46 - Not Your Fault

Start from the beginning
                                    

"Besok pagi aku ke apartemen kamu. Pokoknya luka kamu jangan lupa diobati, terus wajahnya harus fresh, harus ganteng. Bentar lagi sampai apartemen jangan lupa kabari aku. Harus langsung tidur, dan jangan lupa PAP."

"I'm not kiddos, Alana Gioni."

"Dan jangan lupa aku masih ngambek soal 'strawberry' kamu itu. Dari sekarang jangan panggil aku strawberry lagi. Mana aku nggak pernah dipuji cantik kayak strawberry," ungkit Alana.

"come on, Babe?"

Alana menirukan cerita Caka dengan gerakan mulut dibuat-buat. "Kamu cantik kayak strawberry, kamu juga cantik kayak awan. Pret! Awas aja kalau kamu berhasil ketemu bocil centil itu lagi. Aku jambak rambut dia sampai akar-akar. Aku botakin sekalian."

Dengan gerakan kesal Alana memasangkan helm ke kepala Caka. Mulutnya tidak berhenti bersungut-sungut, "Kamu kira kamu aja yang bisa cemburu? Aku juga bisa. Jadi penasaran secantik apa bocah centil itu."

"Masih cantik kamu. Kamu perempuan paling cantik yang pernah aku temui."

Wajah kesal Alana menjadi lunak setelah mendapat pujian dari Caka. Terlebih lelaki itu menatap Alana dalam-dalam dari balik helm full face yang kacanya belum ditutup. Jelas Caka serius dengan pujian yang mirip gombalan tersebut. "Oke, aku percaya." Nada suara Alana melembut, dia melanjutkan kalimatnya, "kamu jangan mikir aneh-aneh lagi, Kak. Ucapan Kak Iell keterlaluan. Intinya aku nggak mau kamu mikir yang enggak-enggak."

"I understands, Babe."

"Ingat apa yang aku bilang? Pulang jangan lupa lukanya diobati, langsung tidur, kabari aku."

"Iya." Caka menurut.

Alana maju, dia mengecup helm yang Caka kenakan tepat di pipi. Setelah itu Alana menutup kaca helm Caka agar kekasihnya tidak melihat semburat merah di kedua pipinya. "Hati-hati."

"Aku pulang dulu," pamit Caka.

❤︎❤︎❤︎

Seorang Wanita berpakaian glamor duduk di hadapan pelatih serta pemilik akademi tempat Caka merintis karirnya sebagai pembalap. Wanita berpakaian glamor itu terlampau fokus melihat video yang ditampilkan di layar LCD ruangan kantor.

Video balapan yang membosankan untuk sebagian orang rupanya menjadi tontotan menarik bagi yang ingin meraup keuntungan. Salah satunya wanita yang tengah menyesap rokoknya dengan santai tersebut.

"Dia yang paling berpotensi di sini?" tunjuk sang wanita menggunakan rokok yang diapitnya di antara jari-jari.

"Benar, Bu Marito," setuju pelatih Caka.

Senyum penuh arti di wajah wanita itu terbit, dia melihat Caka seolah melihat pundi-pundi uang yang akan menguntungkannya di masa depan. "Selain berbakat, wajahnya juga tampan. Dia akan popular."

"Caka memang digilai banyak para gadis," beber pelatih Caka.

Alis Bu Marito mengerut, "Siapa namanya?"

"Caka Elvano, Bu?"

"Caka? Namanya unik. Saya jarang mendengar nama itu."

Bu Marito memadamkan ujung rokok dengan menekannya di dalam asbak sebelum menelantarkan putung rokok yang habis dia sesap tersebut ke dalamnya. "Jika di pertandingan besok dia mengecewakan, saya tidak hanya batal memberinya sponsor. Melainkan akan langsung black list akademi ini." Sebuah peringatan sekaligus ancaman menjadi penutup perbincangan bisnis mereka.

Bu Marito diantar ke depan, sebuah mobil sudah menunggunya di sana.

Seorang lelaki turun, kemudian memamerkan senyumnya ke arah Bu Marito. "Ma," sapa lelaki itu menyambut.

Strawberry Cloud [End]Where stories live. Discover now