"Gue janji akan membuat lo selalu senang Azka, sesuai janji gue sama Aland" gumam Aland tersenyum dan mengecup puncak kepala Azka singkat kemudian mengelus rambutnya.

"Abang lo itu selalu menyayangi lo, padahal kehidupannya sendiri sulit, bahkan dia bisa mengorbankan nyawanya sendiri supaya lo senang" batin Kenzi kemudian menghela nafasnya pelan.

Aland melangkah menuju balkon kamarnya menikmati sinar matahari terbit, mungkin sekarang sudah jadi kebiasaannya setiap pagi.

"Ayah bunda, abang, Ken rindu sama kalian"

"Semoga kalian baik-baik aja ya, Ken di sini juga akan baik-baik aja"

"Ken sekarang punya adek yang harus Ken jaga"

"Hmm Apa ken bisa menjalani peran Ken jadi seorang abang yang baik seperti abang-abang dulu sama Ken"

"Jujur saja Ken masih merasa asing, Ken takut membuat Azka terluka"

"Sekarang dia menjadi orang yang berharga buat Ken"

"Dia dari kecil terluka, sama dengan pemilik tubuh ini"

"Dan Ken berjanji akan mencari kebahagian buat mereka berdua"

Air mata mengalir di pipinya dengan cepat Kenzi langsung menghapus air matanya, dia benar-benar sangat rindu dengan keluarganya itu.

Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, dia tidak tau sampai kapan berada di dunia novel ini, atau nasibnya tetap sama seperti ending novel ini, meninggal karena menyelamatkan Azka.

Aland menatap Azka yang masih terlelap, dia menghela nafasnya berkali-kali kemudian tersenyum.

"Gue harus bisa membuat ending yang baik buat kedua pemuda malang ini, salah satu caranya cuma jauh dari keluarga biadab itu"

"Semangat Ken" monolog Kenzi dan melangkah menuju kamar mandi hendak bersiap pergi ke sekolah.

Selang 10 menit Aland sudah rapi dengan pakaian seragamnya dan menatap Azka yang masih pulasnya tidur.

"Hmm dasar kebo" ujar Aland terkekeh pelan dan sesuatu langsung terlintas di otak jeniusnya.

"Kerjain Azka kayaknya seru deh hehe" monolog Aland dan memperhatikan sekitar kamarnya untuk mengerjai adeknya itu.

"Tapi apa ya" monolog Aland mengetuk-ngetuk dagunya dengan jarinya.

Aland tersenyum smirk dan mengambil jam weker yang ada di sana, kemudian mengatur jam itu supaya berbunyi dan dengan tidak ada akhlaknya dia meletakkan jam weker itu tepat di telinga Azka.

"AZKA BANGUN, KEBAKARAN" teriak Aland dan bersembunyi di balik kamar mandi

"Haa kebakaran" ujar Azka serak dengan nyawa masih belum terlalu terkumpul, dan seketika dia membolakan matanya kaget dan akahirnya berlari keluar kamar itu.

"HUWAA ABANG KEBAKARAN" teriak Azka membuat Aland tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjai adeknya itu lagi.

Sedangkan Azka bahkan sudah keluar dari pintu apartement, dan melihat koridor bangunan apartement itu yang tampak normal, bahkan pemilik kamar sebelah mereka, tetap santainya keluar dari apartementnya.

"Adek kenapa?" Tanya bapak itu melihat Azka tampak panik.

"Bukannya ada kebakaran ya pak?" Tanya Azka menautkan alisnya bingung.

"Mana ada kebakaran dek, kalau ada kebakaran udah ada alarm pengingatnya tadi berbunyi, tapi dari tadi aman-aman aja kok"

"Lah tadi ada pak, tap..." ucapan Azka terpotong mendengar gelak tawa di belakangnya seketika wajahnya berubah masam.

Aland Leon O. (Pre ORDER)Where stories live. Discover now