"Kenapa keliatan kesal boy?" Tanya Hendry melihat ke belakang, menatap Azka sambil memakai sabuk pengamannya.

"Bang Vino tuh nggak mau ngalah sama Azka" adu Azka

"Kok gue sih, lo aja yang nggak mau nurut sama gue, gue kan cuma mau duduk sama bang Aland" ujar Vino juga tampak kesal

"Ck berisik banget sih lo berdua, gara-gara mau duduk sama si Aland itu aja" ketus Vano

"LO DIAM" ujar Azka dan Vino kompak, Hendry hanya terkekeh pelan, dilihatnya Aland yang malah sibuk dengan dunianya sendiri, entah apa yang dipikirkan putra sulungnya itu sekarang.

"Jangan melamun Aland" ucap Hendry menepuk pelan bahu Aland, membuat Aland terperanjak kaget.

"Hmm"...

.

.

.

.

.

.

"Dad, lebih baik kita ke Dufan dulu"

"Masih panas nih kalau ke pantai sekarang" ucap Azka saat mereka berada di kawasan Ancol

"Boleh juga, kalian gimana?" Tanya Hendry pada anaknya yang lainnya

"Terserah" ujar Vano matanya terus melihat ke luar kaca mobil itu, mungkin jalanan itu kebih menarik menurutnya dari pada mendengarkan Vino dan Azka yang terus adu bacot membicarakan Aland.

"Setuju dad" timpal Vino, sedangkan Aland hanya menanggapi dengan deheman.

"Bang, kita nanti harus naik bianglala berdua aja, Vano dan Vino nggak usah diajak" ujar Azka tersenyum menatap Aland

"Enak aja lo, yang seharusnya nggak diajak itu lo" kesal Vino

"Ab..."

"Kalian diam, kalau nggak diam gue nggak mau sama kalian"

"Gue sama Vano aja nanti" ujar Aland membuat Vano langsung menoleh menatap Aland tanpa eskpresi, sedangkan Vino dan Azka langsung menutup rapat-rapat mulut mereka.

"Apasih lo malah bawa-bawa gue, lo kira gue mau haa sama lo"

"Jangan karena Azka, bang Vino sama daddy udah baik sama lo, lo bisa seenaknya, bagi gue lo tetap menjijikkan" ketus Vano membuat Azka, Vino dan juga Hendry langsung menatap tajam Vano.

"Abang" ucap Azka lembut khawatir sama Aland, melihat Aland tampak diam setelah mendengar perkataan dari Vano itu. Dia khawatir panic attack abangnya itu kambuh lagi karena mendengar perkataan pedas dari Vano itu.

"Sudah seberapa bersihnya lo, buat bilang gue menjijikan hmm" ucap Aland  tenang, tidak ada emosi diperkataan atau raut wajahnya.

"Yang pasti lebih bersih dari pada anak haram seperti lo" ketus Vano tersenyum sinis dengan tangan bersidekap dada.

"VANO" bentak Hendry mencengkram kuat stir mobilnya. Jadi posisi mereka tu sekarang sudah berada di parkiran Dufan tapi mereka belum keluar dari dalam mobil.

"Kalian semua berubah cuma karena anak haram itu" ujar Vano dan hendak keluar dari mobil itu, tapi ternyata dikunci oleh Hendry.

"Lo keterlaluan Vano, mau bagaimanapun bang Aland tetap abang kita" ucap Vino menatap kembarannya itu tajam

"Sampai kapanpun gue nggak akan pernah mengakui kalau dia itu abang gue, gue nggak akan pernah luluh sama drama murahannya itu" sinis Vano dan memalingkan wajahnya lagi. Hendry menghela nafasnya pelan mengontrol emosinya, ditatapnya Aland yang menunduk dan meremas jari-jarinya itu.

Aland Leon O. (Pre ORDER)Where stories live. Discover now