kepulangan yang bermakna

5.6K 809 164
                                    

Sebelum baca chapter ini, supaya lebih paham sama pembahasan Kynan dan Ginan tentang masa lalu mereka, pastikan kamu udah baca chapter ini di KaryaKarsa, ya. Karena kalo nggak baca chapter ini mungkin bakal agak bengong sama apa yang mereka berdua bahas. Thank u. (link KaryaKarsa di bio)

 (link KaryaKarsa di bio)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Dalam perjalanan pulang menuju Bekasi, Kynan memikirkan banyak hal di dalam kepalanya.

Tentang apa yang harus dia lakukan untuk memberi impresi yang baik di pertemuan pertamanya dengan Maminya Ginan, juga apa yang harus dia bicarakan agar suasana nggak canggung.

Kynan nggak pernah jago terlibat dengan orang dewasa. Para orang dewasa di sekitarnya adalah orang-orang yang paling sulit diajak diskusi empat mata, juga orang-orang yang paling nggak mau mempertimbangkan masukan.

Baik itu Ayah, istri Ayah, Mama, mereka mengabaikan pendapat Kynan, menutup telinga, berpikir seolah-olah Kynan sok tahu—tanpa mencoba untuk melapangkan dada dan mendengarkan perasaan Kynan di tengah perang dingin yang terjadi di antara mereka.

Ketika Kynan nggak didengar, bukan salahnya pula bila pada akhirnya dia nggak mendengarkan keinginan-keinginan egois Ayahnya. Toh sejak awal Ayah nggak pernah mencoba mempertimbangkan pendapat Kynan, lalu kenapa setelah kehancuran terjadi di keluarga mereka, Ayah baru berusaha membuka tangan lebar-lebar seolah apa yang dia lakukan beberapa tahun terakhir nggak membuat mental Kynan runtuh.

Dari awal Ayah dan Mama berpisah, Kynan bahkan nggak pernah mendengar mereka bicara baik-baik, entah berusaha memberi pengertian pada Kynan dan Binar, pun mencoba menggantungkan harapan meski itu semu dengan kalimat manis.

Nggak ada itu semua. Mereka hanya tiba-tiba berpisah, dan Mama pergi dari rumah bersama lelaki lain. Ayah juga, ketika dia memutuskan untuk menikah lagi, nggak sekalipun dia meminta izin, menanyakan pendapat Kynan dan Binar apakah mereka akan baik-baik saja dengan keputusannya, tanpa tahu kehadiran anggota keluarga baru justru malah semakin menghancurkan keluarga yang sedarilama cacat itu.

Kynan nggak mau memberi kesan menyebalkan atau nggak sopan di hadapan Mami Ginan, sebagaimana dia membuat orang dewasa di sekitarnya naik darah tiap berhadapan dengan mulut pedasnya.

Meskipun ini hanya orang tua teman, bukan pacar, atau bahkan calon mertua, Kynan rasa impresi pertama adalah hal terjitu untuk menilai kepribadian seseorang beberapa saat setelah bertemu.

Ginan yang duduk di sampingnya, sedaritadi memperhatikan bagaimana jemari Kynan bergerak gelisah di pangkuannya, menautkan jemari lentik itu, kemudian mengurainya memberikan coretan-coretan asal di pahanya sendiri.

Kantuk yang menyerang Ginan sedikit menghilang, dia meraih jemari lentik itu kemudian menggenggamnya lembut, membuat Kynan sepenuhnya memberikan atensinya pada Ginan.

Gadis itu menoleh, Ginan memberikan senyuman penenang, "Nggak usah terlalu khawatir, semuanya bakal baik-baik aja."

Kynan menarik tangannya, lalu melipat kedua tangannya itu di dada. Matanya terpejam, namun kepalanya masih sibuk berpikir.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang