Adlian memasuki mansion yang langsung disambut oleh para pelayan. Mereka semua kaget karena Adlian pulang cepat hari ini, karena biasanya ia pulang jam sepuluh malam (10) atau dua belas (12) malam. Para pelayan itu menatap nona mereka yang terlelap disofa, meskipun Clara sudah melakukan pekerjaannya, namun mereka takut Adlian salah paham.

Adlian menyipitkan matanya kala melihat seseorang tengah tertidur disofa ruang tamu. Dia berjalan melangkah keruang tamu, lalu mendekati sofa itu.

Adlian menatap Clara yang sedang tertidur meringkuk disofa, sebenarnya jauh di lubuk hatinya dia merasa kasihan pada Clara. Sejak kecil Clara selalu dekat dengan mamanya namun sebuah tragedi dan kesalah pahaman membuat Clara sengsara. Bagaimana tidak, dia dituduh membunuh mamanya sendiri padahal waktu itu Clara masih berusia 7 tahun. Sejak saat itu Clara mendapatkan siksaan dari Adlian, karena dia terlalu dibutakan oleh cintanya pada istrinya itu.

Adlian membuka sabuk di pinggangnya lalu tanpa aba-aba dia langsung mencambuk Clara.

"Ctarr"

Clara terbangun dan terkejut bukan main, kepalanya terasa pusing, dan tubuhnya sakit. Clara menatap Adlian dengan tatapan sendunya.

Adlian memalingkan wajahnya ketika dia ditatap oleh Clara.

"Sudah saya bilang jangan pernah berani menatap saya" Ucapnya dengan suara yang lantang, Clara menundukkan kepalanya sepertinya malam ini dirinya akan disiksa lagi.

"Bagus ya kerjaannya cuma santai" Ucap Adlian.

Adlian menarik Clara sampai Clara terjatuh dari sofa lalu dia mencambuk Clara habis-habisan.

"Ctarr"

"Ctarr"

"Ctarr"

Clara hanya menunduk air matanya jatuh, namun dia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara tangisnya. Tubuhnya terasa sakit sekali dia berusaha menahan sakit itu. Sedangkan Adlian dia masih belum puas menyiksa Clara, dia kembali mencambuk Clara.

"Ctarr"

"Ctarr"

"Ctaar"

"Dasar anak tidak tau diuntung" Ucap Adlian lalu pergi dari sana.

Bian baru saja turun dari tangga dia melihat adiknya yang terduduk tak berdaya dilantai, dia pun berlari menghampiri Clara.

"Dek" Bian memeluk Clara, hatinya terasa sakit melihatnya adiknya seperti ini.

"Maafin abang dek, abang telat " Ujar Bian.

Clara menoleh pada abangnya lalu tersenyum. "Gapapa bang, gendong Clara kekamar yuk" Ucapnya dengan manja.

Bian pun mengangkat Clara lalu menggendongnya, dia membawa Clara kemarnya untuk diistirahatkan.

Sesampainya disana Bian meletakkan Clara diranjang kamar itu.

"Abang ambil air panas dulu ya" Ucapnya hendak pergi namun dihentikan oleh Clara.

"Gausah bang ini cuma memar" Ujar Clara.

"Beneran dek, tapi.. " Belum sempat menyelesaikan ucapnnya Clara memotong pembicaraan Bian.

"Udah bang aku gak papa"

Bian pun tidak jadi mengambilkan air panas dia duduk diranjang disamping Clara, mengelus kepala Clara dengan lembut.

"Abang sini tidur bareng Clara" Pinta Clara.

Bian pun menuruti Clara dia merebahkan dirinya di samping Clara lalu memeluknya.

Bian yang mengantuk akhirnya dia memejamkan matanya. Sedangkan Clara dia masih belum tidur. Dia menatap bian lalu beranjak dari tidurnya. Clara turun dari ranjang lalu pergi keluar dari kamarnya.

Setelah keluar dari kamarnya Clara berjalan menuju ke sebuah kamar. Clara membuka kamar itu lalu menghampiri seseorang yang tengah tertidur diranjang.

Clara duduk di tepi ranjang kamar itu lalu menatap seseorang yang tengah memejamkan matanya itu.

"Pah sampai kapan Clara seperti ini" Ucapnya. Ya, kamar yang Clara kunjungi adalah kamar Adlian.

"Clara pengen peluk papa sebentar aja, Clara kangen banget sama papa. Kapan Clara bisa manggil papa dengan sebutan itu didepan papa" Ucap Clara terisak.

Memang setiap malam menjadi kebiasaan bagi Clara pergi menemui Adlian namun ketika Adlian sudah tertidur.

"Papa pasti ada masalah perusahaan, jadi papa lampiasin ke Clara ya, gak papa kok. Tadi papa bilang kalau Clara anak tidak tau diuntung, tapi Clara merasa beruntung pah dapet papah dalam kehidupan Clara".

Air mata Clara jatuh mengenai tangan Adlian. Dia mengusap Air matanya yang jatuh ditangan Adlian. Lalu dia memeluk Adlian begitu erat seperti tidak ingin melepaskan pelukan itu selamanya.

"Clara sayang sama papa, dan Clara juga tau kalau papa sayang sama Clara, selamat malam pah" Clara mengecup dahi Adlian lalu pergi dari sana dan kembali ke kamarnya.

Tanpa Clara sadari sejak tadi Adlian tidak tertidur dia hanya memejamkan matanya. Setiap malam Adlian akan mendengarkan apa yang anak itu ocehkan kepadanya.

"Andai kamu gak ngebunuh mama kamu Clara, mungkin kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan itu" Gumam Adlian.

Adlian memutar memori di otaknya meski dia menyiksa Clara terus menerus, namun Clara tidak pernah membencinya. Clara tidak pernah memperlihatkan suara tangisnya didepan dirinya, Clara juga tidak pernah melawan pada dirinya. Dia ingat sekali ketika dirinya melarang Clara makan selama dua hari dan gadis itu menurutinya.

"Dia begitu mirip denganmu meyra"

✧༺♥༻✧

Yang minta aku up, aku udah up nih, jangan lupa tinggalkan jejak ok.

Bab selanjutnya kita flashback..

precociousWhere stories live. Discover now