"Bahkan kalau pun harus ngorbanin diri gue sendiri."

"Kecuali satu, sifat ingin melindungi orang lain sekalipun mengorbankan diri sendiri."

Dito akan melakukan apa saja untuk orang yang laki-laki itu sayangi meski dirinya yang harus menanggung luka berdarah tersebut.

"Gue berantem sama Gara, di sekolah."

Napas nya tercekat, tenggorokan nya terasa begitu kering bahkan untuk menelan ludah pun rasanya sangat menyakitkan. Fakta yang ia dapat hari ini begitu membuat nya benci tentang kenyataan bahwa dunia Dito, sudah hancur sejak lama. Dan untuk menyelamatkan nya meskipun sudah tak berbentuk, hanya ada satu hal yang bisa Raga lakukan hari ini.

"Ayah, Bunda, ayo kita pulang sekarang."

••••

Dunia nya memang hancur tapi belum runtuh.

Setidaknya untuk saat-saat dimana ia yakin kalau Papa tetap akan baik-baik saja. Jika ditanya dimana poros kehidupan Dito hari ini, maka tanpa ragu anak itu akan menjawab, Papa.

Dito tidak mempunyai apa yang orang-orang sebut dengan harapan. Sejak dirinya sadar kalau Mama pergi disaat dirinya lahir, sejak saat itu Dito yakin dengan pasti kalau memang tidak ada satu pun harapan yang boleh ia impikan.

Tetapi tidak sebelum ia melihat bagaimana langkah gontai Papa menuju ke parkiran lalu masuk ke dalam mobil. Untuk beberapa menit, Papa masih ada di sana.

Di parkiran dengan keadaan mobil yang masih mati, menghabiskan waktu selama lima menit sampai pada akhir nya inova tersebut melaju keluar dari area parkiran.

Menciptakan detak kacau yang membuat ritme nya berantakan, namun, tidak ada banyak hal yang bisa Dito lakukan selain, menghela napas kuat.

"Sekala Lazuardi. HRD di Manggala Corp. Papa lo kerja disana kan?"

Untuk beberapa waktu yang kelam, Dito pernah berada pada persimpangan antara hidup dan mati.

Waktu itu Dito yang berusia 12 tahun entah memiliki keberanian dari mana berdiri di atap gedung terbengkalai, melangkahkan kaki nya menuju dinding pembatas lalu menaiki nya. Bersiap untuk terjun ke bawah kapan saja yang ia mau.

Tetapi keberanian itu mendadak lenyap di saat telinga nya kembali menangkap cemoohan serta hinaan tentang keluarga nya.

"Lo gak punya Mama, ya?"

"Mama lo udah mati?"

"Katanya abis ngelahirin lo, ya?"

"Kalo kasus nya gitu, lo bisa dibilang sebagai pembunuh bukan sih?"

Suara-suara sialan itu berhasil menahan rencana bunuh diri yang kesekian kali nya. Menahan diri Dito untuk meloncat kebawah, membuat tubuh kecil nya beringsut di pojokan atap sambil terus menutup telinga, berteriak kesakitan seakan-akan hari itu adalah hari yang paling menyakitkan yang pernah anak itu lalui.

Tangisan nya begitu menggelegar di bawah langit yang mungkin saat itu tertawa lebar, melihat betapa lemah nya anak ini. Lalu tanpa di duga dari balik pintu, Papa datang.

Papa datang seraya berlari ke arah nya, berlari keras seolah-olah Papa akan kehilangan dirinya kalau terlambat satu menit saja.

Hari ini Dito kembali lagi di atap itu. Namun kali ini tidak ada lagi percobaan gila tersebut, hanya ada Dito yang berusia 16 tahun yang baru saja menatap kepergian Papa nya.

"Gampang. Asal lo jadi bawahan gue, Papa lo gak akan pernah gue sentuh."

Jemari nya yang menggenggam erat besi pembatas, mulai terlihat memerah di setiap sisi. Jemari yang baru saja memukul rahang orang itu, mengurai sesaat perasaan asing namun menyakitkan masuk ke dalam relung hati nya.

"Brengsek."

Umpatan pertama dengan kilatan amarah yang masih setia menetap di kedua netra legam bening nya.

"Gara bangsat."

Umpatan kedua untuk rasa sakit yang masih bertengger pada sudut bibir nya, darah terlihat mengering disana.

"Jangan Papa, anjing."

Umpatan ketiga yang berhasil meruntuhkan pertahanan nya. Kembali menangis meski tidak terperosok di pojokan, membiarkan air mata nya jatuh ke bawah sana.

Tidak ada lagi kata yang menguar di udara, tidak ada lagi umpatan penuh dendam yang mengalun di antara angin senja. Air mata yang semula hadir dirinya buang secara kasar, menciptakan luka-luka kecil yang merambat untuk berubah menjadi semakin besar.

Luka yang sama seperti bom waktu. Luka yang kapan saja bisa membuat nya meledak, dimana pun.

"DITO!"

****

Bersambung..

Merinding edan kalo Dito udah ngamuk.

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
Hi, Bye Papa! حيث تعيش القصص. اكتشف الآن