🌺19.🌺

3 1 0
                                    

⚠️ Support penulis dengan klik ⭐ dan komen..

Bismillahirrahmanirrahim.

Selamat membaca...

.
.
.

"Assalamu'alaikum, calon mantu.." sapa seseorang begitu aku keluar dari ruanganku.

Bodohnya aku menoleh! Tante Ririn puas menertawakan kebingunganku.

Aduh, apa sihhh...??? Teriakku dalam hati. Kenyataannya aku tersenyum canggung kepada Tante Ririn.

"Sudah meetingnya?" Aku menganggukkan kepala.

"Oke, Ira jangan langsung pulang dulu ya, ada yang ingin Tante bicarakan sama kamu." Lagi-lagi aku hanya menganggukkan kepala.

Tante Ririn menyuruhku untuk menunggunya di tempat biasa. Di teras kafe dengan kanopi kaca transparan di atasnya. Ibanez tampak ceria hari ini, padahal kemarin malam dia kacau sekali. Bayi besar itu dengan wajah ceria menyajikan segelas iced americano double shoot di hadapanku. Dan aku tentu saja menerimanya dengan senang hati.

"Mmm, mashaallah.." gumamku sambil sesekali menyipitkan mata akibat menahan rasa pahit.

"Terimakasih, Ibanez," kataku pada bayi besar itu. Dia tersenyum malu kemudian berjalan sambil menundukkan kepala, kembali ke dalam kafe.

Tak lama, Tante Ririn kembali dengan sepiring kecil caramel cheese cake di kedua tangannya.

"Ini favorit Ira kan?" Tanyanya. Aku mengangguk mengiyakan.

"Terimakasih, Tan," Tante Ririn tersenyum.

Detik berikutnya hening, tak ada pembicaraan di antara kami. Sambil menatap pemandangan jalan raya, aku dan Tante Ririn menikmati cake kami. Dan tentu saja aku orang pertama yang berhasil menghabiskannya.

"Ra?" Panggil Tante Ririn dengan nada mode serius.

"Iya, Tan?" Jawabku.

"Kamu sungguh ingin hidup bersama dengan Ibanez?? Kamu mengatakan itu bukan karena untuk meredakan gejalanya kan?"

Aku tak bisa menjawab. Yang aku lakukan hanya menatap kosong ke arah aspal yang sedikit basah karena gerimis. Aku menyadari kalau aku benar-benar bertindak gila! Kukira, setelah nekat memberitahu kak Irsyad kalau aku ingin menikah dengan bayi besar, kak Irsyad akan mengadu kepada ummi. Nyatanya? Ummi masih bersikap baik-baik saja pagi ini.

"Ra?" Panggil Tante Ririn sambil mengguncang bahuku.

"Are you okay?" Lanjutnya.

"Ira tulus menerima apa adanya Ibanez, Tan. Ira ingin selalu ada untuk Ibanez. Membersamainya hingga Allah menetapkan akhir dari kisah kita. Ira, benar-benar serius ingin mendampingi Ibanez," jawabku tanpa ragu lagi.

"Cuma...," Lanjutku menggantungkan kalimat berikutnya.

"Cuma apa?" Kedua alis Tante Ririn menyatu.

"Ira masih takut. Gimana caranya kasih tau ke ummi tentang keputusan besar yang Ira ambil," kataku.








Perfect Ibanez--on Going-slow UpdateWhere stories live. Discover now