[XI/XV]

620 50 4
                                    

Bisakah kita...

*********

"Alhamdulillah, kita bisa sampai ke sini dengan selamat." Sopan membuka pintu rumah sambil membawa koper, begitu juga dengan [Name].

[Name] menghela nafas lega, "Iya. Yaudah, ayo beres-beres dulu, terus istirahat buat besok, besok terbang lagi." [Name] masuk ke dalam rumah barunya bersama dengan Sopan yang sudah masuk duluan.

Matahari sudah menyinari kota Tangerang hari ini, suasana di rumah baru mereka sangatlah nyaman dan tenang. Untung saja [Name] membeli rumahnya di perumahan yang bagus dan penuh suasana yang menghangatkan.

"Assalamu'alaikum," salam kedua pasangan tersebut secara bersamaan.

Sopan melihat sekeliling rumah barunya, rumahnya sangat luas, mungkin karena masih kosong, belum diisi perabotan.

[Name] melihat ke arah Sopan, "Gimana babe, suka ngga sama rumah yang aku beli ini?" tanya [Name] sambil tersenyum hangat.

"Iya, saya suka banget. Kamu emang pintar cari rumah yang bagus dan nyaman," jawab Sopan sambil kembali tersenyum kepada [Name].

"Huh, baguslah kalau kamu suka. Kan aku beli rumah ini pake uangku, nanti buat beli isi rumahnya pake uangmu." [Name] berjalan ke dalam kamarnya sambil membawa koper.

Sopan hanya menganggukkan kepalanya, lalu menyusul ke dalam kamar.

Di dalam kamar, [Name] dan Sopan meletakkan kopernya. "Aku baru inget, di sini ngga ada kasur atau karpet buat alas kita tidur. Kayaknya kita tidur di apartment aku dulu, deh, haha," ucap [Name] dengan tertawa kecil.

"Berarti sekarang kita mau kembali ke apartment kamu, honey?" tanya Sopan sembari memiringkan kepalanya.

[Name] menganggukkan kepalanya, "Ya, kita berangkat sekarang aja. Apartmentku ngga jauh kok dari sini." [Name] pun berjalan keluar kamar.

Sopan yang melihat [Name] meninggalkannya, langsung menyusulnya. "Honey, kamu ngga penat??"

"Cape, kamu cape ya? Maaf ya aku jadi buat kamu cape. Yaudah, kalau kamu cape, tunggu aja disini. Aku cuma mau ambil barang-barang yang tertinggal di apartment aku aja, lagian barang-barangnya ngga banyak, kok. Aju bisa bawa sendiri," jawab [Name] dengan panjang.

"Eh, bukan begitu! Saya mau kok temenin kamu, yasudah, yuk."

*********

Sampailah kedua pasangan tersebut di apartment [Name]. [Name] masuk ke dalam kamarnya, disusul dengan Sopan. [Name] mendekati mejanya yang biasanya digunakan untuk bekerja. Di samping meja tersebut, ada rak yang berisi banyak sekali buku. [Name] mengambil semua buku tersebut, lalu menyusunnya masuk ke dalam kardua.

"Nih, aku suka baca buku, terutama novel," ucap [Name] saat membereskan buku-bukunya.

"Ooohh begitu ya..." Sopan ikut membantu [Name] merapihkan bukunya agar muat ke dalam kardus tersebut.

Sopan memerhatikan semua buku yang masuk ke dalam kardus, hingga ada satu buku yang menarik perhatiannya. Di sampul buku tersebut, tertulis nama [Name], itu yang membuat Sopan tertarik untuk melihatnya. Ia mengambil buku tersebut, lalu melihat ke sampul belakangnya.

[Name] melihat Sopan yang mengambil buku tersebut, "Itu buku kedua yang aku terbitin, aku tulis itu bareng temenku pas aku kelas 2 SMP," ucap [Name] kembali.

Mata Sopan berbinar, "Wiihh, kamu nulis buku ini pas kelas 2?? Kamu keren banget, honey. Saya bangga sama kamu!" puji Sopan kepada [Name] yang masih membereskan buku-bukunya.

[Name] tersipu, "Makasih babe, memang seharusnya kamu bangga sama aku," jawab [Name].

Sopan tersenyum bangga kepada [Name], "Ini buku kedua? Mana buku pertamanya??" tanya Sopan.

"Disitu kali. Kalau buku pertama aku mah cuma antologi pantun yang dibuat bareng temen sekelasku pas aku kelas 1 SMP." [Name] menunjuk ke rak bukunya.

"Nah, sudah selesai. Yaudah, yuk balik. Aku disini cuma mau ambil buku-buku aku aja." [Name] berdiri lalu mengangkat kardus tersebut.

Sopan juga berdiri lalu mengangkat kardus yang berisi buku-buku tersebut. "Saya takkan menyesal bisa cinta sama kamu. Saya harap kamu juga begitu dengan saya," ucapnya.

"🎶Only a genius could love a woman like me~" [Name] malah bernyanyi lalu berjalan sambil mengangkut kardus yang ada ditangannya. Ia meninggalkan Sopan begitu saja.

"Weh tungguin saya honey!" Sopan pun ikut berjalan menyusul [Name].

*********

Hari sudah malam hari, mereka berdua berada di apartment [Name] untuk bermalam di sana. Mereka harus mempersiapkan banyak energi untuk terbang ke kampunh halamannya di besok hari.

Sopan berbaring di sebelah [Name] yang sedang fokus dengan layar laptopnya.

"Honeey, boleh saya baca antologi pantunmu??" Sopan mengubah posisinya menjadi duduk lalu mendekat ke [Name].

[Name] mengalihkan perhatiannya ke Sopan, "Boleh, baca ya tinggal baca saja," jawab [Name]. Ia meletakkan laptopnya di meja yang berada di sebelah kasurnya, lalu mengambil buku antologi tersebut.

"Sini," [Name] menepuk-nepuk ruang kosong yang berada di sebelahnya, "kita baca bareng."

Sopan pun duduk di sebelah [Name]. [Name] mulai membuka bukunya, "Di sini ada 5 tema, aku kebagian nulis pantun tema agama."

[Name] pun membacakan semua pantun yang tertulis di buku tersebut, hingga Sopan mengantuk. Sopan pun tertidur di bahu sang istri.

[Name] hanya bisa terkekeh kecil, lalu menutup bukunya dan meletakkannya kembali ke tempatnya. Ia mengelus lembut rambut sang suami, lalu ia memberikan kecupan singkat di dahi sang suami.

"You're a genius. 'Cause you love a woman like me."

*********

...selalu sedekat ini selamanya?

Jumlah katanya banyak banget dari chapter sebelumnya (T▽T)

789 kata.

My Tsundere Wife; BoBoiBoy Sopan (ID)Where stories live. Discover now