[XII/XV]

584 42 9
                                    

Istana yang paling indah...

*********

Setelah melakukan perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya Sopan dan [Name] sampai di kampung halaman yang tercinta dengan selamat. Mereka sampai di pukul 4 sore.

Sesampainya di sana, mereka disambut oleh keluarga besar dari Sopan. Uh, iya, mereka ada perubahan rencana.

Karena tidak ada tiket menuju ke kampung [Name], jadinya mereka terbang ke kampung Sopan terlebih dahulu. Alangkah terkejutnya [Name] begitu sampai ke kampung halaman Sopan, karena kedua orangtuanya dan adik perempuannya ada di rumah Sopan.

"Mami, Papi? Kok kalian kesini??" tanya [Name] kepada kedua orangtuanya.

"Kita juga mau lebaran disini sama kamu," jawab Mami dari [Name].

"Tapi kan nanti [Name] juga ke Padang pas lebaran hari kedua."

"Alaahh... Ngga apa-apa lah, adik kamu yang cowo ngga pulang. Jadi Mami sama Papi kesini aja bareng adik kamu yang perempuan, sekalian pengen ketemu sama keluarga suami kamu," jelas Mami dari [Name] lagi.

[Name] hanya menghela nafas, lalu masuk ke dalam rumah sambil membawa koper.

Sebenarnya ini bukan rumah Sopan, lebih tepatnya rumah nenek dan kakeknya Sopan. Keluarga besar mereka berkumpul disini. Sopan memiliki 7 sepupu dan 5 saudara kandung, bayangkan, rumahnya serame apa.

[Name] sampai ke dalam kamar, ia meletakkan kopernya di tempat yang pas, lalu ia langsung merebahkan badannya yang remuk di kasur.

"Keluarga besarmu banyak banget... Aku harus siapin banyak energi buat lebaran besok," ucap [Name] sambil melihat ke Sopan yang merapihkan koper tersebut.

Sopan menengok ke belakang, di mana [Name] sedang rebahan. Ia tersenyum, "Iya, siap-siap aja buat besok. Kamu mau ngasih THR ke keponakanmu?"

[Name] menganggukkan kepalanya, "Oh iya! Duh, mana uangnya belum ku masukin ke amplopnya. Tadi kan aku udah beli amplop yang lucu." [Name] langsung bangkit dari posisi rebahannya, lalu membuka kopernya.

'Ini impianku dari aku remaja. Jadi rich aunty, hehehe...'

*********

Langit sudah malam hari. Malam ini ialah malam terakhir Ramadan, orang-orang di masjid sudah mulai takbiran. Di luar rumah, banyak dari keponakan Sopan dan [Name] yang sedang bermain petasan.

Sopan berada di luar rumah juga sambil duduk meminum kopinya bersama bapak mertua, Papi dari [Name].

Mereka masih belum memulai topik pembicaraan. Mereka hanya melihat keponakan dan cucunya yang sedang bermain petasan di halaman depan rumah.

[Name] pula berada dalam kamarnya sambil fokus dengan layar laptopnya. Ia benar-benar ingin mempersiapkan energinya untuk hari raya esok, karena ia seorang introvert.

Hingga ada yang mengetuk pintu kamarnya, [Name] sedikit terkejut, ia langsung meletakkan laptop tersebut di kasurnya dan berjalan ke depan pintu kamarnya. [Name] membuka pintu tersebut, terlihat seorang wanita yang sedang menggendong bayi.

Wanita tersebut tersenyum kepadanya, "[Name], engga keluar main sama keponakanmu?" tanya wanita tersebut.

"Eh iya, ini saya mau keluar. Alololo... comelnya bayi ni... Anak tante?" [Name] melihat bayi yang wanita tersebut gendong.

"Iya, ini anak saya. Yaudah, yuk keluar." Wanita tersebut mengajak [Name] berjalan bersama. [Name] pun ikut berjalan dengannya.

Sopan melihat [Name] dengan kakak iparnya keluar rumah.

"Gimana honeymoon kalian kemarin?" tanya sang bapak mertua kepada Sopan tiba-tiba.

Sopan menjadi gugup, "Eh, iya, baik-baik aja kok, hehe." Sopan kembali menyeruput segelas kopinya.

Bapak mertua Sopan menghela nafas, "Gimana putri saya pas disana? Bahagia gak dia sama kamu?"

"[Name] bahagia banget. Kita nikmatin pemandangan sunset bersama, kita masak takjil bareng. Setiap malam kita juga selalu nonton film bareng, saya suka peluk dia pas tidur bareng," jawab Sopan dengan mukanya yang memerah, ia malu.

Lawan bicaranya terkekeh, "Pfft... Yang bener? Ngga bohong kan kamu sama saya? Dia suka marah-marah ngga sama kamu??"

Sopan menggelengkan kepalanya, "Ee, saya jujur, kok! Tapi iya sih, kadang dia suka marah-marah sama saya..."

"Berarti dia sudah mulai sayang sama kamu kalau dia marah-marah terus..."

"Hah, sayang gimananya? Pas saya awal ketemu sama dia... dia ngga pernah marah-marah sama saya, tapi pas udah nikah, beuh! Marah-marah terus ke saya."

"Berarti pas kamu awal ketemu sama dia, dia ngga sayang sama kamu."

"Hah!?"

"Dia kalau dirumah juga suka marah-marah sama saya, engga marah-marah banget juga sih. Tapi ya gitu, itu cara dia ngungkapin kalau dia sayang sama kamu."

Pipi Sopan kembali memerah begitu sang bapak mertua berkata seperti itu. Ia mengalihkan pandangan kepada [Name] yang sedang bermain petasan bersama keponakannya.

Sang bapak mertua tersenyum tulus, "Dijaga ya putri saya dengan baik-baik. Jadi suami yang baik bagi putri saya, jangan jadi suami seperti saya."

Sopan kembali menoleh ke bapak mertua, ia kembali tersenyum, "Baik."

*********

...adalah keluarga.

Suasana malam takbiran. Telat ya, harusnya aku publish ini minggu lalu, tapi minggu lalu lagi kena write-block.

Tadinya aku pengen buat kedua orangtuanya [Name] ini ngomong bahasa Minang karena orangtua [Name] ini orang Minang (sama kayak aku). Tapi ternyata aku sendiri ngga bisa bahasa Minang wkwkw 😂

715 kata.

My Tsundere Wife; BoBoiBoy Sopan (ID)Where stories live. Discover now