PROLOGUE

7 3 1
                                    

"Abis makan ice cream, kita mau ke mana lagi, Kak?" tanya bocah kecil yang tengah menyendokkan ice cream ke mulut.

Pipi gembulnya membuat gadis yang duduk disampingnya jadi merasa gemas. Ia pun mencubit pipi adiknya seraya terkekeh. "Kakak pengen main bianglala sih. Kalo Bima mau ikut gak?"

"Bianglala?" Bocah bernama Bima itu membuka mulutnya dengan mata yang mengerjap lucu. Namun, raut wajahnya berubah setelah beberapa detik.

"Kalo ada mama, pasti lebih seru," ujarnya. Kepalanya tertunduk dan keinginan untuk melanjutkan makan ice cream pun hilang seketika.

Gadis yang merupakan Kakak Bima tersebut hanya terdiam. Ia juga merasa sedih karena mamanya tak bisa ikut menemani. Matanya menatap ke belakang adiknya dan tak sengaja menangkap sosok familiar secara sekilas.

Kok kayak mama, ya? batinnya bertanya-tanya. Ketika melihat lagi ke arah yang sama, tak ada siapapun di sana.

Ah, mungkin cuma perasaan Vira aja.

"Nanti kita tanya papa dulu, ya? Kalo dibolehin baru main bianglala." Rhea berkata dengan mata menunduk menatap ponsel. Merasa tak ada tanggapan, ia pun mengalihkan pandangan ke arah adiknya.

Bima terlihat diam dengan mata fokus ke arah belakang Rhea. Karena penasaran, gadis itu pun berbalik. Matanya sontak melotot saat melihat papanya yang tertunduk seraya memegangi dada dengan wajah syok.

"Papa!" panggil Vira. Ia sontak berdiri dan berlari ke arah papanya. Namun, kakinya tiba-tiba mengerem mendadak saat papanya terhempas beberapa meter ke depan.

"PAPAAA!" Bima berteriak dan langsung berlari menuju papanya. Rhea ikut menyusul adiknya dengan jantung berdegup kencang.

Orang-orang mulai berkerumun. Beberapa diantaranya ada yang menelpon polisi dan juga ambulans. Sementara yang lain merasa kasihan melihat dua orang anak di samping pria yang baru saja kecelakaan.

Tangan Rhea menutup mulutnya. Ia sungguh syok akan kejadian barusan. Semuanya terjadi begitu cepat, bahkan gadis itu sama sekali tak menyadari jika ada mobil di belakang papanya.

Mata Rhea tanpa sengaja menatap dada papanya yang terdapat noda merah. Ada bolongan kecil di sana.

"Kenapa Rhea ngerasa kalo papa di tembak orang?"

Kalimat itu hanya terucap dalam hati. Pikiran Rhea berkecamuk, perasaannya pun campur aduk. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat seorang pria menutup mata papanya.

"Dia sudah meninggal."

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Apr 30, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

MELLIFLUOUSDonde viven las historias. Descúbrelo ahora