09.perkara sarung

41 2 0
                                    


Adnan berusaha mengontrol kembali sepeda yang sudah berumur itu, Nanda langsung memeluk pinggang Adnan setidaknya jika ia terjatuh ada Adnan yang siapa tau bisa menjadi matras saat ia jatuh nanti.

Berulang kali Adnan menyeimbangkan stangnya sampai akhirnya ke2nya selamat dari jatuh yang kemungkinan berakhir nyusruk di sawah

"Alhamdulillah... " Syukur Adnan

" iiiih mas Adnan sengaja yaa?! "

" Nggak lah!! " Bantah Adnan
" Makanya kamu pegangan,biar nggak jatuh lagi " sambungnya dengan kekehan pelan dari Adnan

Nanda tertawa pelan dengan modus suaminya ini, Nanda mengalah ia akhirnya melingkarkam keduanya tanganya di pinggang Adnan.
Entah mengapa ada rasa menggelitik di hatinya, dulu rasayanya saat bersama Andra ia juga sering berpelukan namun saat ini entah mengapa Nanda sulit menahan senyum yang sedari tadi ingin mengembang di wajah manisnya.

Hari silih berganti akhirnya tiba saat dimana Adnan dan Nanda untuk berangkat ke pesantren, Yordan ikut mengantar Putrinya sambil membawa beberapa barang yang dibutuhkan Nanda di pesantren nanti.

Sedangkan di kamar Adnan tengah membereskan buku-bukunya kedalam tas

" MAS ADNAN!!! INI GIMANA SIH!!! " Kesal Nanda sambil menghentak hentakan kakinya masuk kedalam kamar.

Adnan menatap heran kerah Nanda yang berselimutkan sarung
" Kenapa hmm?? " Tanya Adnan beranjak mendekat kearah Nanda

Nanda mendengkus sebal " Ini loh.. Nanda di suruh belajar pake sarung sama ibu, tapi gak jadi jadi mas... Pegel kepala Nanda " kesal Nanda

Adnan menghembuskan nafas beratnya " Astaghfirullah..mas kira apaan, sini biar mas ajarin! "

Adnan akhirnya mengajari Nanda memakai sarungnya, berawal dari Adnan yang memegang setiap ujung sarung " pertama, ujungnya kamu pegang dulu terus di lipet gini trus gini abis itu tekuk atasnya paham?! " Tanya Adnan setelah memberikan teori pemakaiam sarung singkat pada Nanda

Setelah percobaan beberapa kali Nanda akhirnya mulai terbiasa lipatannya mulai terlihat rapih, Nanda tersenyum sombong kearah Adnan " Nah bisa kan, gini mah kecil.." remeh Nanda.
Adnan menggelengkam kepala tak habis pikir dengan istrinya ini padahal tadi sudah ngereog hanya karena perkara sarung.

" Adnan..Nanda ayo berangkat! " Seru umi Adnan

" Iya umi ! " Jawab keduanya secara bersamaan tiba-tiba saja senyum terukir diantara keduanya

Adnan beranjak pergi namun tangannya di cekal oleh Nanda " Ada apa? " Tanya Adnan penasaran.
Nanda perlahan meremas jari jemari Adnan

Adnan yang dibuat bingung dengan tingkah Nanda mendekatkan wajahnya menelisik apa yang hendak Nanda sampaikan,Namun tiba-tiba saja kecupan singkat mendarat di pipi Adnan dengan lembutnya. Adnan berkedip beberapa kali seolah masih mencerna apa yang terjadi barusan

Nanda terkekeh pelan mendapati ekspresi cengo dari suaminya " hehe mumpung masih dirumah " celetuk Nanda dan langsung berlari keluar dari kamar Adnan

Namun baru saja Nanda di ambang pintu sarung yang ia kenakan merosot membuat Adnan tak bisa menahan tawanya untung saja Nanda mengenakan celana jeansnya, Nanda yang merasa malu langsung menyincing sarung dan berlari menjauh dari pandangan Anda yang belum berhenti menertawakanmya.

Adnan menggelang pelan " kok jadi gak leganya kalo di pondok harus pisah nanti " gumam Adnan, ia meraih tasnya dan langsung menemui Yordan yang telah siap dengan mobilnya.

Adnan berpamitan dengan Abah dan uminya hanya Yordan yang akan mengantarkan Mereka menuju pesantren, setelah semua barang sudah dinaikan mereka langsung melaju menuju pondok pesantren Nurul Musthofa.

Ada rasa khawatirnya di hatinya, bagaimana Pendapat Kyai Fadhil tentang pernikahannya, ia sama sekali belum mendapatkan ridho dari gurunya, Nanda yang merasakan kegelisahan Adnan ia perlahan mengusap punggung tangan Adnan lalu menggenggamnya menyalurkan kekuatan untuk suaminya, Adnan tersebut lalu mengangguk pelan faham dengan maksud Nanda.

Sesampainya di pesantren beberapa pasang mata santri tertuju pada mereka, Adnan memelih mengacuhkan wajar saja ini pertama kalinya seorang Adnan mengundur dari jadwal bisanya saat pemberangkatan pondok setelah liburan.

Mereka langsung menuju ke ruang tamu yang bisanya digunakan untuk bertemu dengan pengasuh pondok pesantren, mereka menunggu kyai Fadhil tak membutuhkan waktu lama kyai Fadhil datang dengan senyum rumah yang selalu menenangkan

Sekarang Nanda tau dari mana asal mas Adnannya ini belajar memiliki wajah yang selalu menenangkan hati orang lain.

Yordan menyampaikan maksudnya menemui kyai Fadhil sekaligus menjelaskan kejadian yang terjadi diantara Adnan Nanda, ekspresi Kyai Fadhil tetap terlihat tenang mendengar penjelasan Yordan, Adnan sudah berkeringat dingin sedangkan Nanda malah celingak-celinguk menatap sekitar bahkan menatap cicak di dinding yang tengah berusaha mengeluarkan benda hitam putihnya.

Setelah penjelasan Yordan selesai kyai Fadhil menggeleng pelan namun tetap dengan senyumannya " Ya Allah Adnan... Abi kira kamu boyong nda berangkat pondok lagi, yang lain pada boyong trus nikah lah kamu nikah malah balik pondok lagi " ujar Kyai Fadhil dengan tawa renyahnya

" Yang namanya takdir Allah itu gak ada yang tau, contohnya jodoh kamu ini datengnya kok lucu banget..Abi saranin kamu fokus aja sama keluarga kamu Nan, tapi kalo kekeh nyelesain Qur'an kamu ya Ndak papa lagian Abi juga sebenernya belum ikhlas kamu boyong... Kayaknya baru kemarin kamu masuk pas masih ingusen " perkataan Kyai Fadhil mengundang kekehan pelan Yordan sedangkan Adnan hanya tertunduk malu

" Ya sudah Abi ridho sama pernikahan kamu,tapi di pondok jaga jarak ya....jangan suka nempel nempel niatin nimba ilmu buat kehidupan keluarga ya " pesan Kyai Fadhil lalu beranjak dari Kursinya " oh ya tadi istrimu namanya siapa ya? "

" Nanda Abi " Jawab Adnan

" Nanti Abi nyuruh pengurus buat anterin kamu, yang betah ya " sebelum pergi Adnan menyium tangan Kyai Fadhil beberapa kali

Gurunya sudah ikhlas membuat sesuatu yang mengganjal di hati Adnan akhirnya sirna digantikan senyum lepasnya.

Yordan pun ikut berpamitan sudah saatnya ia pulang ia berpesan pada Nanda untuk tidak mencari gara gara di pesantren. Nanda mengangguk dengan peringatan ayahnya

Kini tinggal Adnan dan Nanda yang masih berada di ruang tamu, hening tak ada pembicaraan sama sekali keduanya malu untuk memulai

" Nda ! "
" Mas ! "

Panggil keduanya secara bersamaan.

.
.
.
.

Okeh gimana chap kali ini, maaf ya baru bisa update cerita bayo lumayan banyak di list penulisan Bayo...
Jadi ikuti terus ya up Bayo, jangan lupa vote dan komen untuk referensi Bayo

Papay.....☺️😊☺️☺️

Takdir Pesantren (ON GOING) Where stories live. Discover now