PROLOG

68 8 2
                                    

05 years ago.

Seorang remaja dengan almamater biru tua sekolah menengah atas sedang duduk di bangku sebuah halte bus dengan 2 kantong plastik di sisinya, terlihat ia sedang berbincang di balik telepon genggamnya.

Karena mendengar rintikan hujan di depannya semakin besar, ekspresi remaja itu seketika berubah— panik dengan mimik kebingungan mendengar sahutan dari telepon genggamnya, ia mengusap surai hitamnya dengan perasaan cemas.

Pip!

Suara telepon terputus secara sepihak bersamaan dengan suara yang terdengar seperti sebuah kecelakaan baru saja terjadi dari persimpangan jalan tak jauh dari remaja itu berdiri.

Dengan langkah refleks nya remaja itu berlari ke trotoar menuju tempat kejadian— meninggalkan kantong plastik miliknya juga mengabaikan panggilan dari orang-orang yang berada di satu halte dengannya.

Remaja itu berhenti berlari saat melihat orang-orang berkerumunan di persimpangan jalan tersebut. Bola matanya membulat sempurna melihat sebuah mobil hitam menabrak tiang lalulintas. Dengan langkah kecil remaja itu menyebrang jalan tanpa memperhatikan sekitarnya.

Perlahan ia menyelinap masuk untuk melihat siapa pemilik mobil itu, dan berharap yang dia pikirkan tidaklah benar. Remaja itu tak bisa berkutik lagi saat melihat seorang wanita paruh baya terlihat berlumuran darah terbaring di atas aspal.

Dengan mata berkaca-kaca remaja itu menghampirinya, tak peduli dengan darah segar mengalir dari arah kepala dan mulut wanita itu, tangannya mengangkat kepala wanita itu ke pangkuannya seraya bergumam lirih.

"Ibu.. I-ibu,"

"Hae— uhk! Ibu senang kamu ada di sini, nak.. waktu Ibu tidak banyak lagi—" ucapannya berhenti ketika remaja itu meletakan telunjuk di bibirnya yang mengeluarkan darah.

"J-jangan, jangan katakan itu, Ibu akan baik-baik saja. Di mana ambulans?! DI MANA AMBULANS!?!!" teriak pemuda itu ketika orang-orang di sekitarnya hanya melihat mereka, tanpa berniat membantunya.

"Sedang dalam perjalanan, nak." jawab salah satu dari mereka berusaha menenangkannya.

"Haechan, Ibu ingin minta dua hal boleh?"

Pemuda itu mengangguk cepat tanpa berpikir, "Katakan apapun itu,"

"Wujudkan impianmu menjadi seorang polisi, u-ungkap semua kebusukannya. Jangan, j-jangan sekalipun kamu mencoba membunuhnya. Janji kamu akan serahkan bukti kejahatannya pada kepolisian."

"Aku akan melakukannya, pasti." ucap Haechan tanpa berpikir, meski ia bingung dengan apa yang Ibunya maksud.

"Janji Haechan. Kejahatan jangan kamu balas dengan kejahatan juga." ucap wanita itu.

"Janji, Haechan janji— Ibu juga harus berjanji untuk tetap tahan. Aku mohon."

Pemuda itu menggeleng pelan melihat mata wanita itu hampir menutup, tangannya terulur mengusap mulut sang Ibu yang di penuhi darah, lalu memeluk tubuhnya.

"J-jangan jangan tutup matamu Ibu! Tetap bertahan, Haechan mohon.. jangan tinggalkan Haechan sendiri." racaunya.

Pemuda itu semakin tidak kuat menahan air matanya yang membendung, ia menutup matanya merasa takut dengan apa yang terjadi sekarang, tidak. Kenapa ia memikirkan hal buruk akan terjadi, Ibunya akan baik-baik saja.

Ya, baik-baik saja.

"Company Lee." bisik wanita itu terdengar di telinganya.

Pemuda itu kemudian melepas pelukannya saat Ibunya menunjuk ke arah mobil lalu mengatakan satu nama. Kemudian semua samar.

Incheon International Airport

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Incheon International Airport.
Toronto - Seoul

Seorang wanita muda bersurai panjang berwarna blonde berjalan menuju terminal 2 arrivals dengan koper hitam di tangannya. Ia langsung masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya— membiarkan orang lain menaruh kopernya ke dalam bagasi mobil.

"Where do you want to go?"

"Apartemen No. 07 Blok 86."

BREAKING NEWS

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

BREAKING NEWS

Seorang mahasiswi dari Seoul National University di temukan tewas terjatuh dari gedung fakultas bisnis, yang menariknya polisi menyatakan bahwa insiden itu tak berkaitan dengan kasus bunuh diri melainkan kasus pembunuhan, di duga pelaku menikamnya berkali-kali sebelum menjatuhkannya dari atas gedung.

"Donghyuck? Lagi?"

"Aku tidak melakukan itu, berhenti untuk menuduhnya."

"Kau tak sadar akan tindakanmu Haechan!"

"Aku memang mendorongnya,"

So, continue or not?

AUXIOCCISDonde viven las historias. Descúbrelo ahora