13.

17.9K 2.7K 169
                                    






Vano harus berterimakasih pada pamannya, Jarrel. Dengan bujuk rayunya dan dibantu Jarrel, akhirnya ia bisa menginjakkan kaki di kelas.

Meski sempat adu cekcok dengan sang kakek lantaran apa yang telah terjadi pada dirinya yang telah membuat ia terluka.

"Woy Van, sini!" Vano menatap orang yang memanggilnya, ia memberikan gestur menunjuk dirinya sendiri seakan memastikan 'lo manggil gue?' hehh Si Stevano punya teman.

"Siapa lagi kalau bukan Lo! Telat masuk dua hari bikin lo amnesia, hah?" Okay Vano mendekat kearah pemuda yang asing itu, apakah itu teman Vano asli? Dia melihat ke arahnya dari atas sampai bawah.

"Sini lo duduk, kasian banget lo kaya orang linglung!" Pemuda itu menepuk kursi sebelahnya, menyuruh Vano duduk. Dia sedikit penasaran dengan perubahan temannya ini.

Vano menurut, setelah mendudukkan diri ia menatap name tag pemuda di sebelahnya 'Angga Leoniday'. Ah namanya Angga.

"Lo belum jawab pertanyaan gw, kemana lo dua hari ini?" Angga memandang Vano penuh selidik.

"Oh, gw sakit. Trus gw ngga boleh berangkat dulu sama kakek," Vano harus bersikap seolah biasa saja. Dia mengangkat bahu acuh dan memalingkan muka.

"Ohhh, gw kira Lo masih kurang liburannya," Vano menggeleng  lalu menatap seisi kelas yang belum banyak siswa maupun siswi.

"Iya kak, nanti Alfa tungguin di kelas. Kakak jangan lama-lama jemput ya," Vano sangat mengenali suara itu, suara orang yang paling ia benci. Nada manja yang selalu membuat dia muak.

Arah pandangan Vano tak lepas dari tubuh pemuda yang berjalan memasuki kelas dengan senyum merekah di bibirnya. Kehidupan pemuda itu sungguh beruntung. Di angkat anak oleh keluarganya dan di jaga bak permata oleh mereka.

"Lo masih ngga suka sama adik lo itu?" Vano menatap Angga dengan wajah suram.

"Tentu saja, liat muka si babi itu  gw rasanya emosi mulu!" Dengan menggebu-gebu Vano mengutarakan isi hatinya. "Yah.. Dia adalah kesayangan keluarga William, tentu dia akan sangat di manja."

"Gw juga ngga suka dia, sok polos banget!" Ucap Angga menatap Alfa yang sudah duduk di kursinya. "Gw heran apa yang membuat mereka menyukai anak itu."  Angga juga menatap Alfa yang sekarang menyapa seisi kelas. Tetapi mereka semua acuh terhadap Alfa.

Mau bagaimanapun batu di poles, batu itu tetap batu. Hanya segilintir anak di kelas yang mau berbicara dengan Alfa.

Karena menurut mereka, Alfa hanya anak yg beruntung yang di pungut oleh Willliam.

.


"Hai bajingan sial!" Vano menatap nyalang seseorang yang menggangu waktu istirahatnya, padahal ia berniat kekantin bersama Angga. Tetapi apa ini? Apa saat ini ia tengah di ganggu?

"Maksud lo apa?" Vano membalasnya tanpa rasa takut. Dia berdiri di hadapan seseorang yang telah berani mengganggunya.

"Wahhh, lo jadi punya nyali ya?!" siswa yang tak Vano tau namanya itu bertepuk tangan meremehkan. Dia menatap Vano penuh ejek.

"Maksud lo apa anjing?!" Sudah dibilangkan, sumbu Vano itu pendek. Saat ini dia menarik kerah siswa itu.

Dengan emosi yang sudah membumbung, Vano langsung mendorong siswa itu dan memukulnya tanpa belas kasihan hingga terkapar.

"Berdiri lo!" Vano menarik kerah siswa itu hingga berdiri.

"Pukulan lo lumayan juga, kasian Alfa punya kakak berandalan kek lo!" Dia Marvel Lingga. Pemuda yang mau menjadi teman Alfa.

Bugh!

Lagi, Vano melayangkan satu bogemannya. "Kakak, hiks... hiks...hentikan! Kasian Marvel hikss..." Alfa Shock melihat Marvel yang di hajar oleh Vano.

Alfa mendekati Marvel yang sudah babak belur dan terkapar lemas di lantai, "Hiks.. kakak kenapa jahat banget sama Marvel?" Vano hanya menatap malas drama yang dibuat Alfa. Mengapa anak ini sangat cengeng.

"Vano." Angga menepuk bahu Vano lalu menunjuk dua orang yang memasuki kelas. Pandangan Vano pun teralihkan menuju dua orang yang ditunjuk Angga.

"Kapan sih hidup gw akan tenang?!" Bisa dipastikan setelah ini akan drama besar yang dibuat Alfa beserta dua babunya yang tak lain adalah Alden dan Aidan.

"Alfa apa yang terjadi?!" Alden buru-buru mendekati sang adik yang menangisi temannya yang babak belur.

"Hiks.. hiks.. kak Vano memukul Marvel hiks..." dia memeluk Alden dan menangis di dekapan kakaknya.

Alden dan Aiden diam. Ingatan mereka berputar pada waktu dimana mereka di hajar habis habisan oleh Vano. Muncul keringat sebiji jagung di dahi mereka. Mereka harus mendekam di rumah sakit selama seminggu. Dan, itu berhasil membuat mereka sedikit Trauma berurusan dengan Vano.

Melirik sebentar Vano dan melewatinya. Aiden takut-takut saat melewati Vano, dia memapah Marvel dan keluar dari kelas di ikuti Alden yang menggendong Alfa.

Vano berdiri tegap. Dia bersedekap dada memandang mereka tajam.

Seisi kelas bersorak untuk Vano.




















Fyi : Vano memanggil saudaranya abang. Sementara Alfa Kakak. Vano terkadang melupakan bahasa gaulnya ketika dia bersedih.


60% tulisan my patner janiandme..








Typo? Tandai..





Thanks.
Tbc.










Bad Antagonis. ✔Where stories live. Discover now