"Kak Ziell juga nanyain dia terus ke gue. Kayaknya dia beneran suka Nadir. Tapi anehnya Nadir juga nggak respon Kak Ziell."

"Gue nggak peduli," tanggap Caka. Smirk tipisnya terukir beberapa detik, "gue jadi suka Nusa Penida."

Alvarez tergelak, "Karena Nusa Penida berhasil buat Nadir dan Kak Ziell nggak usik hubungan lo sama Alana?"

"You got it."

❤︎❤︎❤︎

Nadir berjalan lambat dan fokus pada layar ponsel untuk mengoreksi tugasnya sekali lagi sebelum dikirim.

Nadir hendak ke tempat parkir untuk pulang karena tidak ada kelas untuk dia hadiri hari itu. Setelah kejadian di Nusa Penida, Nadir memutuskan untuk fokus pada kuliah dan rencana-rencana masa depannya. Dia juga mulai menemukan hobi baru untuk mengisi waktu luangnya, mengikuti sejumlah organisasi kampus agar bisa memiliki teman karena sebelumnya dia malas bersosialisasi.

Tak memperhatikan langkah, Nadir menabrak dada seseorang. Sadar itu Nadir segera minta maaf. Dan saat sadar siapa yang berada di depannya, ekspresi Nadir berubah.

"Kak Ziell? Lo ngapain di sini?" tanya Nadir memperhatikan Dhaziell dari atas sampai bawah. Dia mengenakan setelan jas kantor.

Nadir melirik sekitar, "Kalau cari Alvarez tadi di koridor. Kalau cari Alana, dia nggak sefakultas sama gue. Dia ada di—" ucapan Nadir Dhaziell potong.

"Gue cari lo."

Nadir menunjuk dirinya sendiri, "Gue?" tanya Nadir sekali lagi memastikan takut salah dengar.

"Lo kenapa nggak angkat telepon dari gue? Pesan gue juga lo ignore. Setelah kejadian malam itu di Nusa Penida lo menghindar."

Nadir mendadak malas meladeni Dhaziell kala dia membuka pembahasan tentang malam yang mereka habiskan berdua di Nusa Penida. "Itu cuma kejadian satu malam, nggak lebih. Jadi Kak Ziell nggak usah kepikiran atau merasa bersalah sama gue. Lagian itu keputusan gue sendiri."

Dhaziell tidak habis pikir dengan reaksi Nadir yang tampak biasa saja setelah dia menyerahkan hal paling berharga untuk Dhaziell malam itu. Membuat Dhaziell tidak berhenti kepikiran dan terusik.

Dhaziell menarik lengan Nadir untuk ia tahan saat Nadir hendak beranjak meninggalkan Dhaziell. "Lo mau ke mana? Gue belum selesai ngomong."

"Nggak ada yang perlu diomongin lagi, Kak. Lepas! Sakit!" ringis Nadir merasakan remasan tangan Dhaziell di lengannya cukup kuat.

"Semuanya masih jadi tanda tanya besar di benak gue, Nad! Terlebih pas lo bersikap kayak gini. Seenggaknya jangan sembunyikan apa pun dari gue!"

"Nggak ada yang perlu lo pahami. Lo fokus sama diri lo sendiri, Kak. Gue juga fokus sama diri gue."

Dhaziell menarik Nadir sampai ia menabrak tubuhnya. Remasan tangan Dhaziell di lengannya semakin keras. Dhaziell tampak marah, jelas sekali tergambar pada raut wajah tampannya. "Gue tahu ada yang lo sembunyikan malam itu. Gue nggak bakal lepasin lo sampai semuanya jelas. Camkan itu," bisik Dhaziell memberi peringatan. Setelah itu dia melepas cengkeraman tangannya pada lengan Nadir dan pergi dari tempat parkir fakultas.

"Cowok gila!" umpat Nadir memegang lengannya yang sakit karena ulah Dhaziell.

❤︎❤︎❤︎

Strawberry Cloud [End]Where stories live. Discover now