#18

93 51 31
                                    

Hari itu, Mikey kehilangan kakaknya. Rasanya belum siap ia ditinggalkan oleh Shinicirou saudara kandungnya sendiri, siapa lagi yang akan menyayangi dan membela Mikey jika bukan Shinicirou. Dan siapa lagi yang akan memperbaiki sepeda motor CB250T miliknya ketika sepedanya mogok di jalan?

Sesingkat ini Mikey menghabiskan waktu dengan Shinicirou? Meski sekarang telah tiada, lelaki berambut
blonde itu seperti tak merelakan kepergiannya. Kepergian yang membuat hatinya remuk.

Pemakaman untuk Shinicirou dilaksanakan, Emma yang melihat jasad kakaknya menangis sekencang-kencangnya. Bukankah dia berjanji sebelum dia pergi dia tak akan meninggalkan Emma dan Mikey. Itu bukan janji palsu, Shinichirou tak mungkin tega pada adiknya, ini semua takdir.

Para petinggi Touman dan Rouji juga mendatangi acara pemakaman Shinicirou, turut berduka cita atas ketiadaannya kakak sang ketua Touman. Baji yang tau sekali Shinicirou adalah sosok kakak yang baik mulai menguatkan Mikey, agar tak berlarut dalam kesedihan yang ia alami.

"Sudahlah Mik, ini takdir. Shinicirou pasti bangga mempunyai adik ketua geng sepertimu!"Baji menguatkan Mikey tapi nihil, ia hanya mendengar perkataan Baji tanpa ia gubris pandangan nya kosong tak menyiratkan apapun

"Bang, gak usah sedih! Kita disini kok sama abang. Saling nguatin, kita kan Touman"Chifuyu ikut serta untuk membantu Baji meredakan kesedihan Mikey

Usai di makamkan, Mikey dan Emma pun pulang kerumah diantar oleh kakeknya. Kakeknya juga tak percaya apa yang baru saja terjadi, cucu pertamanya telah di panggil Tuhan. Sampai di kediaman Mikey, mereka langsung memasuki kamarnya masing-masing.

Dan dari situlah setetes demi setetes air mata di kelopak mata Mikey turun.

Rasa sesak menjalar di dadanya, Shinicirou yang berjanji di pantai waktu itu apakah ia menepatinya dengan seksama? Hati nya kecewa, janji mana yang Shinicirou tepati pada Mikey juga Emma. Semuanya tak adil, dunia memang kejam.

"Apakah ini janji yang kau katakan pada Emma bang?"Ucap Mikey entah kepada siapa, dia berbicara beriringan dengan sesergukan saat ia menangis tanpa suara

"Abang katanya gak akan ninggalin kita, kenapa abang pergi tanpa kepastian sih bang! Aku kecewa bang tapi, apa dayaku ini semua udah takdir..."

Keluh kesah Mikey ia lampiaskan kepada bantal, guling, dan barang lainnya yang ada di sekitarnya. Ia berbicara sendiri sejenak untuk mengeluarkan semua unek-unek yang ada di benaknya. Mengangkat semua masalah di bahu nya bukan hal yang mudah.

.

.

.

.

.

Iris mata y/n mulai terlihat kala ia membuka matanya dan memperlihatkan Luna sedang membaca buku. Otaknya belum menyeimbangkan memorinya, ia berpikir bukannya dia seharusnya bersama Mikey dan saudaranya untuk berlibur akhir tahun di pantai.

Raut wajahnya mulai kebingungan, ia pun melihat keluar jendela, ini rumahnya. Mengapa bisa gadis itu berpindah disini, bukannya terakhir kali sebelum ia tidur berada di penginapan? Tak peduli situasi, y/n mulai mencari Mitsuya.

Pikirnya mungkin saat ia lelap tertidur Mitsuya menjemputnya untuk pulang begitupun Mikey dan saudaranya. Y/n hanya berpositif thingking saja, tak terlintas dipikirannya jika keadaan Mikey sedang runyam. Akhirnya, dirinya berlanjut ke ponsel yang berada di ranjang dimana ranjang itu adalah tempatnya tidur barusan.

Sekian menit melihat ponsel, tertera di ponsel ada pesan dari Mitsuya. Mungkin setelah kakaknya pergi ia baru saja teringat di jalanan bahwa lelaki bersurai ungu itu lupa menitipkan pesan kepada adik-adiknya untuk tidak keluar dari rumah.

|Mikey x Readers|Dia Yang Mempunyai Impulsif Gelapजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें