prelude.

11 4 0
                                    


Suara musik pop mengalun halus ditengah dentingan gelas kaca wine yang beradu. Para lautan serigala berkedok manusia dengan balutan jas dan dress glamor memenuhi ballroom. Begitu menyesakkan.

Tak lelah senyum selebar samudra itu mereka tampilkan hingga nyaris robek bibir mereka. Padahal, aslinya wajah iblis yang mereka miliki.

Satu-satunya orang menampilkan wajah datar di pesta meriah itu memegangi kepalanya. Kecamuk pikiran negatif memenuhi benaknya, membuatnya pening. Jam mahal di pergelangan tangannya menunjukkan waktu hampir tengah malam, badannya yang pegal meminta segera direbahkan meronta, namun masih tersisa setengah jam menuju penghujung acara.

Gadis-gadis cantik yang sekadar berbasa-basi ia tinggalkan begitu saja. Kakinya melangkah pergi, mencari pojok sepi di ruangan bak istana ini. Matanya sekali lagi mengedar kesekitar: hidangan mewah yang begitu menggiurkan terabaikan dihadapannya, ornamen-ornamen melelahkan yang tersebar di penjuru ruangan, dan manusia-manusia licik di dalamnya.

Hanya itu yang memutar diotaknya.

Ia berpikir kembali, untuk apa uang sebegitu banyak dikeluarkan hanya untuk acara seperti ini? Acara tahunan wajib, katanya. Bagaimana jika tahun depan mereka bangkrut? meski ingin ia Aamiinkan, kenyataan begitu sulit tuk ia ucapkan.

"Selamat malam para hadirin yang saya hormati. Penghujung acara sudah hampir tiba, dan saya disini ingin berterima kasih atas keluangan waktu Anda sekalian yang menyempatkan diri untuk datang." seorang pria yang sudah berumur berdiri di podium. Suara musik semakin menghening dan para tamu disana pun berhenti bersuara sebagai bentuk menghormati yang berbicara.

"Sudah empat puluh tahun ADAMS and CO berdiri dan tanpa Anda semua yang mendukung, kami bukanlah apa-apa. Serta, malam ini saya ingin mengumumkan kepada Anda sekalian tentang calon cikal bakal penerus ADAMS and CO sekaligus penerus pertama saya, karena dari anak-anak saya tidak ada yang mewarisi. Cucu ke-tujuh saya, putra dari James yaitu, Jaden Adams."

Spotlight sontak menuju pada sosok yang disebut. Pemuda tegap dengan penampilan maskulin yang berdiri pada pojok ruangan.

Semenjak itu, ia tidak bisa memiliki kepercayaan lagi. Karena kehidupannya ada di ujung tanduk, seperti terjebak pada suatu ruangan penuh karbon monoksida, tak ada celah ventilasi dan situasi seakan memaksamu untuk mati karena kehabisan napas.

intrépide. Where stories live. Discover now