20

426 27 2
                                    

Setelah jam istirahat siang berakhir bukannya kembali ke kantor, Risa mengendarai mobilnya ke wilayah Roppongi. Kemudian menghentikan mobilnya tak jauh dari salon milik Yui.

Salon itu buka dan selalu ada pelanggan yang masuk dan keluar dalam waktu 20 - 30 menitan.

Risa sendiri tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Kenapa dia mau berdiam diri di mobilnya sambil mengamati salon Yui dari kejauhan? Apa yang ingin ia pastikan? Padahal Yui sedang bekerja seperti biasanya, memotong rambut orang, mewarnai rambut orang, mencuci rambut orang...

Hampir sejam di sana, mobil sedan hitam yang tak asing di penglihatannya berhenti tepat di depan salon. Tak lama Yui keluar dari salon. Senyumnya mengembang saat masuk ke dalam sana.

Lalu mobil itu berjalan dan melewati mobilnya.

Risa tahu pemilik mobil itu.

Milik Karin.

Ia pun menghidupkan mesin mobil, menari gas, memutar kemudi, mobil pun melaju, membuntuti mobil milik Karin yang sudah tertinggal jauh.

Meski begitu ia tahu ke mana tujuan mobil itu. Shinjuku. Tepat di studio sekaligus tempat tinggal Karin.

Mobil Risa berhenti di seberang studio itu dan sedikit jauh dari sana. Di ujung pandangannya, Yui bersama Karin keluar dari mobil. Mereka berbicara sambil menaiki tangga. Tangan mereka berpegangan dengan erat. Senyum Yui lagi-lagi mengembang, mereka juga tampak tertawa kecil.

Akrab sekali ... Padahal Yui tidak seperti itu padanya--lebih tepatnya sudah tak pernah lagi. Di dalam dada Risa rasanya ada yang terbakar.

Ia mengeluarkan ponselnya, membuka kamera, mengarahkan ponselnya tepat ke kaca depan mobil, ia memperbesar layar, lalu menekan tombol putih di tengah bagian bawah.

Foto punggung Yui dan Karin pun terpotret. Kalau ia menunjukkan foto ini kepada Yui saat makan malam nanti, Yui pasti tidak bisa menyangkal.

Bagaimana pun pakaian yang sosok di foto itu kenakan adalah pakaiannya yang ia pakai sejak pagi tadi. Rambut sepunggung dan berwarna cokelat di-highlight itu juga sangat miliknya. Dan punggung kecil itu adalah punggung Yui.

Kalau Yui masih berusaha menyangkal, ia tinggal tunjukkan saja kartu nama milik Karin yang ia temui di saku jaket puffernya yang dikenakan saat di Rausu.

"Wah, sekarang mulai balas mencurigaiku sampai mengikuti ke mana aku pergi ya, meski sedang di jam kerja. Lalu memotretku sebagai barang bukti kalau aku berselingkuh. Ternyata sekarang kau tidak sesibuk dulu sampai mencari-cari kesalahan istrimu sendiri."

Sindiran dari mulut Yui seketika langsung terdengar di telinganya. Kepalanya bahkan bisa membayangkan bagaimana wajah Yui yang menatapnya seperti manusia tak berguna.

Risa menghela napas panjang. Foto tadi pun ia hapus. Kemudian dia menarik gas mobil menuju kantornya.

Ia tidak perlu menyinggung soal hari ini. Jangan sampai. Meski sebenarnya ia penasaran hubungan seperti apa yang terjalin antara Yui dan Karin.

Sekarang yang ia pikirkan hanyalah cara agar Yui tidak berhubungan lagi dengan wanita itu. Ia tidak peduli meski ternyata hanya teman saja, karena ia tidak suka saat pasangannya terlihat lebih bahagia bersama orang lain daripada dirinya.

.

"Hei, akhir pekan ini kita jalan yuk?" Ajak Risa, di tengah-tengah acara makan malam mereka yang penuh keheningan.

"Tumben?" Tanggap Yui, menyumpit sepotong daging di dalam mangkuk sebelum menyantapnya. Ia mengunyah sambil menatap Risa seperti makhluk aneh. "Biasanya suka mengurung diri di ruang kerja saat akhir pekan atau tertidur sepanjang hari karena lelah."

ColdWhere stories live. Discover now