15.

16K 2.7K 161
                                    




15.



Vano merotasikan mata saat Alfa berdiri di depannya dan berucap omong kosong. Tak taukah Alfa jika Vano sekarang menahan amarah untuk tak mencekiknya.

"Kak, Marvel tidak salah apa apa. Seharusnya kakak jangan memukulnya seperti itu." entah keberanian dari mana, Alfa berucap. Namun yang pasti Vano harus mengapresiasi nya.

"Urusan sama lo apa?" Vano menaikkan alis bertanya.

"Marvel adalah temanku."

"Lalu.. Kalo bocah songong itu teman lo, lo mau gw menorelansi sikap dia yang ngehina gw?" sungut Vano. Alfa kaget ketika Vano mencengkram dagunya.

"Lo anak babi bangsat. Seharusnya lo cukup tau jangan mendekati ranah gw."

Alfa melepaskan cengkraman Vano, "Aku hanya memberitahu kakak. Kalau kakak seperti ini, kakak akan membuat pandangan buruk publik terhadap keluarga William." dia menatap Vano.

Vano terkekeh, "Mulai berani ya?"

"Lo itu cuma anak angkat Alfa. Sebagus apapun keluarga sialan itu ngerawat lo. Lo tetap batu di antara berlian. Dan batu tak akan pernah menjadi berlian mau bagaimanapun batu di poles. Lo harus q tau diri.. Ya, gw tau. Mereka cuma sayang ke elo. Tapi fakta kalau darah William mengalir deras di tubuh gw, itu sudah cukup. Dari pada elo? Keturunan kelas bawah yang mencoba merangkak menjadi kelas atas." Vano memandang Alfa remeh. Dia tersenyum penuh arti ketika Alfa mengepalkan tangannya.

"Tapi kakak sama sekali tidak si harapkan meski kakak adalah keturunan William," sahut Alfa. Dia memandang Vano tajam, "Mereka lebih memperhatikan ku dari pada kakak yang notabene adalah keturunan langsung." perkataan penuh ejek itu menghantam telak hati Vano.

Brugh!

Vano menarik lengan Alfa lalu menghempaskan anak itu ke lantai dengan keras. Dia pun duduk di atas perut Alfa dan menghajar wajah anak itu.

Alfa tak menyangka dirinya akan di pukul seperti ini. Rasa sakit pada wajahnya membuat dia menangis histeris. Hidungnya mengalir cairan yang ia yakini adalah darah.

Brak!

Pintu terbuka, Aiden dan Alden masuk. Mereka membulatkan mata ketika Alfa yang tak sadarkan diri dan tetap di hajar oleh Vano.

Mereka ngeri sendiri, tetapi Alfa lebih penting dari pada ketakutan mereka. Twins A pun segera menjauhkan Vano dari Alfa. Namun bukannya menjauh, mereka malah di tendang oleh Vano.

Aiden menabrak tembok, sedangkan Alden menabrak sebuah meja yang membuat meja tersebut hancur seketika.

Vano seolah kehilangan kesadarannya.

"Lo berdua ngga usah ikut campur, sialan!" Vano menatap nyalang twins A secara bergantian.

"Lo mau bunuh adik gw anjing! Lepasin Alfa!" Aiden dengan keberaniannya meneriaki Vano yang akan memukul Alfa lagi.

Aiden dan Alden saling bertatap, dengan sekuat tenaga mereka berdiri dan menarik Vano agar terlepas dari Alfa dan mendorongnya.

Brugh

Vano sedikit lengah, ia merasakan punggungnya nyeri karena menghantam meja lumayan keras.

"Alden bawa Alfa keluar, biar gw yang mengurusi anak sialan ini!"

Buru-buru Alden menggendong Alfa keluar kelas untuk segera di tangani. Sepeninggalan Alden, kini didalam kelas dua pasang mata saling bertatap tajam dan menusuk.

"Lo kenapa ngga mati aja hah?! Lo hidup itu ngga berguna! Cuman mau jadi pembunuh! Lo itu cuman aib bagi William!" Entah keberanian dari mana, Aiden sampai berani menunjuk Vano yang sudah menatap Aiden dengan senyum remeh.

Plak

Vano menampik tangan Aiden yang menunjuknya.

"Ngga perlu nunjuk-nunjuk! Ah, lo mau gw mati kan?! Nih gw kabulin! Ayo cepet bunuh gw! Apa perlu didepan Cctv itu?! Biar keluarga lo bisa liat juga kematian gw secara jelas?!"

Vano tak main main, dengan sebilah pisau lipat yang ia bawa, dan Aiden yang masih linglung ditarik berjalan kearah angel yang berhadapan langsung dengan Cctv.

"AYO TUNGGU APA LAGI ANJING?! LO MAU GW MATI KAN?! GW SIAP! GW JUGA NGGA MAU HIDUP! GW EMANG PENGEN MATI!" Aiden dengan gemetar memegang pisau milik Vano, dengan Vano menggenggam tangannya yang bergetar.

"AYO TUNGGU APA LAGI!"

Vano mendesak Aiden, "Oh atau lo perlu contoh?!" dia merebut pisau itu dari Aiden dan langsung menggores lengannya di hadapan Aiden.

Darahnya bercipratan kemana mana. Termasuk seragam dan wajah Aiden.

Tubuh Aiden membeku di tempat, semua terjadi begitu cepat. Dia melihat 'adiknya' yang kesulitan bernafas. Darah yang mengalir dari lengannya.

Sesaat kemudian tubuh Vano limbung dan menabrak tubuh Aiden.Tatapan Aiden kosong, itu menandakan seberapa shock dia. Namun tangannya masih kuat untuk menopang tubuh Vano.

Vano.. Entah apa yang dia pikirkan.














My partner janiandme..



Typo? Tandai..

Thanks.






.







Tbc.






Tbc.

Bad Antagonis. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang