang lain"

"Daddy nggak mau karena hal itu citra kamu buruk, dan orang-orang yang awalnya menyukai kamu malah berbalik arah mencibir kamu"

"Dan Daddy juga nggak tega liat kamu harus sembunyi-sembunyi seperti ini, setidaknya orang-orang tau kalau kamu juga bagian dari keluarga ini"

"Walaupun orang-orang tau kalau kamu anak angkat daddy"

"Kamu paham kan maksud daddy" ucap Hendry hati-hati supaya tidak menyinggung perasaannya.

Aland Leon O. (Pre ORDER)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu