page iv.

2 4 0
                                    

Siapa yang tidak kaget kalau nyaris tengah malam didatangi tamu yang babak belur? Pasti terheran lah, jadi Jaden mewajari reaksi sepupunya— Carael yang speechless melihat penampilan nya meski sudah diobati Keira tadi.

"Ini kenapa?" sepupu Jaden bertanya seraya membukakan pintu untuk korban kroyok itu.

"Nyaris diculik lagi."

"Dianter siapa?"

"Temen."

Carael menaikkan dua alisnya tak percaya, namun ia mencoba acuh.

"Gua clueless banget bangsat, kalau misal suruhan Adams— gak mungkin lepas segampang ini."

"Kesimpulannya, lo percobaan menyerahkan diri?"

Jaden menggelengkan kepalanya, "Enggak, gila!"

Carael ikut mendudukan diri disamping Jaden, rasa frustasi keduanya sama. "Tapi Eric gak lolos 'kan? Kemungkinan besar pelaku nya Adams. Tapi kasus lo, bisa jadi orang lain."

"Harusnya kebalik, karena Eric sama sekali gak andil ikut campur apapun."  lanjut Carael dalam monolognya.

"Gue curiga, there is something Eric hiding for. Adams never work for no reason, Rel."

"Lo tau gua lebih clueless sama apa?"

"Apaan?" tanya Jaden.

"How's grandpa raising so much wife and child in his life?"

Keduanya terbahak. "I wish i'm not as jerk as him."

"I hope so too."


◌◌◌

Jaden memejamkan matanya rapat-rapat. Bekas pukulan 'big man' — julukan dari Carael— kemarin membuat badannya ngilu lagi. Sudut bibir dan pelipisnya juga ikut nyut-nyutan.

Selama enam bulan ini, banyak kejadian yang membuatnya kebingungan. Dari pernyataan kakeknya bahwa Jaden akan meneruskan pusat Adams, meninggalnya Jericho, lalu ia yang terus-terusan di terror 'big man'.

Hal aneh itu, apakah berpola?

Mungkinkah kalau berkesinambungan?

Jaden benar-benar sibuk dengan kecamuk pikirannya sendiri. Bahkan hingga mengabaikan instruksi guru olahraga untuk pemanasan.

"Jaden Adirangga?"

"Jayjaay!" kalau bukan karena cewek yang baris disebelahnya memanggil namanya dengan centil begitu, mana sadar Jaden dengan sekitar.

"Apa?"

"Malah 'apa', kamu ulangi sendiri situ pemanasannya. Streching aja." guru olahragnya memerintahkan.

Jadi kini Jaden ditinggalkan sendiri oleh teman-temannya yang sibuk memasang net volly. Selama dua menit itu ia pemanasan, namun lagi-lagi pikirannya berkelana kemana-mana.

Duh, Jaden takut ubanan dalam kurun waktu cepat karena terlalu stress.


◌◌◌

intrépide. Where stories live. Discover now