"Ah iya itu maksud mama tadi tuh omega, iya omega. Mama salah ngomong mungkin karena efek ngantuk," ucap Yedam seraya menguap yang tentunya itu hanya pura pura saja agar putranya tidak curiga.
Jeongwoo hanya mengangguk saja tidak terlalu perduli juga dengan ucapan mama Yedam sebelumnya.
"Nih, mama mau lihat kan? Tanda nya ada di bahu sebelah kiri," ucap Jeongwoo seraya menyingkap piyama tidurnya.
Yedam mendekat dan melihat dengan seksama tanda mate dari putranya itu yang terlihat berkilau dan mengeluarkan cahaya jadi cukup sulit untuk Yedam lihat. Namun saat matanya sudah dengan jelas melihat tanda itu, Yedam tidak mampu menahan raut wajah bahagianya yang spontan lelaki manis itu langsung memeluk putranya.
"M-ma? Mama kenapa?" Jeongwoo kebingungan dengan tingkah mamanya.
Segera Yedam melepas pelukannya itu dan menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak papa nak. Mama hanya senang melihat mate sign mu yang sangat cantik ini. Kalau begitu mama keluar dulu ya, kamu istirahat lah. Besok siang kamu ada jadwal ngampus kan?"
Jeongwoo mengangguk dan hanya bisa pasrah ketika mamanya itu memberikan kecupan di keningnya, mamanya memang tidak pernah berubah. Selalu membayikan-nya meskipun umur Jeongwoo sudah dua puluh satu tahun bahkan dia ini seorang alpha namun jika di depan Yedam Jeongwoo hanyalah bayi serigala kesayangannya.
•••
Jeongwoo bangun ketika alarm di kamarnya berbunyi, lelaki manis itu terdiam beberapa saat di atas tempat tidurnya tepat setelah ia mematikan alarm miliknya.
Menguap sebentar, lalu bangkit untuk pergi mandi. Dia tidak lupa dengan jadwal kelasnya yang pukul 11 siang dan ini sudah jam 10. Tidak butuh waktu lama bagi Jeongwoo untuk selesai dengan acara mandinya. Lelaki manis berperawakan tinggi itu mengaca di kaca kamar mandinya. Dia memegang bahu bagian kirinya yang terdapat tanda mate yang baru semalam ia dapatkan.
"Memangnya mate sign ku seperti apa sih bentukannya? Kenapa Hwanie dan mama terlihat terkejut begitu?" Monolog Jeongwoo lalu dia mendekatkan tubuhnya pada cermin untuk melihat dengan lebih jelas lagi.
"I-ini ... Tidak mungkin! Ini tidak mungkin mate sign ku! Moon goddess pasti keliru memberikanku tanda mate. I-iya tidak mungkin jika mate ku adalah dia," Jeongwoo berujar dengan suara bergetar.
Dia ingat, sangat ingat dengan jelas tanda yang ada di bahu sebelah kirinya itu pernah dia lihat di tubuh lelaki yang dulu sempat dia buat sekarat karena memperebutkan kekuasaan!
Sebisa mungkin Jeongwoo menggosok kuat bahu bagian kirinya, berharap tanda itu dapat hilang. Namun bukannya hilang justru kulitnya yang malah memerah dan luka karena dia menggosoknya dengan kuat. Tanpa sadar Jeongwoo menangis, bukan karena bahunya terluka tapi karena dia takut ...
Takut dengan kenyataan jika tanda mate itu moon goddess sendiri yang memberikannya dan sudah pasti dia tidak mungkin keliru memilih kan pasangan untuk setiap umatnya.
'Tidak ... Kumohon jangan, tolong siapapun katakan jika tanda mate ini hanyalah mimpi buruk dan bukan kenyataan. Ku mohon, aku tidak mau' batin Jeongwoo
Lelaki manis itu terduduk lemas di lantai kamar mandi yang dingin, air matanya terus mengalir. Dia menangis saat sadar rasa sakit di bahu kirinya dan juga tanda itu yang tidak kunjung hilang menjadi tamparan keras untuknya jika ini bukanlah mimpi. Melainkan kenyataan dari mimpi terburuknya.
•••
"HARUTO!"
Jeongwoo melangkah dengan penuh emosi, wajahnya yang terlihat marah dan juga banyak jejak air mata yang tidak sempat ia hapus menjadi pemandangan Haruto ketika menoleh.
"Apa? Aku la--"
BUGH
BUGH
BUGH!!
Perkataan Haruto terhenti begitu Jeongwoo dengan tiba tiba menyerang dirinya dengan pukulan. Dia yang belum siap pun akhirnya terjatuh di atas tanah. Jeongwoo tidak menyia nyiakan kesempatan itu, dengan segera lelaki manis itu duduk di atas tubuh Haruto dan mengunci pergerakan lelaki berdarah Jepang itu.
"GUE BENCI LU! GUE BENCI BANGET SAMA LU HARUTO!!" Jeongwoo berteriak seraya terus memukuli wajah tampan milik Haruto, lelaki manis itu melampiaskan emosi dan kekecewaannya dengan memukul Haruto.
Jeongwoo menghentikan aksinya saat Haruto tidak memberikan perlawanan. Dia menarik napas panjang mencoba menahan air matanya yang akan kembali keluar.
"Kamu kenapa Jeongwoo? Pagi pagi sudah cari ribut saja? Mood mu tidak baik karena statusmu yang ternyata bukan seorang alpha ya?" Bukannya marah karena Jeongwoo yang tiba tiba memukulnya, Haruto justru malah bertanya dengan nada mengejek.
Jeongwoo menatap mata Haruto, dan seketika itu pula rasa sesak, benci dan kecewa ia rasakan di waktu yang bersamaan. Bahkan dia tidak sadar dengan luka yang ada di wajahnya yang muncul karena dia melukai mate-nya sendiri.
"Bajingan! Gue benci sama lu Haruto! Gue lebih milih nggak jadi alpha kalau ternyata mate gue adalah lu!" Jeongwoo mengatakan itu dengan lirih dan sorot mata yang terlihat tidak biasanya lalu bangkit dari posisi duduk di atas tubuh Haruto, pergi begitu saja setelah memberikan luka pada sang mate.
Sedangkan Haruto sendiri, dia terdiam mematung. Masih dengan posisi berbaring ya di atas tanah.
"Barusan ... Apa yang ku dengar? Mate? Jeongwoo mengatakan jika dia adalah mate ku?" Haruto bermonolog
Dia merasa tidak yakin dengan pendengarannya tentang ucapan Jeongwoo namun ketika mendengar perkataan Jeongwoo yang tidak terdengar jelas itu entah kenapa hatinya berdesir merasakan perasaan aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
🦋T🐺B🐺C🦋
Halo 🙌 jangan lupa vote dan komennya, jika aku senggang ini ff bakal di update sehari dua kali xixi
^^ ^^
© watanaberoopy
YOU ARE READING
Saatus「 Hajeongwoo 」
FanfictionJeongwoo dan Haruto itu adalah musuh, dan status keduanya yang sama sama alpha membuat mereka sering memperebutkan posisi alpha terkuat namun takdir mempermainkan keduanya dengan hadirnya sebuah ikatan bernama Mate. "Dari sekian banyak Omega, kenapa...
「 Bir 」
Start from the beginning
