13. Quality Time.

1.3K 150 29
                                    

WOY, VOTE!!

HAPPY READING SOBAT (❁´◡'❁)
.
.
.
.
.
.
.

"Bagaimana Nimas?"

"Hah?"

Jenderal Besar itu terkekeh pelan.

Menyeruput pelan teh hangat yang di bawakan si gadis, Pak Nas kemudian beralih kepada Pierre yang duduk di sebelahnya.

"Iya kan Yer?"

Pierre mengangguk.

Sek, maksudnya ini gimana sih? Nimas nggak paham?

"Jenderal, ada apa ya? Kok saya malah ngang-ngong kayak orang dungu begini?" Nimas garuk kepala yang tidak gatal.

Pak Nas malah tertawa.

Nimas mengernyit iki ono opo toh?

"Kamu menyetujui tawaran saya?"

"Yang mana pak?"

"Untuk bersekolah disini?"

"Hah?"

Tolong, ini kenapa Nimas malah kayak orang tolol gusti? Reputasi mu sebagai pemenang lomba debat ngewakilin provinsi kemana Nimas?

Meng-cry akutuh.

Pierre mengela napas "Pak Nas menawari mu bersekolah di Jakarta. Paham?"

"Tapi aku wes sekolah neng Semarang ki?" (Tapi aku sudah sekolah di Semarang nih?)

"Makane Pak Nas njaluk usulan
mu!" (makanya itu Pak Nas minta usulan mu.) Pierre mendengus.

"Hah?"

Pierre mengusap wajahnya kasar. Tolong, Nimas ini kenapa malah jadi geblek begini sih? Pierre tertekan.

"Begini nak, saya menawari mu untuk melanjutkan pendidikan disini, di Jakarta. Bagaimana?" Pak Nas berbaik hati menjelaskan.

"Tapi saya sudah sekolah di Semarang, Jenderal." Nimas malah bingung sendiri. Pak Nas ini gimana sih?

Pak Nas tersenyum "Kamu sekolah dimana?"

"SMA Negeri 1."

"Itu di daerah dimana?" Pierre mengernyit.

"Halah, mas ajudan. Katanya orang Semarang kok nggak tau SMA NEGERI 1? itu lhooo, sekolah yang ada di Jalan Taman Menteri Supeno."

Pierre mengernyit lagi. "Lho, itu dulu sekolah saya."

Nimas membelalakkan mata "Eh serius? Berarti kita satu alumni?!"

"Kamu angkatan berapa?" Pierre menatap Nimas lekat.

Nimas terdiam sejenak.

Jarak dia dan Pierre sangat jauh. Kalo misal Pierre angkatan 10, terus Nimas angkatan 65 apa nggak jantungan pemuda itu? Nggak, nggak. Gila aja Nimas bakal jawab begituan.

"Pokoknya jauh deh kalo bandingin sama angkatannya mas ajudan." Nimas cengar-cengir malah membuat Pierre berdecak.

"Siapa kepala sekolahnya sekarang?"

"Eee.. Yanto."

Piere mengernyit, "Yanto sopo?"

Nimas menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Dia kan hanya asal saja tadi. Mana dia tahu kepala sekolah SMA nya tahun 1965. Piere ini emang kadang-kadang.

Nimas tertekan. Gustiii!

"Oh SMA Negeri 1" ucap Pak Nas mengalihkan pandangan Pierre pada Nimas. Rasanya gadis itu ingin sujud syukur kala Pierre tidak memberondongi dirinya dengan pertanyaan yang mampu membuat dia mati kutu.

KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU?Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