Chapter 2

36 4 0
                                    

'Jadi Six sama Mono udah ketemuan di awal awal, pantes Mono mau bantuin Six.' Batin (Name).
Perlahan kantuk mulai menyerang (Name) dan dia tertidur.

___________________________________________

Wushhh
Angin dingin menerpa tempat tidur yang sedang (Name) tiduri. Karena udara yang dingin, (Name) langsung terbangun.

"Ini siapa sih yang ga nutup jendela?" Ujar (Name) kesal, lalu dia bangkit dari tempat tidurnya dan menutup jendela yang terbuka.

Sesudah jendela tertutup (Name) langsung berhenti dan melihat keadaan sekitar. Hal yang disadarinya pertama kali adalah, ini bukan kamarnya. Tempat yang sekarang dia tempati bernuansa gelap dengan lantai kayu.

"Kau sudah bangun?" Tanya seseorang di belakangnya.

(Name) kaget dan langsung berbalik. Terlihat seorang anak dengan rambut coklat terang yang dikepang 2, memakai baju putih yang sedikit ada noda darah di dada.

"Kau pasti akan terbiasa dengan suasananya, aku tau pasti berat kehilangan kedua orang tua di depan mata" ujarnya dengan wajah yang datar.
'Apa yang anak ini bicarakan?, Aku kehilangan orang tua?' batin (Name) bertanya tanya.

"Perkenalkan namaku Esra, ayo kita makan di bawah. Omong - omong siapa namamu?" Kata Esra sambil menggandeng tangan (Name).
"Namaku (Name), kalau boleh tahu aku ada di mana?" Tanya (Name).
"Kau berada di panti asuhan yang dikelola Nyonya Idalia. Nah sudah sampai." Ujarnya lalu melepas genggaman nya.

Sekarang (Name) dan Esra sudah berada di tempat makan yang sangat besar. Terdapat banyak anak - anak yang berkumpul di sana.
Esra mengajak (Name) untuk duduk di sampingnya.

"Selamat pagi anak - anak!, Terimakasih sudah berkumpul di sini. Selain untuk sarapan, aku menyuruh kalian ke sini karena kita kedatangan anak baru!. Perkenalkan dirimu nak." Ujar seorang wanita dengan wajah lembut dan rambut dikepang kencang. Wanita itu melihat ke arah (Name).

"Hai semua, namaku (Name). Semoga kita bisa berteman." (Name) memperkenalkan dirinya dengan senyuman tipis.
Perkenalannya hanya disambut dengan riuhnya bisikan para anak - anak.

"Nah.. Sekarang ayo makan" seru wanita tadi.

*Sesudah makan.

"(Name) ayo main!!" Ajak Esra
"Boleh saja." (Name) mengiyakan.

(Name) bermain bersama Esra dan beberapa anak yang lain. Tiba tiba sekelebat bayangan melewati sebuah terowongan gelap. Karena rasa penasaran yang besar (Name) mengikutinya.
(Name) melewati beberapa lorong gelap yang menuju bagian belakang bangunan dan berakhir keluar dari bangunan panti asuhan.

Bayangan itu tampak seperti anak kecil, dia tampak memakai alas sepatunya dan langsung berlari. Lagi - lagi, rasa penasaran mendorong (Name) untuk mengikutinya.
Tiba - tiba anak itu berhenti dan menoleh ke belakang.

"Kenapa kau membuntutiku?" Tanya anak itu setelah memergoki (Name) membuntutinya.
"Yah, ketahuan." Ujar (Name) cengengesan sambil menghampirinya.
"Aku hanya penasaran. Jadi tidak ada niat tersembunyi." (Name) meyakinkan anak itu.
"Yah, berhubung kau sudah ada di sini, ikut saja denganku." Ajak anak itu.

Mereka menulusuri kota kecil itu. Kota itu tampak asri dengan dikelilingi banyak pohon - pohon tinggi.
Tidak terlalu banyak bangunan di sini. Hanya beberapa rumah dan toko.

"Hey, apakah ini di Pale City?" Tanya (Name).
"Ohh, kita tidak di pusat kota. Kita hanya berada di kota kecil, untuk ke Pale City kau harus menyebrangi perairan yang ada di sana." Jawab anak itu sambil menunjuk ke arah yang berlawanan.
"Apa nama kota ini?"
"Yang benar saja, kau tinggal di sini tapi tidak tau nama kota ini."
"Kau tau sejak kejadian yang menimpaku, aku agak lupa ingatan." (Name) beralasan, padahal dia sendiri tidak tahu apa yang menimpanya.
"Kota Nighteye atau Nightforest. Yah, itu namanya. Karena kota ini ada pohon dimana - mana, dan hampir menghalangi semua cahaya matahari yang membuat seluruh kota ini tampak seperti selalu malam hari, jadi dinamakan itu." Jelas anak itu panjang lebar.
Dan (Name) hanya ber - oh ria sebagai jawaban.

