"Kalau kita larang mereka akan semakin memberontak pa, apalagi Vino dan Azka sangat jelas terlihat sayang sama Aland"

"Dan Aland juga tampak senang bersama mereka, biarkan dia nyaman di sini, itu juga akan menguntungkan kita" lanjut Haris

"Masalahnya Vano nggak suka liat dia senang" ujar Vano dan melangkah pergi dari sana menuju kamarnya, karena kesal dengan topik pembicaraan yang menurutnya nggak penting itu.

"Apa sih serunya dekat dengan si aland itu, nggak jijik apa?" Ujar Vano menatap Azka dan Vino tampak senang bersama  Aland.

.

.

.

.

.

.

"Abang ngantuk" rengek Azka menyandarkan kepalanya di bahu Aland yang masih belajar main gitar bersama Vino.

Yahh saat Azka menyusul Aland, Vino juga ikutan pergi ke kamar Aland. Dilihatnya Aland yang tampak marah dan saat ditanya ternyata Aland ingin keluar dan belajar bermain gitar bersama temannya, saat itulah Vino berinisiatif membantu abangnya itu.

Aland melirik jam di dinding yang ternyata memang sudah menunjukkan pukul 11 malam, diletakkan gitar milik Vino di tepi kasurnya dan mengelus rambut kedua adeknya itu.

"Yaudah, sekarang kita tidur" ucap Aland dengan senyuman dan rebahan di tengah-tengah Azka dan Vino yang memeluknya.

"Selamat malam abang" ucap Azka dan Vino kompak mengecup singkat pipi Aland

"Malam dek" ujar Aland mambalas mengecup puncak kepala mereka.

Selang beberapa menit, Azka dan Vino sudah menuju alam mimpi karena merasa nyaman dengan usapan dirambut mereka yang diberikan Aland. Sedangkan Aland matanya masih terbuka lebar sambil menatap langit-langit kamarnya itu, diliriknya gitar yang tak jauh berada di kasurnya itu dan ditatapnya kedua adeknya yang sudah tidur dengan nyaman.

"Nggak bisa tidur, lanjut latihan aja kali ya" gumam Aland dan akhirnya melepaskan tangan Vino dan Azka yang memeluknya dengan hati-hati.

Aland bernafas lega karena tidak membangunkan adeknya itu, dan dengan gerakan pelan Aland keluar dari kamarnya dan membawa gitar itu, tujuannya sekarang mau ke taman belakang mansion yang sepi supaya tidak mengganggu adeknya yang sedang tidur.

Aland duduk di bangku yang ada di sana, ditemani langit malam yang jadi favoritenya akhir-akhir ini Aland memulai latihannya yang sudah diajarkan Vino tadi.

Walaupun bisa dibilang Aland baru beberapa jam latihannya, tapi Aland yang memang cepat belajar dengan mudahnya mengingat semua perkataan Vino tadi.

"Hmm gue sudah tau sih kuncinya, tapi tangan gue belum terbiasa" monolog Aland melihat senar gitarnya itu

"Aland" panggil seseorang, Aland membulatkan matanya ketika mendengar suara yang tidak asing ini.

"Mampus" gumam Aland dan mengangkat wajahnya di mana Hendry sudah berada di hadapannya sekarang.

"Eghh s-selamat malam tuan" ujar Aland tampak gugup, dia tidak mau dihukum lagi karena ketahuan keluar dari kamarnya. Padahal dia kira semuanya sudah tidur, makanya dia memberanikan diri buat pergi ke taman belakang itu.

"Kamu ngapain, kenapa belum tidur?" Tanya Hendry menatap Aland tanpa ekspresi

"Kalau Opa kamu lihat kamu bisa dimarahi lagi, belum cukup luka di badan kamu itu haa, masih mau nambah lagi"

"Saya dengan senang hati menambahkannya sekarang" lanjut Hendry membuat Aland menggelengkan kepalanya

"Maaf, tapi saya tidak bisa tidur"

Aland Leon O. (Pre ORDER)Where stories live. Discover now