🌺22.🌺

9 1 0
                                    

⚠️ Support penulis dengan klik ⭐ dan komen..

Bismillahirrahmanirrahim..

Selamat membaca...

Rey terdiam ketika sosok Ibanez muncul di tengah-tengah kami. Bayi besar itu seketika menggenggam lenganku yang tertutup baju. Dia membuatku tertegun karena menatap Rey dengan wajah sangat ketakutan.

"Nez, ada apa?" Tanyaku pada bayi besar. Ibanez masih terdiam sembari menatap ke arah Rey.

"Rey, baik. Dia ke sini mau minta maaf sama Ibanez. Dia juga ke sini mau jemput Vina. Jadi kamu nggak usah takut, ya?" Lanjutku.

Bayi besar mengangguk pelan. Lain halnya dengan Rey yang memandangku dengan tatapan elangnya. Sepertinya dia belum seratus persen siap untuk meminta maaf kepada bayi besar. Sontak saja aku tersenyum kikuk ke arah Rey.

"Ya kan, Rey?" Tanyaku kepada pria berambut gondrong itu dengan gigi yang berderit.

Rey dengan canggung bangkit dari duduk jongkok di hadapan Vina. Tanpa aba-aba dia langsung memeluk Ibanez dengan erat.  Bayi besar merasa tidak nyaman diperlakukan Rey seperti itu. Dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Rey, tapi usahanya gagal. Yang ada Rey malah semakin erat memeluknya.

"Bayi besar, Rey minta maaf. Rey salah besar sama kamu. Rey bakalan kembalikan semua yang sudah seharusnya milik kamu," Rey melepas pelukannya. "Kamu mau kan maafin Rey?" Sambungnya.

Ibanez mendadak kikuk, dia menatap ke arahku dengan raut wajah bingung. Yang kulakukan malah membalasnya dengan senyum canggung.

"Jika Allah saja maha pemaaf..," aku menjeda kalimatku. Bayi besar yang terlihat gugup, dia tetap mencengkeram erat tanganku dan kembali menatap ke arah Rey.

"Oke, aku memaafkanmu Rey. Tapi bisakah kamu mengizinkan Vina kembali bekerja di kafe? Ira selalu menatap ke arah jendela dengan wajah yang sedih semenjak Vina pergi. Kamu membuat orang yang aku sayangi sedih! Kamu juga harus minta maaf sama Ira!" Ucap bayi besar.

Entah, apa yang salah denganku. Yang jelas kedua sisi pipiku terasa hangat. Bahkan sudut bibirku refleks tertarik ke samping. Membuat lengkungan tipis senada dengan debar di dada yang kian meningkat. Suasana macam apa ini? Pikirku.

Rey tertawa kecil sembari tersenyum melihat ke arahku. Sepertinya dia menyadari kalau aku sedang salah tingkah karena bayi besar. Aku kontan membuang pandangan ke segala penjuru ruangan.

"Hanya itu syaratnya?" Tanya Rey. Ibanez menganggukkan kepalanya dua kali.

"Baiklah, mulai besok aku mengizinkan Vina kembali bekerja di sini," sahut Rey. Sontak senyumku kian melebar.

"Ibanez, sampai kapan kamu akan menggenggam lengan Ira? Kalian belum sah!" Lanjut Rey.

Mendengar penuturan Rey seketika aku menarik tanganku. Bayi besar yang salah tingkah, dia meminta maaf sambil cepat-cepat pergi dari hadapanku dan Rey. Rey terkekeh geli dibuatnya.



22. King




"Kenapa Ira mau sih, Umma?" Tutur salah satu sanak saudara yang bisa kudengar.

Perfect Ibanez--on Going-slow UpdateOnde histórias criam vida. Descubra agora