Setelah perjalanan yang cukup lama, mereka sampai di sebuah danau yang dikelilingi bunga - bunga yang bercahaya biru terang.

"Jangan disentuh bunganya!, Itu beracun." Anak itu memperingati.
(Name) yang mau menyentuhnya langsung menarik tangannya.
"Apakah kau kesini setiap hari?" Tanya (Name) sambil duduk di samping anak itu.
Anak itu hanya menganggukkan kepalanya.

Menit - menit berikutnya diisi dengan keheningan. Burung - burung berkicau menyambut pagi, bunyi gemerisik daun - daun pohon yang terkena terpaan angin. Begitu damai dan tenang.

"Ayo kita pulang." Ajak anak itu.
"Baiklah."
(Name) dan anak itu pun pulang ke panti asuhan.

*Sesampainya di belakang panti asuhan.

Terdengar suara ribut dari dalam panti. (Name) dan anak itu memasuki panti secepatnya.
Terlihat keadaan panti sudah tidak karuan. Anak - anak yang berlarian dan para orang dewasa juga panik.
Terlihat siapa yang membuat keributan, seorang pria berbadan jangkung dengan topi fedora hitam dan memakai jas hitam.

Terlihat Nyonya Idalia dan orang dewasa yang lain sedang berusaha melindungi anak - anak, tapi tiba - tiba bagian bagian muka mereka menghilang dan berubah menjadi bentuk bentuk yang mengerikan. Mereka berteriak - teriak panik akan kejadian yang mereka alami.

Pria bertubuh jangkung itu menangkap anak - anak yang berada di dekatnya. Begitu sang anak ada di genggamannya, anak itu berubah menjadi glitch.
Dengan keadaan sepanik itu tangan (Name) digandeng anak itu menuju pintu utama, tapi entah mengapa pintu itu terkunci dengan rantai - rantai yang sebelumnya tak ada.

"Kita harus mencari Esra!" Seru (Name) panik.
"Kita tidak bisa menyelamatkan yang lain kalau keadaan sepanik ini, dan juga orang yang membuat keributan ini bukan tandingan kita. Kau kira kau bisa melawannya sambil mengucapkan 'Aku akan mengalahkan mu dengan kekuatan pertemanan' seperti yang ada di tayangan TV?!" Bentak anak itu.

(Name) langsung terdiam. Perkataan anak itu ada benarnya juga. Bukan, bukan benarnya juga, tapi memang benar!. Pria jangkung itu sudah berada di dekat mereka, teriakan panik semakin mengeras.
Anak itu menarik (Name) ke lantai 2 dan menuju sebuah ruangan besar dengan banyak kertas - kertas yang berserakan. Mereka bersembunyi di sebuah TV dengan layar yang rusak.

Teriakan panik masih terdengar dari bawah, mereka bersembunyi selama beberapa menit. Teriakan mulai mereda dan menjadi sunyi yang tidak mengenakan. Perlahan terdengar sebuah suara langkah kaki yang mendekat dan pintu ruangan itu terbuka.
(Name) sempat mengira itu Nyonya Idalia, lalu dia melihat bayangan sebuah topi fedora. (Name) mengurungkan niatnya untuk keluar dari TV.
Perlahan orang itu menghilang dan suara langkah kakinya tidak terdengar lagi.

Lalu (Name) dan anak itu keluar dari tempat persembunyian. Lalu keluar dari panti asuhan menggunakan pipa untuk meluncur ke bawah. Mereka berlari sejauh mungkin dari panti asuhan dan berakhir di danau yang tadi mereka datangi.

"Siapa orang tadi?" Tanya (Name) sambil terengah - engah.
Anak itu menggeleng, "Aku pun tak tau dia siapa, tapi pastinya kita tidak aman di sini. Kita harus ke Pale City untuk mencari bantuan." Ujar anak itu memberi saran.
"Di sini tidak ada polisi atau apa pun yang bisa membantu?" Desak (Name).
"Polisi hanya ada di kota pusat, di kota kecil seperti ini tidak ada polisi sama sekali. Polisi kota hanya datang sebulan sekali untuk pengecekan biasa, karna kota kecil seperti ini jarang ada kasus besar seperti pembunuhan atau apa pun itu. Paling sekedar pencurian kecil - kecilan dan tidak terlalu dipermasalahkan karna tidak ada kerugian yang besar." Jelas anak itu lagi panjang lebar.
"Jadi sekarang kita menuju Pale City?" Tanya (Name) dan hanya dijawab dengan anggukan oleh anak itu.

Mereka berjalan terus - menerus menuju pelabuhan yang selalu siap menuju Pale City. Mereka akan mencari bantuan di sana.

TBC.
Author otaknya sekarat awik awok



Author otaknya sekarat awik awok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Break The Cycle / Little Nightmare 2 (Little Nightmare 2 X Reader)Where stories live. Discover now