Bab 19

119 9 2
                                    

“Kyra rasa, pernikahan kita cukup sampe di sini aja, Kak.”

Pergerakan tangan Arshaka yang sedang memakaikan sepatu pada kakinya terhenti. Dengan gesit, Arshaka kembali melanjutkan kegiatannya. Lantas, lelaki yang sudah rapi dengan pakaian formalnya itu menatap Kyra yang sedang menyisir rambut lebat Arzan menggunakan jemari tangan kanannya.

“Kamu sudah pikirkan masak-masak, Ra?”

Kyra mengangguk mantap, lalu menggendong Arzan yang sudah wangi di pagi cerah ini. Tubuhnya berbalik menghadap Arshaka. Semalaman, setelah Kyra disadarkan oleh perasaannya sendiri, dia mengambil langkah untuk berpisah agar semuanya tidak berubah. Entah itu perasaannya terhadap Arshaka atau yang lainnya.

“Udah, Kak. Kyra bisa rawat dan jaga Arzan, kok.”

Kini, Arshaka yang bungkam. Dia sadar kalau semalam terlalu banyak bicara. Namun, itu semua Arshaka ucapkan karena refleks, semata-mata karena sudah menyayangi Arzan sedemikian besar.

“Alasannya?”

“Sesuai perjanjian kita, pernikahan kita cuma berlangsung sampe Arzan lahir, Kak.”

“Lalu Arzan?” tanya Arshaka dengan nada dingin.

“Kenapa dengan Arzan?” Kyra tersenyum lepas, lebih tepatnya memaksakan senyum. Kyra membaringkan Arzan yang sudah terlelap, kemudian menyelimutinya dengan penuh sayang. “Arzan akan baik-baik aja.”

“Ya, kamu benar juga. Ada bunda.”

“Kenapa bawa-bawa Tante Dina?”

“Kalau kita pisah, kamu mau tinggal sama ayah bunda lagi, kan?”

“Kyra udah terlalu banyak ngerepotin mereka.”

“Lalu kamu mau ke mana?”

“Kerja. Entah masih di Jakarta atau keluar kota. Kyra juga mungkin akan cari informasi tentang Ardhan. Bagaimanapun dia ayah biologisnya Arzan. Mau diakui atau nggak, Kyra tetap bakal kasih tau dia.”

Pandangan Arshaka menusuk tajam, Kyra sadar akan itu semua. Namun, Kyra rasa jawabannya tergolong wajar. Bukankah sikap Arshaka selama ini telah mengasahnya agar serba bisa, termasuk bisa memomong Arzan sendirian.

“Jangan gila! Arzan masih butuh kamu.”

“Kak Shaka jangan khawatir. Kyra bisa, kok, kerja sambil momong Arzan.”

“Memangnya kamu tidak mau kuliah?”

“Kyra mau kerja, Kak. Kyra udah nggak mood buat kuliah. Setinggi apa pun pendidikan seorang perempuan, sehebat apa pun karier seorang perempuan, tetap aja dia akan berakhir di rumah.”

“Kamu salah, Ra. Justru pengetahuan perempuan itu harus diasah dan dituntut luas.”

“Itu mah khusus istri Kak Shaka aja.”

“Kamu tidak tanya kenapa?”

Kyra memang tidak bertanya, tetapi dari sorot matanya, Arshaka tahu kalau perempuan di depannya sedang penasaran.

“Karena seorang ibu merupakan madrasah pertama untuk anak-anaknya.”

“Tapi, Kak—”

“Suatu hari nanti, jangan kebanyakan tapi. Kebanyakan tapi sama saja dengan kebanyakan mikir. Kamu juga harus ingat, Ra, usahakan, sebelum bertindak kamu harus memikirkan konsekuensi dan keuntungan atas apa yang kamu lakukan supaya di kemudian hari tidak menyesal.”

“Kak Shaka lagi bicarain apa, sih? Pekerjaan aku atau keinginan aku buat pisah?”

“Semuanya.”

“Kak Shaka, keberatan? Lalu apa kabar perasaannya kak Aleena dan perasaan Kak Shaka sendiri? Kalian masih menjalin hubungan, kan?”

“Ra, ini masalah kita. Tentang kita. Kamu tidak perlu bawa-bawa Aleena.”

“Perlu, Kak. Perlu banget. Kalau tidak perlu dibahas, Kak Shaka nggak bakalan mungkin deket-deket sama kak Aleena lagi. Kak Shaka nggak mungkin menjauh dari Kyra dan Arzan.”

“Aleena tidak ada sangkut pautnya dengan masalah kita.”

“Oh, ya?”

“Terserah.”

Arshaka gegas berlalu dari kamar. Semenjak Kyra menyampaikan keinginannya untuk berpisah, entah mengapa emosinya langsung terpancing dengan mudah. Padahal, selama menikah, Arshaka sudah mencoba menjadi yang terbaik untuk Kyra. Namun, ternyata apa yang dipersembahkan olehnya malah dipandang sebelah mata.

Arshaka sadar kalau semenjak Arzan hadir dia lebih sering menjaga sikap (menjauh seperti yang diucapkan Kyra). Itu semua Arshaka lakukan agar dia tidak terlalu menyayangi bayi Kyra dan Ardhan. Entah Arshaka harus bersyukur atau mesti bagaimana, sejauh apa pun dia mengambil sikap berbeda, tetap saja hatinya sudah terikat oleh Arzan.

Bahkan, tak ingin Arshaka akui, hatinya sudah terpikat oleh pesona seorang Shakyra. Itu lah alasannya mengapa Arshaka sering pulang malam dan enggan menyentuh masakan Kyra. Arshaka hanya enggan terbiasa karena nasib pernikahannya entah akan dibawa ke mana.

Masa lalu Kyra dan Ardhan belum selesai. Alasan itu lah yang membuat Arshaka ragu. Arshaka akui, dia terlalu pengecut jika sudah dihadapkab dengan perasaan. Dia akan lebih memilih memendam daripada mengungkapkannya.

Tentang Aleena, sebenarnya hubungan Arshaka dan mojang cantik itu sudah kandas. Aleena tidak mau menjadi orang ketiga walaupun cintanya kepada Arshaka teramat besar. Namun, dia akan menunggu sampai Arshaka kembali ke pelukannya lagi.

***

“Pisah?”

Bu Dina memejam sejenak. Dikiranya, pernikahan Kyra dan Arshaka tidak akan berakhir secepat ini. Dugaannya ternyata tidak sesuai dengan keinginan.

“Kenapa harus pisah? Apa perempuan itu alasannya, Kyra, Shaka?”

Bu Dina memang pernah menceritakan pertemuan pertamanya dengan Aleena ketika dia berjuang di ruang operasi.

“Bukan, Tan. Kyra sama kak Shaka memang dari awal nggak cocok. Kyra juga nggak mau kak Shaka terus merasa terpaksa dan terikat pernikahan ini.”

“Jadi, pernikahan ini dari awal sampai akhir memang hanya karena Arzan?” tanya pak Gunawan menebak-nebak.

“Ya,” jawab Kyra dengan cepat.

Kalau dihitung-hitung, sudah dua kali dia mendahului Arshaka untuk menjawab ucapan om dan tantenya.

“Sebenarnya sangat disayangkan ... tapi, ya, mau bagaimana lagi.”

Setelah menceritakan semuanya kepada pak Gunawan dan bu Dina, Kyra merasa lega, sekaligus kehilangan. Hari-hari yang dijalani usai pisah rumah hingga benar-benar dinyatakan sah bukan sepasang suami istri lagi oleh pihak pengadilan terasa berat bagi keduanya. Hanya saja, tidak ada yang bersuara akan itu semua.

Arshaka juga sebenarnya menyukai Kyra. Entah sejak kapan. Yang pasti, Arshaka menyukai Kyra bukan karena dia kakak sepupunya, melainkan rasa suka seorang pria terhadap wanitanya. Sayang, perasaan itu terlambat Arshaka sadari. Harus ada perpisahan untuk memancing rasa kehilangan.

Dari awal, Arshaka ingin menceritakan semuanya. Tentang hubungannya dengan Aleena. Tentang alasannya pulang terlambat. Dan masih banyak tentang lainnya yang Arshaka pendam.

***

Tenaaang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenaaang ... aku udah ngetik sampe bab 29. Cuman dipublishnya ngesot. Bab 30 OTW ngetik. 😍😍😍

Semoga sukaaa.

Nikah tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang