13. Ujian melupakan?

101 60 217
                                    

"Mengapa setiap ingin melakukan sesuatu harus di iringi dengan ujian?"

---

Suara brisik di kelas AP 1 tak membuat Shelila bangun dari tidurnya. Seperti biasa, ketika mendapat jam kosong, ia selalu memilih untuk tidur.

Hari ini, tak ada Aleena yang akan membangunkannya. Hari ini adalah hari dimana hari pertama Aleena menjalankan masa skorsingnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00, satu jam lagi bel pulang akan berbunyi. Shelila terbangun karena perutnya yang benar-benar sakit.

Ia bangkit, melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Ia sudah berpikir jika hari ini ia akan kedatangan tamu bulanan. Perutnya benar-benar sakit, dan itu tentu menyiksanya.

"La, rok lo merah, halangan?" Belum sempat memasuki kamar mandi, salah satu teman kelasnya yang kebetulan berada di koridor dekat kamar mandi, memberitahunya bahwa rok sekolahnya sudah ada noda berwarna merah.

Tentu Shelila panik, ia langsung mengecek rok belakangnya, yang benar-benar terdapat noda merah. Shelila semakin bingung dan panik, ketika noda itu terlihat banyak dan sangat jelas.

"Anjir, padahal gue baru aja mau ngecek halangan atau nggak." ucap Shelila.

"Pulang aja, La! Izin." usulnya.

Shelila mengangguk, namun ia bingung bagaimana ia bisa pulang dengan rok yang seperti itu.

Shelila kembali ke kelasnya bersama dengan teman kelasnya yang tadi bertemu di kamar mandi. Ia bertanya pada teman-teman kelasnya apakah ada yang membawa jaket atau hoodie.

Namun memang sepertinya hari ini tak berpihak kepadanya. Teman kelasnya sama sekali tak membawa itu.

Mau tak mau, Shelila membuka ponselnya untuk memberi pesan pada Aura. Berharap bahwa gadis itu membawanya.

Aura XI AK 3

Ra, sorry. Lo bawa jaket ngga?

Tak membutuhkan waktu lama, hanya beberapa detik Aura membalas pesannya. Namun balasan dari Aura tak juga membuat Shelila lega.

Nggak kak, kenapa?

Gue bocor banyak banget, mau pulang tapi bingung nutupin roknya.

Tak ada balasan lagi dari Aura. Hanya ceklis dua biru yang terpampang disana. Shelila menghela nafas pasrah, dengan perasaan gelisah dan ingin menangis, ia berbicara pada salah satu teman kelasnya untuk memintakan izin kepulangannya.

"La, di cariin nih!" ucap salah satu teman kelasnya yang duduk di dekat dengan pintu masuk.

Dahi Shelila mengerut, "Siapa? Suruh sini aja lah!" ucapnya.

Detik berikutnya, seseorang memasuki kelas membuat Shelila membulatkan matanya. Bukan hanya Shelila, teman-teman satu kelasnya yang lain juga sama terkejutnya.

"Ngapain?" tanya Shelila ketika Reiki mendekat pada dirinya.

"Nih pake, ayo pulang!" ucapnya seraya memberikan sebuah jaket.

Shelila diam sejenak, hingga akhirnya Reiki kembali berbicara.

"Shel, lo mau sampe kapan diemin darah lo sampe kemana-mana?" tanyanya.

HE IS KETUA MPK ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang