Tubuh Aldo tercengang seperkian detik ketika mendengar jawaban Aileen barusan. Sudah dia duga jika Aileen sudah jatuh cinta pada Arsen—terlihat sekali dari matanya. Namun, senyumnya tidak pudar. Dia bahagia jika adik perempuannya bahagia dengan cowok yang dia cintai. Aldo tidak mempunyai hak jika harus melarang Arsen untuk menjauhi adik perempuannya—dia mengetahui jika kedua insan tersebut mempunyai rasa yang sama. Cinta datang dengan sendirinya—tidak ada seorangpun yang bisa menolaknya, dan cinta juga tidak bisa saling dipaksakan.

"Kamu suka sama dia?" Aldo bertanya menyelidik seraya memicingkan matanya, tanda jika dia curiga.

Ragu-ragu Aileen mengangkat kepalanya, melihat Aldo dengan perasaan yang sedikit takut. Dia terperangah sesaat ketika melihat raut wajah Aldo yang sangat bertolak belakang dengan dugaannya, bahkan tidak ada tanda-tanda jika Aldo akan marah kepadanya. Aileen ikut mengembangkan senyum, melihat wajah Aldo yang menenangkan membuat perasaannya menjadi kembali lega.

"Kalo kamu suka dia nggak masalah juga, lagian Abang nggak ada hak buat ngatur kamu, tapi kalo dia nyakitin kamu Abang siap buat jadi tameng kamu,"

Oke, bisa disimpulkan jika Aldo menyetujui jika Aileen boleh dekat dengan Arsen, maybe?

Aileen tertawa kecil setelahnya. "Makasih, Abang—"

"—Aileen masih nggak nyangka kalo Aileen punya Abang kandung yang baik banget sama Aileen," lanjutnya memuji.

o0o

Saat pukul sepuluh malam, Dara sudah kedatangan Aileen dan kedua sahabat Arsen—ketiganya tadi datang secara bersamaan. Tentu saja ketiganya ingin memberi suprise pada Arsen dimana hari ini adalah hari ulang tahun Arsen. Dara menyuruh ketiganya untuk menuju ruang makan. Sementara Arsen? Dara sedari tadi tidak melihat Arsen saat sudah menyelesaikan makan malam. Dara menduga jika Arsen sudah terlelap dalam mimpinya.

"Tante, Arsennya ada dimana?" Aileen tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dengan sedikit berbisik pada Dara ketika sudah sampai diruang makan. Pertanyaan yang otomatis membuat langkah Dara seketika terhenti, Dara barusan berniat untuk membuatkan ketiganya minum. Dara mengembalikan tubuhnya, dia tersenyum tipis.

"Arsen kayaknya udah tidur deh, nanti kita kasih kejutan, oke?"

Wajah Aileen sumringah begitu mendengar jawaban yang baru saja keluar dari mulut Dara. Jikalau Arsen belum tidur, pasti cowok itu akan mengirimkan pesan secara random atau menelponnya berulang kali. Tetapi dari tadi Arsen sama sekali belum menelpon dan bahkan mengirimkannya pesan. Dahi Aileen seketika mengernyit. Menggigit bibir bawahnya, dia takut jika Arsen kembali marah kepadanya-walau dia tidak tahu apa penyebabnya.

Ketika Dara sudah menjauh, Rafis dan Gilang mulai membuka suaranya. Rafis tidak bisa menahan senyumnya saat membayangkan betapa bahagianya perasaan Arsen nantinya. Keduanya menyadari bahwa Arsen sangatlah mencintai Aileen, bagaimanapun juga Arsen sudah banyak berkorban untuk Aileen. Rafis dan Gilang dari dulu memang sudah setuju jika keduanya bersatu. Tidak ada yang bisa menghalangi cinta keduanya, walau banyak kepahitan dalam status hubungan pacar, walau hanya pacar bohongan.

"Pasti bos kita seneng banget," ucap Rafis seraya membayangkan Arsen nanti, dia ikut senyum-senyum dibuatnya.

"Seneng banget, apa lagi ada Aileen di sini," imbuh Gilang seraya melirik Aileen sekilas.

