EMPAT

27.7K 2.7K 31
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Sam mengelus kepala Lio yang berada di pahanya. Setelah kegiatan melukis yang sangat menyenangkan, akhirnya Lio pun lelah dan rebahan di karpet berbulu dengan paha Sam sebagai bantalannya.

Lio mulai berceloteh ini dan itu yang pastinya akan ditanggapi excited oleh Sam. Misi? Bukan! Ini benar-benar naluri Sam, melihat bagaimana rapuhnya Lio, Sam justru merubah tujuannya.

Ia hanya ingin Lio bahagia, persetan dengan yang lainnya. Dari pertama kali melihat Lio, Sam sudah merasakan rasa tertarik pada Lio. Rasa tertarik ingin menyayangi, dan melakukan apa saja yang bisa membuat Lio bahagia. Sebagai saudara!

"Nanti kalo pegal, bilang ya. Lio mau tidur," Sam hanya berdeham, ia tetap mengelus kepala Lio agar lebih cepat tertidur.

"Selamat tidur Lio," Sam ikut menutup matanya dan memposisikan dirinya agar nyaman bersandar di pinggiran sofa.

Disisi tempat lain, Stef yang ingin memindahkan Lio ketempat yang lebih nyaman di cegah oleh sang istri. Stef bisa tau akan Lio karena, hampir semua penjuru mansion ia pasang Cctv demi keamanan keluarganya.

"Tunggu beberapa waktu lagi mas, aku mau twins yang notice mereka," Rose ingin Arxel dan Axvel yang memindahkan Lio dan Sam.

Lebih tepatnya, Sam. Karena apa? Rose tau kedua putra kembarnya itu terlihat tidak suka dengan Sam, ia hanya ingin mempererat hubungan mereka agar menjadi baik.

Jika memungkinkan, Rose ingin Sam menjadi putranya juga.

"Bagaimana jika nanti twins justru menjadi sayang dengan anak itu? Kau mau Lio di acuhkan?"

Rose menatap suaminya terkejut, pemikiran sang suami terlalu jauh, "Percayalah mas, aku yakin Sam takkan seperti itu."

|SAMUDRA|

Karena memang biasanya setiap sesi makan semua anggota keluarga pasti berkumpul, maka Arxel dan Axvel pun pulang.

Mereka berdua sampai di mansion dengan tidak bersamaan, secara tempat bekerja mereka berbeda arah.

Di meja makan.

"Apakah Lio sudah makan siang?" Tanya Axvel yang tak melihat keberadaan sang adik.

"Sudah, dia ada di ruang lukisnya," balas Rose.

"Cepat selesaikan makan, setelah itu kamu bisa cek adikmu di ruangannya," Axvel mengangguk.

Meraka menyelesaikan makan siangnya debgan khidmat, "Aku selesai, mau cek adek dulu," Axvel berdiri dari duduknya lalu mulai meninggalkan meja makan.

"Aku juga selesai, mau menyusul Ax," si sulung ikut beranjak.

Arxel sedikit mempercepat langkahnya untuk guna menyusul sang adik. Mereka berjalan beriringan ke kamar Lioner.

Pintu kamar dibuka oleh Axvel, kamar Lio kosong dengan pintu ruang lukis terbuka. Setelah menutup pintu kamar, kedua pria itu berjalan menuju pintu ruang lukis.

"Sialan apa yang an-"

"Syutt! Redam emosimu kak," ucap pelan Axvel pada kakaknya yang seperti ingin menghajar salah satu orang di depan sana.

Dengan terpaksa Arxel diam, ia berjalan mendekati adik bungsunya dan orang asing yang tak tau diri itu.

Arxel berniat akan memindahkan sang adik di ranjang, namun urung ketika erangan sang adik terdengar.

"Engh Sam, elus lagi kepala Lio," ucap Lio dengan mata tertutup.

Gimana mau ngelus orang Sam aja ikutan tidur.

Karena tak ada tanggapan, Lio pun membuka matanya, "Eh kakak ngapain?" Tanya Lio ketika melihat dua kakaknya di ruangannya.

"Ingin memindahkan mu ke ranjang, tapi kamu keburu bangun," jawab Arxel.

"Ah, begitu," Lio dengan pelan terduduk. Ia menoleh untuk melihat Sam.

Lio merasa bersalah pada Sam, pasti rasanya pegal ketika pahanya dijadikan bantalan, dan Sam hanya bersandar pada kaki sofa yang akan membuatnya sakit pada punggungnya.

"Kak Axvel gendong Lio ke ranjang ya, dan kak Arxel gendong Sam ke ranjang Lio juga," ucap si bungsu.

"Oke/tidak!"

"Kak Arxel please, kasian Sam dia udah baik banget sama Lio~" Lio menatap puppy eyes kakak sulungnya, berharap berhasil.

"Oke, kali ini saja."

Dengan ogah-ogahan Arxel menggendong bridal Sam, mengikuti dibelakang Axvel yang berjalan menuju pintu kamar Lio.

"Anak ini sepertinya gizi buruk, tidak berat sama sekali," batin Arxel sembari menatap wajah Sam terlihat damai ketika tertidur.

"Terimakasih kakak udah gendong Lio dan gendong Sam, Lio tidur dulu," ucap Lio seakan mengusir kedua kakaknya.

"Oke," jawab keduanya bersamaan.

Setelah kedua kakaknya keluar kamar, Lio mulai menatap Sam. Dielusnya pipi Sam yang sedikit berisi, "Lio pengen Sam jadi adeknya Lio, selamat tidur adek," Lio merebahkan tubuhnya di samping Sam sembari memeluk tubuh yang lebih kecil darinya.

Mereka tertidur dengan Lio yang memeluk sayang tubuh Sam. Sam adalah orang ketiga yang dipeluk seperti itu setelah Stef dan Rose, bahkan kedua kakaknya saja belum pernah dipeluk seperti itu ketika tidur bersama.

Lio benar-benar menggambarkan bahwa ia ingin menjadi kakak yang baik dan perhatian untuk Sam, Lio memeluk Sam agar tetap terjaga kehangatannya.



TBC!

Pendek dulu.



SAMUDRA ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum