page v.

4 3 0
                                    

Hal yang ia lihat pertama kali adalah Clairish yang menatapnya cemas. Denyutan di kepalanya semakin terasa saat Keira mendudukan dirinya.

"Better?"

"Much better."

Keira memandang sekeliling dan mendapatinya ia berada di kamar rumah sakit.

"How long?"

"About 5 hours?"

"For God sake, gue kaget banget dapet telepon dari Demian! He called me, katanya lihat lo digendong strangers dalam keadaan pingsan ke ambulans! Gila! Kok bisa sih?"

"Liftnya mati terus gue pingsan." jawab Keira seadanya, pikirannya menuju pada 'strangers' yang disebut Clairish. Itu pasti Jaden, kan?

"Duh, lo pasti trauma naik lift lagi."

Keira mengangguk lemas walau batinnya berkata 'I already do'.

"But, good on him, he is so kind." komentar Clairish yang pastinya merujuk ke Jaden. "I'm glad you are okay."

"Thanks for worried me."

Clairish mengulum bibirnya, "The doctor said you can go home after visited." kemudian ia beranjak, "I'll call them."

"Okaay."

Keira menghela napas, seumur hidup takkan lagi ia melangkahkan kaki ke Mall itu lagi.

Tidak-akan-pernah-meskipun-hanya-mall-itu-yang-ada-di dunia-ini.

Tapi, aduh, Keira kebingungan bagaimana caranya mengubungi Jaden. Kejadian tempo tadi pasti sangat amat merepotkan orang itu— jauh lebih dari hanya mengantarkannya pergi ke sekolah.

◌◌◌

Jaden terengah setelah berhasil membawa tubuh Keira ke brankar di dalam ambulans. Pundaknya di tepuk dua kali oleh seorang pemuda seumurannya, "Makasih udah nolongin Keira." begitu katanya.

Jaden memperhatikan orang itu dari atas hingga bawah lalu mengangguk, ia pasti teman Keira dilihat dari seragam yang senada. "Iya."

Niatnya, ia akan menemani Keira hingga sadar nanti di rumah sakit. Ia bahkan sudah berancang-ancang masuk ke dalam mobil ambulans setelah memberi ruang perawat memeriksa Keira. Sialnya, ponselnya bergetar.

[10] missed call from Dad.

[4] missed call from Jemian.

[2] unread message from Mom.

Batinnya langsung berteriak frustasi, Oh Shit! There is a problem.

Ditambah lagi, pemuda yang mengenal Keira itu mendahuluinya yang hampir menginjak memasuki mobil.

"Makasih, tapi lo gausah anter sampai rumah sakit."

Sejujurnya, Jaden sedikit kesal mendengarnya. "Bruh, i'm the one who safe her?" lagi-lagi deringan ponselnya mengurung Jaden untuk menyuarakan pendapatnya dan berakhir mengalah.

Seharusnya, orang tadi tidak menatapnya seakan-akan ia pengganggu padahal Jaden yang menyelamatkan Keira 'kan?

"Atau pacarnya kali ya?"

Sekali lagi, Jemian menelponnya. Dan kini, Jaden mengangkat panggilannya. "Sorry, tadi ada accident. Kenapa, Jem?"

"Granny dibawa kerumah sakit,"

intrépide. Where stories live. Discover now