Aileen yang mendengar pembicaraan kedua insan tersebut kontan tersipu malu. "Ada-ada aja Lo berdua,"

"Eh, bay the way... Lo bawa kado apa, Lang? Gue kepo," Rafis bertanya pada Gilang seraya melihat kado milik Gilang yang nantinya akan di berikan pada Arsen.

Lantas Gilang langsung berdecak kesal. "Kepoan banget Lo jadi cowok, heran gue,"

Rafis hanya menyengir sebagai responnya.

Sementara Aileen? Dia hanya menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat kelakuan kedua sahabat Arsen yang terlihat jarang sekali akur, padahal memang begitu cara mereka bersahabat.

Dara kembali datang seraya membawa minuman hangat untuk ketiganya dan dia menyuruh ketiganya untuk meminum. Tidak memungkinkan jika Dara menyuguhkan minuman dingin—mengingat bahwa hari sudah malam. Berikutnya Dara mendekat ke arah Aileen. Keduanya memang tengah berbisik-bisik untuk memberi Arsen kejutan, Rafis dan Gilang pun ikut bergabung dengan memberi ide.

Aileen tersenyum tipis hampir tidak terlihat ketika sudah menemukan ide yang menurutnya sangat menarik. Untuk melancarkan aksinya, Aileen memang memilih untuk sedikit menjauh dari ketiganya dulu. Dia ingin menelpon Arsen. Di samping itu Arsen yang sudah terlelap tiba-tiba terlonjak kaget karena suara ponsel miliknya yang kini tengah berbunyi. Mau tidak mau dia harus membuka matanya walau berat, seraya mengambil ponsel yang berada diatas nakas.

Awalnya dia ingin memarahi orang yang baru saja menghubunginya, namun ketika membaca nama sang pelaku dia mengurungkan niatnya yang baru saja terlintas diotaknya. Bagaimana bisa dia memarahi pujaan hatinya? Tanpa pikir panjang Arsen segera menekan tombol hijau. Tentu dia sangat penasaran dengan alasan Aileen karena telah menghubungi, hampir sangat jarang Aileen menghubungi seperti ini. Biasanya Arsen dulu yang selalu melakukan hal demikian.

"Lo bisa tolongin gue, nggak? Gue ada di depan rumah lo," Aileen berbicara di seberang sana

"Bisa CUTTIBE sayang, apa si yang nggak buat Lo?" Arsen menyahut dengan suaranya yang terdengar serak dan sangat seksi. Tanpa menunggu jawaban dari Aileen, Arsen segera mematikan sambungan teleponnya. Memasukkan ponsel ke dalam saku sebelum turun kebawah dengan cepat.

Aileen berdecak ketika sambungan ponselnya putus walau dirinya belum kembali berbicara. Tetapi dia sudah punya firasat jika Arsen akan segera turun, maka dari itu Aileen segera kembali menghampiri Dara dan kedua sahabat Arsen. Tanpa aba-aba Dara mematikan lampu ruang makan ketika melihat Aileen yang sudah kembali duduk seraya mengacungkan kedua jempolnya dengan wajah yang terlihat sumringah walau barusan sempat dibuat sebal oleh Arsen.

Ketika mendengar derap langkah kaki Arsen. Baik Dara, Aileen, dan kedua sahabat Arsen lantas mengalihkan atensinya pada seorang cowok yang tengah berjalan menuruni tangga. Dengan bantuan cahaya remang-remang Aileen bisa melihat rambut Arsen yang acak-acakan, dan jelas menunjukkan bahwa dia baru saja bangun tidur. Hati Aileen menghangat seketika, dia mengulum senyum. Entah kenapa akhir-akhir ini perasaannya pada Arsen menjadi senang. Ah, entahlah, dia sangat sulit untuk mendefinisikannya sungguh.

Kedua alis Arsen seketika menyatu saat melihat ruang makan yang terlihat sangat gelap, bahkan tidak ada penerangan cahaya sedikitpun. Dia tidak takut kegelapan hanya saja dia risih melihat ruangan yang gelap saat malam, mau tidak mau dia berjalan menuju saklar lampu untuk menyalakannya. Sementara Dara, Aileen, dan kedua sahabat Arsen kontan mengembangkan senyumnya ketika melihat target.

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now