47 - Pertandingan

Začať od začiatku
                                    

"Maaf, Coach. Jalanan macet. Saya harus cari jalan pintas."

Pelatih Caka melihat arloji di pergelangan tangannya. Ia memaklumi dan memberi titah agar Caka segera mengganti pakaiannya. Caka melirik Alana, menyerahkan tasnya untuk meminta tolong Alana pegang. "Kamu tunggu di sini dulu. Aku mau ganti. Nggak apa-apa?"

Alana tersenyum dan mengangguk, "Cepetan sana ganti."

"Terima kasih pengertiannya, Babe. Bentar lagi abis ganti aku antar kamu ke tribun."

"Iya, buruan gih."

Caka berlari untuk mengganti bajunya, sedang Alana diam kikuk berdiri di sana seraya memeluk tas Caka. Terlebih dia diperhatikan oleh beberapa orang. Membuat Alana semakin merasa terintimidasi.

Pelatih Caka sadar itu, dia menggertak beberapa pembalap lain. "Matanya tidak usah membeliak pacar teman sendiri sampai seperti itu! Bola matanya nanti keluar dari tempatnya," peringat pelatih melotot tajam ke arah rider lain.

Merasa tersindir mereka berdeham dan kompak mengalihkan pandangan. Ada yang langsung mengalihkan pandangan melihat hal lain, ada juga yang menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Malu sendiri.

Pelatih Caka menghampiri Alana, berdiri di sampingnya masih dengan jarak agar tidak membuat Alana tidak nyaman. Dia mengulurkan tangannya di depan Alana, "Saya pelatih Caka."

Sadar itu, Alana lekas menerima uluran pelatih Caka dengan sopan. "Kak Caka banyak cerita tentang Coach. Terima kasih sudah membimbing Kak Caka, Coach."

Setelah bersalaman singkat, pelatih Caka memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. "Maaf, pembalap lain membuat tidak nyaman. Saya dengar kamu model terkenal? Banyak dibicarakan sama mereka kalau Caka tidak ada."

Alana tersenyum kikuk, "Tidak terlalu terkenal, Coach. Buktinya coach tidak mengenal saya, kan?"

Pelatih Caka tertawa meski tidak ada yang lucu, "Itu karena saya sudah tua, tidak bisa main sosial media. Berbeda dengan anak muda zaman sekarang."

Alana tertawa kecil menanggapi. Akhirnya dia bisa mengenal pelatih yang selalu Caka ceritakan. Caka bilang pelatihnya orang yang baik dan sabar. Ternyata benar, lagi beliau begitu ramah. Mau mengajak Alana berbicara lebih dulu.

"Apa saat bersama kamu, Caka juga pendiam? Dia tidak suka bersosialisasi, fokus pada dirinya. Katanya mau jadi pembalap profesional buat seseorang. Saya yakin seseorang itu kamu."

Pipi Alana bersemu mendengarnya. Bukannya tidak tahu, Caka sendiri bilang dia mau menjadi pembalap profesional untuk Alana, agar dia pantas bersanding dengan Alana. Lelaki itu berjuang untuk Alana. Meski Alana tahu tidak mudah sampai di titik ini. Bahkan hingga sekarang Caka belum mendapat sponsor, dan baru hari ini Caka hendak meraih kesempatan itu.

"Kak Caka bisa cerewet, Coach. Tapi dia mengakui sendiri kalau dia malas bicara. Katanya takut apa yang ada di dalam pikirannya salah jika diucapkan. Jadi memilih diam."

"Unik dia," komentar pelatih Caka. "Caka juga orangnya pekerja keras. Saya baru menemui orang bertekad sepertinya. Dia anak didik kesayangan saya, dan saya tulus mendukungnya."

Bangga sekali mendengar pujian itu dari pelatih Caka langsung. Bagaimana mengungkapkannya? Yang jelas Alana merasa bangga memiliki Caka. Alana sangat menyayanginya, sangat!

Strawberry Cloud [End]Where stories live. Discover now